Disclaimer: Rumiko Takahashi

Rate: (untuk sekarang masih aman) T

Warning:Sho-ai, Pedophile, Mpreg, typo(s), de el el

Pair: SessInu

Don't Like Don't Read


"kau maukan, memberi cinta dan kasih sayangmu kepadaku?" Tanya seorang pemuda beriris Hazel pada seorang anak beriris Akik kelam.

"hu'um.. ya kak.." Jawab bocah tersebut dengan senyuman manisnya.

"dan kau mau 'kan hidup bersama denganku?" Tanya pemuda itu lagi dan langsung dijawab sebuah anggukan oleh bocah tersebut.

"ya." Jawab bpcah tersebut singkat.

Sebuah senyum kini mulai tersungging dibibir pemuda tersebut.

Dan kini sebuah ukiran nan indah terhias dileher bocah tersebut.
"indah sekali.." Bocah tersebut terkagum.

"kalau benda ini sudah muat dijarimu kau bisa memakainya seperti kakak sayang."

Ucap pemuda tersebut dan langsung dibalas oleh sebuah pelukan dari bocah manis itu.
"terimakasih, kak.." Ucap bocah tersebut senang.

"kakak yang harusnya berterimakasih, sayang"


Cahaya putih nan menyilaukan mulai mengganggu pengelihatan bocah tersebut.

Perasaannya begitu takut sekarang ini. Apalagi ketika banyak orang yang tak dikenal mulai mengelilinginya.

"kakak..?" Panggil bocah tersebut.
"tidak apa-apa sayang, semuanya akan baik-baik saja." Ucap pemuda tersebut menenangkan.

Dan secara perlahan pengelihatan bocah tersebut mulai kabur dan akhirnya menghilang.


PLAK..
Sebuah tamparan yang keras mendarat dengan mulus dipipi seorang pemuda.

"kenapa kau lamar orang lain? padahal kau ini sudah punya calon tunangan! terlebih dia itu masih bocah, apa kau gila, hah?" Bentak seorang pria paruh baya pada pemuda didepannya.

"aku mencintainya, dan ketika dia dewasa.. aku akan menikahinya!" Balas pemuda tersebut dingin.
PLAK..

Tamparan tersebut kembali mendarat dipipi putihnya membuat seorang wanita cantik terus membanjiri pipinya dengan air mata.

"dasar anak tidak tahu diri! pokonya kau harus segera tinggalkan dia!"

Geram pria tersebut dan pemuda didepannya hanya diam tak menanggapi dan dibalik pintu terdapat seorang bocah yang tak henti-hentinya terisak.

Ia mulai mencengkram dada bagian tengahnya erat dan sangat erat lalu iapun mulai beranjak pergi dari tempat tersebut menembus gelapnya malam.


Sepasang kelopak mata mulai terbuka dan menampakkan sepasang Akik kelam yang sangat jernih dan indah.

Perlahan ia mulai berjalan kearah kamar mandi. Rambut hitam panjangnya kini basah oleh nakalnya air yang sedari tadi menyentuh tiap jengkal bagian tubuhnya.

Setelah selesai dengan ritual pertamanya, kini sepasang kaki jenjangnya mulai melangkah keluar.

Tubuh yang tadinya polos kini sudah tertutup oleh beberapa helai pakaian yang ia pasang secara tidak rapih.

Dan setelah selesai iapun langsung pergi dari kamarnya menuju sebuah tempat yang ia anggap Neraka.
Hening..

Padahal suasana ditempat tersebut sangat ramai. Orang-orang tersebut terdiam kaku seakan takut setelah sesosok orang atau lebih tepatnya murid seperti mereka melintas secara dingin.

Takut. Itulah yang mereka rasakan . Beberapa murid lain sepertinya berlarian dari arah berlawanan sampai akhirnya..
Buk..

Mereka bertabrakan dengan sosok murid yang ditakuti tadi. Tubuh mereka mulai merinding setelah melihat ekspresi wajah dari murid tersebut.

