Mungkin. . . Rangkaian kata - kataku tidak sebagus Clairess dalam menulis. Atau cerita yang penuh ide dan bagus seperti InfiKiss. dearest vienna, ataupun Rey Ai dengan cerita yang lucu dan menghibur. Tapi 1 hal yang pasti, aku suka menulis. Meski memang bukan hoby dari awal, tapi kini aku sangat suka menulis.

Aku minta maaf kalau banyak kesalahan ataupun membuat cerita yang membosankan. Aku berterima kasih pada siapa saja yang nge - flame, karena mungkin Misaki bisa lebih baik. Meski sampai sekarang tidak ada yang nge - flame, 'sih. Special thank's buat Kintoki Kin karena sudah meng - follow cerita Winter Sei yang sebelumnya ya ! ^ ^

Misaki delete karena ada 1 hal dan lainnya. Tapi, Misaki pasti buat yang lebih baik kali ini. Nah, Terima Kasih sudah menyempatkan membaca. Aku. . . Menganggumi kalian semua, baik yang Misaki sebutkan maupun tidak.

.

.

.

The Basketball Which Kuroko Plays

Winter Sei (冬聖)

Disclaimer = (藤巻 忠俊, Fujimaki Tadatoshi)

Character = Akashi Seijuurou X Kitami Seika (OC)

.

.

.

Ada anak baru di tahun kedua SMA Rakuzan. Kitami Seika. Dia duduk dibelakang Akashi, lebih tepatnya sudut kanan paling belakang dekat jendela. Tidak ada yang spesial, hari pertama dia masuk . . . Ditanya, jawab. . . Berteman. Sahabat ? Tidak punya, sepertinya.

Dia tau bahwa Akashi Seijuurou adalah Ketua Osis sekaligus Kapten Tim Basket Rakuzan dan mantan Klub Basket Teikou. Keduanya memutuskan untuk tidak saling berteman – jangankan berteman, berbicara saja tidak pernah.

Tapi, lalu. . . Keduanya bertemu dan saling suka. Mungkin ?

.

"A – Aku ? Jadi Wakil Ketua Osis ?"

"Iya. Aku juga sudah mendiskusikan ini dengan guru. Nilaimu bagus dan kepribadianmu baik. Jadi Sensei rasa tidak akan ada masalah. Bagaimana Kitami - San ?"

"Eung. . . Baiklah. . ." Seika mendesah, artinya dia akan bekerja sama dengan Akashi Seijuurou dalam jangka waktu yang lama. Selama ini, Akashi memang sudah jadi Ketua Osis tanpa wakil. Karena kepintarannya, – sepertinya. Kalau begitu, untuk apa dia ditunjuk ? Toh. . . Akashi sendiri saja sudah bisa mengatasi semuanya, 'kan ? Useless banget. . .

.

Seika berjalan, mengusap tengkuknya pelan.

#Klek. . .

Atap. Seika belum pernah kesini sebelumnya, dan ini pertama kalinya. Seika berjalan, menghampiri pagar pembatas. Ia meraih ponselnya di kantung bajunya. Mengetiknya sesaat, kemudian tersenyum. Menekan opsi Send disana.


To : Tetsuya - Nii Chan

Sub : Family

12.45 P.M

Tetsuya - Nii Chan ! Aku sudah sampai di Kyoto, hebat juga. Aku jadi wakil Ketua Osis, ditunjuk, sih . . . Mou – ! Sebenarnya malas, tapi mau bagaimana lagi. Aku kangen sama Nii Chan, kapan - kapan kesini Nee ? Watashi wa hontouni daisuki, Onii Chan ! ( ^ ^ )


#Trak,

"EH - ! Ah – Sial ! !"

Benda kecil berwarna biru muda itu jatuh, tepat diluar pagar pembatas atap sekolah. Tidak jatuh kebawah, karena memang masih ada sedikit lantai setelah pagar itu. Seika tidak bisa mengambil lewat celah pagar, terlalu berderet. "Aduh –"

Ia mengambil dari atas pagar yang hanya setinggi perutnya, mengangkat kakinya sedikit dan mencondongkan tubuhnya kedepan agar tangannya bisa meraih ponsel miliknya.

