How Would You Feel?
blankzone
.
Byun Baekhyun and Park Chanyeol
(banyak cameo)
Oh Sehun, Kim Jongin, Wu Kris, Kim Junmyun, Do Kyungsoo, Luhan, Kim Jongdae.
.
T
.
.
Baekhyun sedang duduk ditengah kerumunan teman kekasihnya yang membicarakn seputar futsal dan kelangsungan band mereka. Ia hanya bisa duduk disamping kekasihnya sambil terus menyalin catatan si tinggi yang meminta bantuannya, Baekhyun tak keberatan lagipula ketimbang ia hanya duduk mendengarkan obrolan mereka ada baiknya jika ia menulis catatan Chanyeol.
"Kamu ga pernah nyatat dari awal?" Baekhyun menganga tak percaya membuka-buka halaman buku tulis Jongdae, teman Chanyeol yang berbaik hati meminjamkan catatannya untuk disalin.
Chanyeol meneleng sesaat kesampingnya lalu menyengir tanpa dosa, "Maaf, sayang. Kamu tau kan aku itu sibuk banget."
"Ya tapi kan ga sampe ninggalin kewajiban kamu sebagai pelajar, ini baru catatan fisika gimana sama catatan yang lain?" Baekhyun mendongak menatap tubuh Chanyeol yang tinggi meski mereka tengah duduk sekalipun.
"Kamu mau bantu aku catetin?" Chanyeol berbinar.
Baekhyun menghela nafas pasrah. Chanyeol bukanlah ketua OSIS tapi ia bahkan lebih sibuk dari pemimpin organisasi itu. Memiliki band, menjadi kapten basket Sekolah dan hobi bermain futsal membuat ia lalai dengan pelajaran. Tapi Chanyeol tak bisa dikatakan bodoh ketika ia berhasil menduduki peringkat lima dalam kelas.
"Janji habis ini jangan diulangi? Nyalin dari papan tulis itu ga susah kok, Yeol."
"Iya-iya, kumat deh bawelnya." Chanyeol mencubit gemas pipi gembil Baekhyun dan kembali fokus pada obrolan abstrak teman-temannya.
Baekhyun bukannya tak mengenal keempat teman Chanyeol tapi ia hanya merasa kurang akrab, mereka orang yang benar-benar populer dan orang-orang populer itu mengerikan. Fansnya banyak.
Ponselnya bergetar sekali disaku kemeja, ia pikir itu hanya pesan dari operator namun getaran lain datang bertubi-tubi membuat ia merasa geli. Baekhyun meninggalkan pulpennya sesaat untuk mengecek ponsel dan mendapati nama Kyungsoo pada pop-up.
Ah, tumben sekali tuan super sibuk itu mengiriminya chats bahkan sebelumnya tak pernah. Mereka bahkan jarang menyapa kecuali saling tersenyum tipis saat berpas-pasan dikoridor.
Do Kyungsoo: *sent a picture*
Do Kyungsoo: sebelumnya maaf ngirim foto ini ke elo, bukannya mau ikut campur tapi gue rasa lo harus liat kelakuan pacar lo itu
Do Kyungsoo: dia nyium cewe lain sedangkan ada lo pacarnya? Gilak! Lo tahan banting banget asli
Bahu Baekhyun mendadak merosot saat jempolnya menekan gambar yang dikirimkan agar terlihat lebih jelas. Ia yakin sekali bahwa itu Chanyeol seperti yang Kyungsoo bilang, tengah memeluk mesra pinggang seorang gadis yang tak bisa ia lihat wajahnya dan yang membuatnya nyaris menangis adalah Chanyeol tengah berciuman dengan gadis itu. Jadi ini mengapa sudut bibir Chanyeol terbalut plester kecil, bibir itu terluka karena permainan mereka dibelakangnya.
Hebat sekali Chanyeol beralasan bahwa ia terjatuh dikamar mandi. Walaupun semua alasan itu ia coba percayai meski ia tahu alasan hanya alasan agar kesalahan tertutup rapi.
Byun Baekhyun: makasi Soo infonya
Baekhyun segera memasukkan kembali ponselnya kedalam saku kemeja dan lanjut menulis, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Seolah ia tak melihat foto itu dan seolah ia tak pernah mau tau sikap Chanyeol dibelakangnya. Ia tidak tahu, ia menutup mata dan mencoba tetap percaya bahwa Chanyeol adalah kekasih sahnya. Perempuan-perempuan itu hanya perempuan yang tak punya harga diri yang mau saja dijadikan pelampiasan, ia mencoba meyakinkan itu.
"Ohiya, Baek." Chanyeol meminum jusnya kemudian menatap Baekhyun yang berubah lesu, "Lho, kok cemberut? Kenapa?" Telapak besar tangan Chanyeol menapak dipucuk kepala Baekhyun yang menggeleng sebagai jawaban.