Bukan karena wajahnya hancur atau buruk malahan ia mempunyai wajah nan menawan bak bidadari.

Tunggu.. Bidadari? Lalu kenapa ia ditakuti?..
Buk..

Kini kedua murid tersebut tersungkur tak berdaya setelah diserang tanpa persiapan oleh si pelaku.
"YA TUHAN.."

Teriak seorang guru wanita berambut hitam panjang. Dengan cepat ia langsung menghampiri murid-muridnya.

"kalian tidak apa-apa?" Tanya bodoh guru wanita tersebut.
"sa-kit.." Ucap salah satu murid tersebut dan dengan geram guru wanita tersebut menghampiri sang pelaku.

"kau, keruang guru sekarang, Inuyasha!" Perintah Guru tersebut.
"terserah kau saja, Kik-yo!" Ucap Inuyasha dengan penekanan diakhir kalimatnya.

Lalu murid atau yang sudah kita ketahui bernama Inuyasha pun langsung pergi meninggalkan Kikyo sang guru.

Kikyo hanya mampu menggelengkan kepala tanda tak mengerti.

Disebuah ruang guru.

"mengacau dikelas, membuat guru menangis, membuat cedera teman-temanmu.. apa kau tidak bisa bersikap baik untuk sekali saja?" Tanya seorang guru penuh emosi.
"dan kau tidak pernah besikap sopan pada seorang gurupun!" Ucap Kikyo salah seorang dari guru-guru tersebut.

"kau seharusnya senang karena masih dipertahankan disekolah ini!" Ucap seorang guru wanita yang sangat mirip dengan Kikyo.

"apa sudah cukup?" Tanya Inuyasha. "dan oh.. lihat! sudah hampir sejam kalian menceramahiku dan bokongku sudah mulai panas karena kelamaan duduk!" Ucap Inuyasha santai.

"kau.." Geram salah seorang guru tersebut. Sementa Inuyasha mulai bangkit dari acara duduknya.
"kami belum selesai denganmu!" Sentak Guru yang lain penuh emosi.

"ceramahi saja murid yang lain!" Perintah Inuyasha yang sudah mulai menghilang dibalik pintu.
"aku tidak mengeri, kenapa Kepala Sekolah masih mempertahankan berandal seperti dia?" Tanya seorang wanita yang mirip dengan Kikyo.
"entahlah, Kagome.. aku juga tidak tahu." Jawab Kikyo pada perempuan yang ia panggil Kagome.

Dan sementara itu disebuah ruangan lain terdapat dua orang pria yang sedang bicara empat mata.

"keluarkan saja anak berandal itu, Tuan! Guru-guru yang lain sudah kewalahan menghadapinya, bahkan saya selaku Kepala Sekolah merasa terhina setelah di olok-olok anak kurang ajar itu!" Ucap emosi seorang Kepala Sekolah kepada seorang pria dihadapannya.
"kau sudah tidak sanggup menghadapinya?" Tanya pria tersebut.

"i-iya, Tuan." Ucap Kepala Sekolah tersebut terbata.
"kalau begitu aku yang akan turun tangan selanjutnya!" Ucap pria tersebut sambil berlalu meninggalkan Ruang Kepala Sekolah tersebut.

Disebuah Ruangan Kelas XI atau lebih tepatnya kelas XI-B dimana Inuyasha si berandal Sekolah berada.

Terlihat disebuah meja, Inuyasha sedang mengunyah sebuah permen karet sementara seorang Guru sedang menerangkan disepan kelas.

Tak Tak..

Terdengar suara Inuyasha yang membunyikan permen karetnya.

"akhem.. bisakah kau membuang makananmu itu! bo-cah!" Perintah Guru tersebut pada Inuyasha.

"kenapa tidak kau saja yang membuang mulutmu itu yang sudah membuat telingaku sangat panas!" Ucap Inuyasha memberi perintah balik pada Guru didepannya.

Pletak..
Suara penunjuk papan tulis yang patah ditangan Guru tersebut menggema dikelas yang mulai hening.

Guru tersebut mulai geram sementara murid-murid yang lain hanya mampu diam tak berkutik.