#Klek,

Seika tidak tau dan tidak mau tau itu suara apa. Kalau ponselnya jatuh, habis sudah. "Ukh – sedikit lagi – Kyaaa ! !"

Tidak – Seika tidak jatuh kok. Justru dia berteriak karena ada seseorang yang menariknya dari belakang dengan cara melingkarkan lenganya di perut Seika. Seika membalikkan tubuhnya, "A – Akashi ?"

"Kau mau mati ? Kalau tadi aku tidak naik ke atap, maka kau tidak akan selamat."

". . . Kau sendiri sedang apa disini ?"

"Aku setiap hari kesini," Akashi menghela napas pelan, kemudian berjalan kearah pagar. Ia mengambil ponsel yang sewarna dengan mata gadis yang ada diatap selainnya ini. "Nah. Tetsuya ?" Tanya pemuda bersurai merah itu, melihat pesan yang Seika kirim sebelumnya.

"Itu kakak sepupuku,"

". . . Sou kaa. . ."

"Matte Nee," Ucap Seika cepat lalu mengambil handphonenya dari tangan Akashi. Ia turun dari atap, menutup pintu dengan keras. ". . . Aku tidak heran marganya beda dengan Tetsuya kalau dia memang sepupunya,"

Akashi membuka pintu atap, lalu teringat ketika dia menarik Seika. 'Tadi. . . – Apa, kenapa ?'

.

" - . . . San. . . Kitami - San. . . Kitami - San ! !"

"EH – ya, apa ? Ka – Kawasaki ?"

". . . Ka – Kau tidak tau ? Ehm. . . Rapat Osis dimulai 14.30 P.M, Kitami - San." Ucap Saki, – Kawasaki Yuki. Seika sweats drops. "Heh – jam berapa sekarang ?" Kawasaki ikut cengo mendengarnya, ". . . 14.36. . . "

"Akashi akan membunuhku. Makasih sudah memperingatkanku ya, Kawasaki !" Ujar gadis berjepit hitam tipis di poni bagian sebelah kanannya ini, lalu berlari. Indra penglihatannya memaksa mencari 'Ruang Rapat Osis'. 'Oh, habis ini belok kiri –'

#Bruk !

"A - ?!"

"Hati - hati sedikit, Seika." Akashi mendelik tajam. "Akashi !" Posisi mereka sekarang ambigu sekali, dengan Seika yang ada diatas Akashi akibat bertabrakan di tikungan tadi. Akashi berdiri, lalu memasuki ruangan. Duduk di kursi, sambil memegang beberapa kertas.

Pikirannya kembali memngingat gambar dan suara, juga. . . Indra penciumannya. 'Tadi. . . Aku tidak salah. Saat aku menariknya tadi siang. . . Itu – tubuhnya berbau Mint,' – Sama seperti Akashi sendiri. Akashi tidak menyangkal kalau ada orang lain dengan khas yang sama sepertinya. Ada lebih dari 7 Milyar orang didunia ini. Matanya mirip Kuroko. Tapi di lain hal, ada kemiripannya dengan Akashi.

"Rapat Osis dimulai,"

.

#Dukh - ! !

Lagi, bola itu masuk ke ring basket. Napasnya terengah - engah. Seika menyeka keringatnya, menaruh kedua lengannya di lutut – menjadikannya tumpuan untuk berdiri normal. "Bolanya sudah aus. . . Ah – Aku harusnya mencari Gym atau semacamnya. . . Tiap hari latihan di lapangan yang ada ditengah kota. . . Capek," Dia terduduk untuk sesaat. Ada seseorang yang menempelkan kaleng dingin ke pipinya,

"AHHH ! Apa ?!"

Dia mendongak, "Akashi. . . ?"

"Tak kusangka kau suka basket. Bahkan bisa bermain basket,"

"Thank's. Apa itu pengakuan dari seorang Akashi Seijuurou - Sama ? Aku tersanjung,"

"Tidak, hanya kalimat. Tidak lebih,"

Seika tersenyum, meraih minuman yang diberikan Akashi. "Thank's,"

"Kembali," Akashi mengambil bola basket yang ada diujung lapangan. Lalu dengan cekatan, ia mendribble bola itu dan mendunknya. Bola itu memantul, langsung diambil oleh Seika. Dia memutari Akashi, lalu menshoot bola – dan itu masuk.