Akhirnya Chanyeol tak mau mengambil pusing, "Kamu pintar Matematika kan? Sekalian kerjain pr aku, ya? Ga banyak kok, sekitar delapan soal gitu."
"Kapan ngumpulnya?"
"Lusa."
Baekhyun mengangguk dan Chanyeol menghadiahinya kecupan dipipi sekilas, bahkan bibir tebal itu hampir tak menapak dipermukaan pipi saking cepatnya ia bergerak.
"Nanti malam aku ke rumah kamu nganter buku sekalian ngapel."
"Ga futsal?"
"Enggak. Lagi pengen manja-manja aja sama kamu."
"Iya aja, biar cepet."
"Ish, kok gitu sih sama pacar sendiri?"
"Berisik ah, kalo nyerocos mulu catatan kamu ga siap nih."
"Iya-iya aku diem."
Baekhyun melirik Chanyeol sekilas ketika pria itu kembali tertawa bereng teman-temannya. Sekilas ia seperti tak dianggap dalam kelompok itu tapi demi bisa duduk disamping Chanyeol, ia bahkan tak masalah hanya sebagai obat nyamuk. Lagi-lagi ia terngiang soal foto itu, asal tahu saja itu bukanlah pertama kali. Sudah banyak orang yang mengiriminya hasil jepretan langsung Chanyeol bersama gadis lain diluar sana tanpa ia tahu, banyak juga orang yang sok peduli dan mengiba padanya karena telah dikhianati tapi Baekhyun bahkan tak pernah merasa dikhianati, ia merasa dicintai bahkan ketika Chanyeol hanya menatapnya sekilas.
"Kai, sehabis istirahat langsung ke ruang OSIS, okay?"
Baekhyun mengadah sesaat untuk melihat sesosok pemilik suara familiar itu, dan benar saja ia langsung bertatapan langsung dengan Kyungsoo yang juga menatapnya kesal. Lalu beberapa detik kemudian mata bulat itu teralih pada Chanyeol untuk menatapnya sinis sebelum pergi setelah Kai memberinya jempol sebagai tanda 'oke'
"Dih, si songong cebol itu ga pernah santai ngeliat gua apa ya. Sok cakep banget." Gerutu Chanyeol yang ditanggapi kekehan oleh temannya.
"Jangankan elu, sesama anak OSIS aja dia gitu. Kalo ngomong pedes banget, sampe kebakar gua rasanya."
"Pernah digituin lu?" Teman Chanyeol yang lain memukul pundak Kai.
"Sekali aja udah kapok gua."
Baekhyun menggigit bibir bawahnya, entah mengapa ia jadi ingin menangis lagi melihat wajah Kyungsoo. Ia tentu berterima kasih sekali atas informasi berupa foto itu tapi ia akan lebih berterima kasih lagi jika orang-orang tak memberitahunya karena itu hanya sia-sia. Ia memaafkan Chanyeol sebelum pria itu memintanya.
.
.
.
"Eh, selamat malam om, Baekhyunnya ada?" Chanyeol berdiri santai didepan pria baruh baya yang sedang memegang cangkir kopi dan kaca mata baca dipangkal hidungnya. Ia tak menyangka kalau bukan Baekhyun yang membuka pintunya.
"Siapa kamu? Ngapain nyari-nyari anak saya?"
"Saya pacarnya Baekhyun om, kenalin." Si tinggi yang terlihat rapi dan tampan dengan jeans hitam dipadukan jaket denim mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Ketika tengah menyalim, Chanyeol merasa gugup sendiri. Begini ternyata jika dihadapkan dengan calon mertua.
"Mau ngajak jalan?"
"Iya, om." Chanyeol mengangguk percaya diri tapi senyumnya segera hilang ketika si ayah mertua terkekeh dan menggeleng.
"Saya ga ngizinin Baekhyun keluar."
"T-tapi? Cuma sebentar kok o_"
"_saya bilang enggak berarti enggak. Jangan buat saya marah, lho." Sang tuan rumah meminum kopinya dan berbalik masuk kedalam, "Tunggu saja diluar, anak saya lagi mandi. Pintunya saya biarin kebuka tapi jangan coba-coba masuk ya!"
"I-iya om."
Setelah menghilang, Chanyeol mengelus dadanya dan duduk dikursi rotan yang tersedia diteras. "Galak bener bapaknya, untung anaknya manis."
"Lagian tuh cabe mandinya malam-malam gini, ga takut diintipin setan apa?" Chanyeol melihat jam tangannya yang hampir menunjukkan angka delapan. Lama menunggu sampai hampir jenggotan akhirnya Baekhyun keluar dengan setelan rumah yang terlihat santai, rambutnya terbalut handuk putih yang melingkari kepala dan ditangannya terdapat botol lotion cocoa.