"kau...!" Guru tersebut mulai berjalan kearah Inuyasha, namun bersamaan dengan itu tiba-tiba bel tanda pergantian mata pelajaran berbunyi dan membuat Guru tersebut kesal.

"akan ku buat kau jera lain kali!" Ucap Guru tersebut mulai mengancam dan dengan cepat iapun segera pergi dari kelas tersebut.

"akan ku tunggu!" Tantang Inuyasha.

Dan tak lama setelah itu masuklah seorang Guru bermbut Silver panjang yang sukses membuat mulut para murid menganga setelah melihat ketampanan Guru tersebut.

Bahkan dari meja seorang gadis terlihat ia sudah pingsan tak sadarkan diri (berlebihan).

"selamat siang, aku adalah Guru baru di Sekolah ini, dan perkenalkan..namaku Sesshomaru." Ucap Guru baru tersebut yang telah diketahui bernama Sesshomaru. "ada yang mau ditanyakan?" Tawar Sesshomaru pada murid-murid barunya.

Terlihat dari pojok kiri seorang murid mengangkat tangannya.
"berapa usia anda, Pak? dan.. apakah anda sudah menikah?" Tanya murid perempuan tersebut pada Sesshomaru.

"hum.. usiaku sekitar 26 tahun,dan aku belum menikah, terima kasih atas pertanyaannya emm?.." Ucap Sesshomaru terpotong sambil menatap pada murid tersebut.

"R-Rin.. na-namaku.. Rin." Ucap murid bernama Rin tersebut terbata.
"oh..ya, terima kasih, Rin." Balas Sesshomaru.

"ya, Pak" Balas Rin dengan semangatnya.
"ada lagi yang mau ditanyakan?" Tawar Sesshomaru lagi pada murid-murid di depannya.

Matanya mulai menjelajah dan tiba-tiba berhenti dimeja Inuyasha.
"bagaimana denganmu Nona cantik, yang berada di meja ke-3 bagian kiri."

Cletak..
Suara pensil patah menggema di kelas yang tiba-tiba hening. Mereka sudah tahu siapa yang ditanya Guru baru tersebut.

"bagaimana?" Tanya Sesshomaru sekali lagi.
"3 pertanyaan!" Ucap Inuyasha tiba-tiba.
"silahkan.." Balas Sesshomaru.

"pertama..apakah kau buta? aku ini seorang pria dan bukan seorang wanita! kedua, bisakah kau mengganti kata Nona cantik tadi? ketiga.." Ucap Inuyasha terpotong dan ia mulai menarik napas.

"bisakah kau berhenti menatapku?" Tanya Inuyasha dingin.

Sesshomaru hanya menanggapi ke-3 pertanyaan Inuyasha dengan sebuah senyum yang malah membuat wajah para siswi merona.

"baiklah.. akan kujawab ke-3 pertanyanmu, Nona." Ucap Sesshomaru sambil menatap Inuyasha yang melihatnya dengan tatapan benci.

"yang pertama, mataku tidak buta dan mungkin kau bisa menanyakannya pada orang lain kalau kau memang sangat can-tik." Ucap Sesshomaru yang sukses membuat Inuyasha geram.

"yang ke-2.. aku tidak bisa mengganti kata Nona cantik tadi.. dan yang ke-3.. aku juga tidak bisa!"
BRAK..

Inuyasha mulai menggebrak mejanya emosi dan iapun langsung pergi keluar dari ruangan tersebut meninggalkan teman-temannya juga Sesshomaru yang terdiam ditempat.

'berubah total..' Ucap Sesshomaru dalam hati. Dan terlihat dari matanya yang indah seakan menyiratkan sebuah penyesalan.

Disepanjang lorong Inuyasha tak henti-hentinya merutuki Sesshomaru sampai tiba-tiba ia bertabrakan dengan seseorang.

"aarrghhh.." Geram Inuyasha mulai naik darah karena ulah seorang siswa yang menabraknya.