Yang Akashi tunjukkan bukan senyuman, tapi seringaian. Mohon jangan salah diartikan. "Kau mau coba ?" Tunggu, – kenapa ambigu sekali. "Iya. . . Akashi Seijuurou's Ankle Break. Apa Tetsuya - Nii Chan tidak bisa menghindari itu ?"

"Bahkan Taiga saja tidak bisa, Sei."

"Aku terkejut,"

.

"Since i'm always win, i'm always right. . . Kitami Seika."

"Iya deh , – Huft. . ." Sekarang Seika merutuki dirinya sendiri. Ankle Break Akashi memang bisa ia hindari, tapi 1 kali. Setelah itu Akashi serius dan perbedaan score. . . 10. 'Itu mengejutkan, sebenarnya.' Batin Akashi.

"Ayo pulang," Seika mengambil tas sekolahnya yang ada di kursi kayu, kemudian berjalan melewati Akashi. Tapi detik berikutnya, gadis itu terjatuh. Akashi sempat menangkap pergelangan tangannya sebelum tubuhnya benar - benar terhempas ke tanah.

"Sei –"

Akashi terdiam sesaat, kemudian mendesah pelan. "Anak ini benar - benar. . ."

.

"Ung. . ." Seika membuka matanya pelan, tidak ada cahaya sama sekali. Hal yang pertama kali ia tangkap adalah jendelanya, terlihat kota Kyoto yang ia belum terlalu kenali. Itu pasti, baru 3 minggu dia kesini. 'Ini. . . Kamar. . . Apart ?' Batinnya. Ia memutar kepalanya, matanya terarah pada benda bulat yang ada di dinding.

. . . Tidak kelihatan. Jam berapa sekarang ?

Setelah itu, semua indranya kembali. Ia sadar sepenuhnya, hal lain yang membuatnya tertarik adalah ada seseorang yang ada di sisi kasurnya. Mendengkur pelan, dengan kedua tangannya yang terlipat. "A – Akashi. . ." Lagi. Gadis itu dikagetkan lagi oleh keberadaannya.

"Ah. . . – kau sudah bangun ?"

"Apa kau bodoh ? Panasmu mencapai 39,8. Kenapa kau masih saja masuk sekolah ? Aku jadi harus menggendongmu pulang tadi,"

". . ."

'Pantas saja Kawasaki bilang kalau Seika tertidur saat pelajaran berakhir dan telat ke ruang Osis,' Pikir Akashi lalu beranjak berdiri. Reflek, Seika menarik baju seragam Akashi. "Te – Temani aku. . . Aku. . . Tidak mau sendirian lagi. . . Aka –" Akashi menjitak pelan kening Seika tepat dikening, "Apa maksudmu ? Aku hanya ingin mengambil makanan. Tapi yang jelas, kau harus cerita yang panjang nanti. . . Sei."

30 menit habis lantaran Seika menolak makan tapi dipaksa Akashi. "Jadi. . . Ceritakan." Itu bukan permintaan, melainkan perintah. Dan Seika tau itu dari caranya berbicara.

". . . Okaa - San to Otoo - San ada dipesawat 14 tahun lalu, – Hokkaido. Tapi, pesawat itu jatuh ke laut lepas. Aku tinggal bersama Tetsuya - Nii Chan sejak umur 2 tahun. Tadinya, Okaa - San Tetsuya - Nii Chan berpikir ingin mengganti nama keluargaku. Tapi, Otoo - San berkata : 'Tidak apa. Seika juga suka dengan namanya yang sekarang,' Jadi. . . Begitulah."

"Cukup singkat," Ucap Akashi kemudian. 'Tidak ada kesedihan dalam raut wajahnya. Entah dikatakan mirip Tetsuya atau aku,' Pikirnya. "Tidak kesepian ?" Akashi tau itu pertanyaan bodoh. Bagaimana bila Akashi ditanya seperti itu ? Jelas jawabannya –

"Tidak, sudah biasa –" Kata - kata Seika tidak berhenti disitu, "Karena aku punya Otoo - San dan Okaa - San di Tokyo. Aku mempunyai Tetsuya - Nii Chan," Ia tersenyum tulus. "Tidak adil. Ceritakan tentang Akashi,"

Eh - ? Akashi meleset.