"Chanyeol? Datang kok ga bilang dulu sih, kamu ga diapa-apain kan sama ayah?" Baekhyun duduk disamping Chanyeol dan mulai beroperasi dengan lotionnya,
"Kan di kantin tadi aku udah bilang bakal dateng malam ini. Lagian ayah kamu lagi sensian ya? Pertemuan pertama kesannya buruk banget, Baek."
"Duh, maaf ya? Mungkin kalo aku yang bilang ke ayah kalo kamu datang ayah ga akan sewot gitu. Pasti dia kaget liat kamu datang terus kamu ngaku jadi pacar aku, ya?" Tanya Baekhyun ketika sedang mengusap betisnya dengan lotion.
"Lho? Memang iya kan? Jadi kamu ga anggep aku?" Chanyeol menatap Baekhyun kesal.
Baekhyun segera menggeleng takut ia salah bicara, "Bukan gitu. Aku itu ga pernah bawa cowo ke rumah, Yeol. Ayah paling ga suka anaknya pacar-pacaran, kak Luhan aja yang udah kuliah dijagain abis sampe sekarang dia jomblo gitu." Lalu Baekhyun tersenyum manis, "Tapi kayaknya kamu beda, yah? Padahal ayah bisa aja nyuruh kamu pulang dan marah-marah tapi dia ngebiarin kamu, gak permasalahin soal kita pacaran pula. Kak Luhan pasti iri deh."
"Jadi aku yang pertama?"
Baekhyun mengangguk dengan senyum kecil, "Yaudah, mana sini buku kamu? Biar aku catet sekarang mumpung belum ngantuk."
"Ck, nanti aja. Aku masih mau manja-manja dulu. Boleh minta peluk?" Chanyeol membuka tangannya siap-siap menerima terjangan Baekhyun tapi yang membuatnya menganga adalah kekasihnya itu menggeleng lambat, "Ada ayah, aku ga mau aneh-aneh."
"Ayah kamu kan di dal_"
"_Ekhem!"
Baekhyun tersentak begitu juga dengan Chanyeol yang langsung mengangguk sopan ketika melihat ayah Baekhyun berdiri dibingkai pintu rumah.
"Jam sembilan masuk. Lewat semenit tidur diluar sama nyamuk!"
"Iya, yah." Baekhyun mengangguk patuh kemudian setelah memberi Chanyeol tatapan tajam sang ayah masuk kembali kedalam.
"Serem, tau ada ayah kamu aku ga bakal dateng. Kenapa ga bilang, sih?" Chanyeol menggaruk rambutnya frustasi.
"Aku lupa ayah ga lembur. Biasanya ayah pulang dari kantor tuh jam sebelas lewat. Maaf ya bikin kamu ga nyaman?" Baekhyun menyentuh pundak Chanyeol lembut.
"Gapapa, santai aja kali, yang." Chanyeol mengambil tangan Baekhyun dibahunya untuk digenggam, "Kamu tuh kebiasaan mandi malem ya? Jangan lagi deh." Satu tangan Chanyeol ia bawa untuk mencubit hidung mancung kekasihnya.
"Kenapa?"
"Awas di intipin setan lho, kalo aku yang intipin kan lebih enakan."
Pipi Baekhyun memerah bersamaan dengan delikannya, ia bahkan sempat mencubit pinggang Chanyeol dan memalingkan wajah.
"Itu sih maunya kamu, mesum."
"Serius, jangan mandi malem lagi, okay?"
"Uhm, okay."
Saat Chanyeol akan mengecek ponselnya disaku jeans, tiba-tiba Baekhyun masuk kepelukannya dan menempelkan sisi wajah ke dadanya.
"Sekarang jadi aku yang pengen manja-manja."
"Dih, memangnya tadi siapa yang gamau aneh-aneh, hm?" Chanyeol melepas handuk dikepala Baekhyun untuk menggantinya dengan gosokan pelan. Baekhyun menghela nafas, ia terlalu nyaman dalam posisi ini dan terlalu beruntung memiliki Chanyeol.
"Yeol, kamu deket sama Mina?" Tanya Baekhyun memberanikan diri.
"Siapa tuh? Kenal aja enggak, Baek."
"Beneran?"
"Memangnya kamu pernah liat aku ngomong sama dia?"
Memang enggak Yeol, tapi orang berlomba-lomba ngirimin foto kamu lagi pelukan sama dia.
"Ngga sih, di Sekolah kan kamu nempelnya sama aku terus."
"Nah itu tau. Jangan mikir yang aneh-aneh ya? Aku emang ganteng tapi mana mungkin ladeni cewe-cewe sedangkan ada cowo manis dipelukan aku gini?"
"Apaan sih, jangan gombal deh, Yeol. Geli." Baekhyun memukul dada Chanyeol.