"apa kau punya mata?kalau kau punya kau bisa pakai benda bulat itu pada tempatnya! atau jangan-jangan kau ini memang buta?" Ucap Inuyasha seenaknya pada siswa didepannya.

"maaf.. tadi aku buru-buru.." Ucap sang pelaku meminta maaf namun Inuyasha masih terlihat kesal. Tanpa bicara lagi Inuyasha langsung beranjak pergi,namun tiba-tiba tangannya tertahan.

"bisa kau lepaskan tanganku?" Pinta Inuyasha sedikit so-pan, namun sipelaku tak menjawab pertanyaan Inuyasha.
"siapa namamu, manis?" Tanya pemuda tersebut tiba-tiba.

"bukan urusanmu!" Balas Inuyasha dingin. "sekarang lepaskan tanganku!" Perintah Inuyasha lagi.

Hening..

Inuyasha mulai terlihat kesal.

"ternyata kau bukan cuma buta, tapi kau juga tuli!" Hardik Inuyasha namun pemuda dihadapnya hanya membalasnya dengan sebuah senyum yang sama dengan Sesshomaru.

"ya.. aku memang sudah buta dan tuli." Jawab pemuda berambut hitam panjang bergelombang tersebut santai.

Perlahan pemuda tersebut mulai melepaskan tangan Inuyasha dan iapun mulai beranjak pergi meninggalkan Inuyasha.
"tunggu.." Ucap Inuyasha tiba-tiba dan sukses menghentikan langkah pemuda tersebut.

"siapa...? siapa nama-mu?" Tanya Inuyasha sedikit gugup.
"Naraku.. dan kau manis?" Ucap Naraku sambil bertanya balik sedangkan Inuyasha kembali terlihat kesal.

"Inuyasha.. dan jangan panggil aku manis!" Ucap Inuyasha emosi dan iapun langsung pergi meninggalkan Naraku. Naraku mulai tersenyum, namun tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah dengan derastis.

"hum.. jadi dia anak kelas XI yang sering dibicarakan itu? ternya sikapnya tak semanis wajahnya!" Lalu Naraku pun mulai berlalu dari tempatnya.

Dan disebuah Toilet pria, terlihat Inuyasha sedang memandang cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Ia terdiam.

Jari-jari tangannya yang lentik dan halus mulai terangkat dan melepas beberapa kancing baju bagian atasnya.

Jari tersebut berhenti ketika tangannya menyentuh sebuah tali dilehernya dan diujung tali tersebut terdapat sebuah cincin perak yang indah.

Inuyasha mulai melepas cincin tersebut dari tali yang mengikatnya. Matanya terus meneliti tiap mili dari ukiran indah nan rumit dari cincin tersebut.

"kau jahat!" Ucap Inuyasha tiba-tiba. "kau tinggalkan aku..kau tak pernah ada untukku.." Inuyasha mulai menyilangkan kedua tangannya, mencengkram erat bahunya seakan dia sedang memeluk.

"aku kesepian..tanpamu, Kak.." Dan tanpa sengaja setetes kristal bening mulai mengalir dari mata indahnya. "lalu untuk apa kau memberikan 'benda' tak berguna ini kalau kau tidak ada untukku?"

Tiba-tiba ekspresi Inuyasha yang tadinya bersedih kini berubah derastis dan kembali menjadi dingin. Perlahan ia mulai mengenakan cincin tersebut dijari manisnya, dan...

PRANG..

Tiba-tiba cermin dihadapannya hancur setelah terkena tinju kuat dari tangannya.

"aku membencimu!" Ucapnya lagi dengan emosi.

Sorepun datang dan bell panjangpun mulai dibunyikan pertanda kalau semua mata pelajaran telah usai.

Dengan tertib para Siswa-Siswi pun mulai berjalan meninggalkan Sekolah tersebut dan tidak terkeculai untuk Inuyasha.

Kakinya mulai melangkah pergi kesebuah tempat yang amat sepi. Hanya ada batu-batu dingin yang berjajar secara rapih. Dan dengan perlahan ia mulai terduduk disebelah salah satu batu dingin tersebut.