"Aku ? Ayahku adalah pemilik Perusahaan Akashi. Ibuku meninggal saat melahirkanku, kalau ayah. . . Kalau ingatanku tak salah, dia meninggal karena Leukimia pada saat umurku 5 tahun. Uang yang selama ini Otoo - San usahakan, cukup untukku. Dirumah, aku sendirian. Sama, kurang lebih."

Seika mengangguk, "'Sama' ya. . ."

"Nah, ayo tidur." Ucap Akashi, mematikan lampu diruangan itu. "Kau. . . Pulang ?"

"Apa kau anak kecil umur 5 tahun ? Aku tidur di sofa. Oyasumi,"

Akashi sendiri tidak ingat kapan dia berkata 'Oyasumi' pada orang lain. Lalu setelah itu, Akashi menutup pintu pelan.

.

"Itedakimasu,"

"Itedakimasu,"

Tidak ada yang berbicara dan tidak ada yang berniat membuka topik pembicaraan. Semua larut dalam pikirannya masing - masing, memikirkan orang yang sedang duduk berhadapan dengannya.

"Akashi, kalau gitu aku bertanya balik. Bagaimana perasaanmu dirumah sendirian ?"

"Sedikit –"

"Lupakan saja,"

". . . Sei, panasmu sudah turun ?"

"Iya, tadi aku sudah minum obat."

Hening kembali.

.

"Aku selesai," Kata Akashi lalu menumpuk piring dan mangkoknya. "Ah – ok," Seika mengambil itu dan mencucinya.

#Trr –

"Sei, Tetsuya menelepon."

Seika beranjak mengambil ponselnya, "Moshi - Moshi ?"

"Seika, kau sudah bertemu Akashi - Kun ?"

"Sudah, kenapa ?"

"Tidak, aku hanya bertanya. Kupikir kau dan dia akan akrab karena kalian mirip. Selain itu, aku mengandalkannya untuk menjagamu,"

"Ha ?" Seika menoleh ke arah Akashi. "Apa ?" Balas Akashi.

"Hey, dia bahkan tidak tau. Kau bilang apa padanya, Nii Chan ?" Kata Seika sambil memegang keningnya.

"Aku tidak bilang apa - apa. Yang pasti, aku tau dia akan menjagamu. Karena. . . Kalian mirip."

"Teori yang hebat. Aku jadi ingat bagaimana kau bilang, 'Bisa saja ada meteor jatuh tiba - tiba' pada waktu Inter High tahun lalu. Bagaimana hubunganmu dengannya sesudah Winter Cup tahun lalu berakhir ?" Itu agak sedikit berbisik.

"'Aku. . . Kalah dari Tetsuya ?' Setelah itu sifatnya berubah dan kami jadi bersahabat lagi. Dengan Kise - Kun, Aomine - Kun, Midorima - Kun, dan Murasakibara - Kun. Kenapa kau bertanya begitu ?"

"Tidak, aku hanya takut kalau sampai terjadi pertumpahan darah."

"Kau terlalu khawatir. Sudah ya, Kantouku memanggilku. Kau tidak sekolah ?" Padahal di kalimat Kuroko sendiri, terdengar khawatir. "KUROKO - KUN ! ! CEPAT KEMBALI LATIHAN! !"

"Sumimasen, Kantouku. Chotto Matte Kudasai,"

"Aku sakit, dan Akashi merawatku semalam." Kuroko tersenyum, "Sou kaa. Naa, Matte Ne."

"Um." Seika menutup teleponnya, lalu melihat kearah Akashi. "Ada apa ?"

"Nii Chan bilang kita mirip,"

'Tetsuya gak salah, sih. . .' Akashi membuang muka sambil menutupnya dengan tangan kirinya.

.

Lanjut di Chapter 2 ya ! Makasih untuk semuanya ( ^ ^ ) Mind To RnR ?

Akashi Seijuurou & Kitami Seika.

Nama Kitami aku ambil dari Manga Watashi Ni xx Shinasai. Kalau Seika, itu sebenarnya spontan. Aku ingin menciptakan karakter yang nama depannya Sei. Jadilah Seika. Makasih sudah menyempatkan diri membaca !