"Lucu banget sih. Pacar orang mah seneng digombalin kamu malah cemberut."
"Yaudah pacaran aja sama pacar orang."
"Ga nyesel ngelepas cowo ganteng kaya aku gini?" Chanyeol nunjuk dirinya sendiri sambil menaik turunkan alis.
Ya pasti nyesel lah, Yeol. Makanya ga bakal aku lepasin kamu sampe kapanpun.
"Ngga, cowo ganteng kayak kamu tuh gausah dicari. Di Sekolah banyak."
"Jahat." Chanyeol cemberut kemudian mengambil ponselnya yang baru saja masuk notifikasi Line.
Baekhyun semakin memeluk erat pinggang Chanyeol dan memejamkan matanya menikmati tubuh hangat kekasihnya ini. Sedangkan Chanyeol sedang bersusah payah mengetik dengan satu tangan dibalik punggung Baekhyun karena satu tangannya yang lain sedang mengelus pipi gembil si mungil didadanya.
Baekhyun mendongak, melihat wajah Chanyeol yang lagi tersenyum-senyum lalu meneleng kebelakang merasa penasaran dengan isi chat itu.
"Siapa sih, Yeol? Sampe senyum-senyum gitu."
"Hm? Ga ada kok, Cuma chat grup. Si item lagi berisik soal Kyungsoo." Chanyeol segera mengunci ponselnya ketika Baekhyun akan mengintip.
"Coba aku liat."
"Jangan, tar si item ngambek lagi aibnya dibaca orang."
Baekhyun cemberut.
Tiba-tiba Chanyeol melepas pelukannya dan menatap Baekhyun dengan ringisan. "Duh, kayaknya aku harus pergi sekarang deh, Baek. gapapa kan sayang?"
"Lho kenapa? Belum juga jam sembilan." Baekhyun merengek dan merangkul lengan Chanyeol yang sedang serius menatap layar ponsel sampai-sampai keningnya berkerut.
"Anak-anak mendadak ngajak futsal."
Oh, wajar sih Chanyeol jadi terburu-buru bahkan terlihat panik begitu. Futsal adalah hobinya jadi ia takut ditinggal main oleh teman-temannya kalau terlambat.
"Jadi futsal itu lebih penting daripada aku?" Niat Baekhyun hanya bercanda tapi ia tak menyangka Chanyeol akan menangkup rahangnya dan mendaratkan kecupan dibibir. Membuat Baekhyun terbelalak.
"Ya jelas kamu yang lebih penting."
"Terus kalo aku minta kamu tinggal?"
"Baek.."
Baekhyun tertawa dan menampar main-main pipi Chanyeol, "Becanda. Udah sana pergi, keburu ditinggal main tar ngambek kayak bebek."
"Aku pergi, salam buat ayah sama bunda kamu ya?" Chanyeol bangkit berdiri dan mengusak rambut Baekhyun sebelum berlari sambil memberikan Baekhyun banyak sekali flying kiss yang dibalas kecupan jauh dari Baekhyun.
Tak lupa Baekhyun mengunci pagar ketika mobil Chanyeol telah melenggang pergi dari rumahnya.
.
.
.
.
.
Drrt drrt
Baekhyun meninggalkan majalah Elle yang sedang ia lihat-lihat untuk mengecek getaran di ponselnya. Ia membenarkan bantal dibawah dada dan membuka chat Line dari Seunghoon.
Seunghoon: *sent a picture*
Seunghoon: gue lagi ngumpul sama anak-anak winner di kafe dan ngeliat cowo lu noh. mantep!
Baekhyun membuka foto yang dikirim oleh teman seangkatannya itu dan tak terkejut melihat Chanyeol sedang duduk berduaan dengan perempuan di kafe elit. Bahkan perempuan itu bergelayut manja didada Chanyeol yang juga merangkul pinggang ramping gadis itu.
"Apanya yang main futsal, Yeol?" Baekhyun terkekeh sinis dan mulai mengetikkan balasan.
Byun Baekhyun: sorry, hoon. Tapi sebaiknya lo ga usah kirim foto beginian deh kalopun ketemu chanyeol dimanapun. Ga ngaruh
Seunghoon: anjaaay
Read.
Baekhyun meletakkan ponsel disebelahnya kembali dan lanjut melihat-lihat majalah. Mengabaikan matanya yang perlahan mengabur dan hatinya yang berdenyut. Ia bahkan mengalihkan perasaannya dengan mengingat-ingat rumus Fisika yang sialnya malah memperburuk keadaan. Akhirnya ia menenggelamkan wajahnya dibantal tapi tangannya reflek meremas ujung halaman majalah sampai kusut.
.
.
.
.
.
.
.
Notes:
Pengen banget bikin cy bh aku-kamuan gini, eh kesampean :'V menstrim sih, tp y ud l ~
Delete soon! Cling!