Jari-jari tangannya bergerak dan mulai mengelus nama yang terukir dibatu dingin tersebut atau lebih tepatnya sebuah nisan bertuliskan 'Izayoi'.

"ibu... apa menurutmu aku akan terus kehilangan orang-orang yang aku kenal?"
Hening..

"biar kujawab, pasti jawabannya tidak! dan tentu saja, bagaimana mungkin aku bisa kehilangan mereka kalau aku tidak punya mereka?" Jawab Inuyasha dengan senyum gentir.

"sebentar lagi malam datang dan.. selamat malam, sampai jumpalagi, bu.." Lalu Inuyasha pun mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan area pemakaman tersebut.

Di sepanjang perjalanannya Inuyasha terus memandangi cincin yang ia pakai bahkan ia tidak sadar kalau dirinya sudah berada di tengah jalan raya, dan kejadian selanjutnya..

CKIT, BUK..

Darah segar mulai membanjiri jalan beraspal tersebut dan orang-orang mulai berbondong-bondong melihat ketempat kejadian.

"ya Tuhan.."
"kasihan sekali.."
"apa yang terjadi?"
Begitulah suara-suara yang keluar dari mulut orang-orang yang berkerumun tersebut.

Sang pelaku penebrakan mulai keluar dari mobil super mahalnya. Ekspresi wajahnya begitu terlihat tegang dan iapun begitu kawatir setelah melihat siapa yang ia tabrak.

Dengan cepat ia mulai menghampiri tubuh Inuyasha dan memeluk tubuh yang banyak berlumur darah tersebut. Mata Hazelnya mulai berkaca-kaca apalagi ketika ia melihat 'sesuatu' di jari manis korban yang ia tabrak.

"segera bawa dia ke Rumah sakit!"
"apa yang anda tuggu?"
"apa anda mengenalnya?"
Begitulah perintah dan suruhan orang-orang tersebut pada si pelaku.

Sang pelaku mulai mengangguk dan ia pun tersenyum.
"dia..muridku." Ucapnya dan langsung membopong tubuh yang tak berdaya tersebut kedalam mobilnya.


Dari kejauhan terlihat seorang bocah yang berusia 7 tahun sedang berlari kearah seorang pemuda yang mulai menyandarkan punggungnya disebuah kursi.

"kakak.." Teriak bocah tersebut yang langsung melompat kepangkuan pemuda tersebut.

"halo sayang.." Ucap pemuda tersebut. "bagaimana sekolahmu tadi?" Tanyanya kemudian.
"sangat menyenangkan, kalau sekolah kakak?" Ucap bocah tersebut riang.

"membosankan.." Jawabnya singkat dan si bocah tadi mulai mengangkat sebelah alisanya.

"kakak dihukum Guru lagi ya? makanya.. kakak jangan nakal!" Ucap bocah tersebut menasehati.

Pemuda tersebut hanya menaggapi celoteh bocah didepannya dengan sebuah senyuman.

"baiklah sayang-ku.." Ucap pemuda tersebut sembari mencium bibir bocah tersebut sekilas.
"hehehe.." Tawa bocah tersebut pada pemuda didepannya.

Bocah manis tersebut mulai memeluk dengan erat tubuh pemuda dihadapannya, tangan kecilnya mengelus helaian perak yang begitu indah dimatanya. Bocah tersebut mulai mendongak.

Suram. Ia tak bisa melihat wajah pemuda dihadapannya dengan jelas.
"ka-kak." Panggil bocah tersebut ketika secara perlahan tubuh pemuda tersebut mulai menjauh dari hadapannya.

"kakak.." Teriaknya lagi. Dan ia pun mulai berlari untuk mengejar pemuda yang semakin menjauh di matanya.


"hiks..." Suara isakan mulai terdengar dari bibir Inuyasha dan langsung membuat pria disampingnya mendekat.

Perlahan pria tersebut mulai menghapus jejak-jejak kristal bening tersebut sampai kering dan tak berbekas lagi. Perlahan kelopak mata tersebut mulai terbuka dan perlahan pandangan Inuyasha pun mulai menjelas dan makin jelas.

"kakak?" Gumam Inuyasha pelan. Namun tiba-tiba alis Inuyasha mulai bersatu ketika ia melihat wajah orang disampingnya.

"kau...?" Ucap Inuyasha emosi sambil mendorong tubuh pria tersebut sampai hampir terjatuh dari tempat ia duduk.

"sopanlah sedikit pada Gurumu ini, Nona cantik!?" Ucap pria tersebut sambil tersenyum sedangkan Inuyasha mulai mendengus kesal.

Mata Inuyasha mulai mengamati seluruh ruangan yang ia tempati. Cat berwarna putih, suasana yang hening dan bau obat yang sangat menyengat.

"Rumah sakit?" Tanya Inuyasha pada dirinya sendiri. Matanya kini mulai mengamati keadaan dirinya.

Tangan yang banyak ditempeli plester dan perban, beberapa luka lecet yang sudah terobati dan kepalanya yang ikut diperban.

"maaf... aku tidak sengaja menabrakmu.." Ucap pria dihadapan Inuyasha.
"terserah kau saja, Sesshomaru!" Balas Inuyasha dingin dan tidak sopan.

"hum.. begitu ya?" Ucap Sesshomaru singkat. Matanya mulai tertuju kearah tangan Inuyasha tepatnya pada jari Inuysha yang memakai cincin.

"cincin yang bagus." Ucap Sesshomaru yang sukses membuat mata Inuyasha tertuju kearah jarinya yang mengenakan cincin.

"ini?" Tanya Inuyasha yang mulai melepas cincinnya. "mungkin gara-gara aku memakai cincin ini makanya aku celaka, kau mau?"

Tawar Inuyasha sembari mengarahkan cincinnya kehadapan Sesshomaru.
DEG..

Dada Sesshomaru terasa begitu sakit. Perlahan ia mulai mencengkram dada bagian kirinya dan langsung membuat Inuyasha terkaget.

"hey.. kau tidak apa-apa 'kan?" Tanya Inuyasha yang mulai turun dari ranjang rawatnya nya untuk mendekati Sesshomaru.

"hey... jawab aku!" Perintah Inuyasha emosi namun Sesshomaru tak menjawab dan tiba-tiba tubuh tersebut ambruk didepan Inuyasha.

"sial..." Gumam Inuyasha yang mulai panik. "Dokter... Dokter..." Teriak Inuyasha yang mulai mencari seorang Dokter. Dan tak lama setelah itu datanglah seorang Dokter untuk membantu.

"bagaimana, Dok dengan keadannya?" Tanya Inuyasha.
"jangan khawatir, dia baik-baik saja.. dia hanya sedikit shock dan sebentar lagi pasti dia siuman.

Ucap Dokter tersebut menjelaskan. "kalau ada apa-apa lagi, panggil saja aku." Tawar dokter tersebut dan Inuyasha mulai mmengangguk tanda mengerti.

Sesaat kemudian Dokter tersebut pergi meninggalkan ruang mereka. Inuyasha mulai mendudukkan dirinya disebuah kursi didekat ranjang Sesshomaru.

Dan ia kembali menatap cincin digenggaman tangannya.
"ternyata cincin ini bukan hanya sudah membuatku celaka tapi juga langsung membuat orang ini tak sadarkan diri".

Ucap Inuyasha yang langsung melempar cincin tersebut kearah belakang dengan maksud mau melemparnya kearah jendela yang terbuka namun meleset.

Dan tanpa ia sadari cincin tersebut bertabrakan dengan tembok dan masuk kedalam fas bunga di meja yang ada disebelahnya.

Perlahan Inuyasha mulai berdiri dari duduknya dan mulai melangkah kearah pintu keluar.
"jaga dirimu baik-baik.." Ucap Inuyasha pada Sesshomaru yang masih terbaring diranjangnya.

TBC


A/N:Chap Uno selesai -_-

jari ane ampe sakit padahal nulis dikit..
oke silakan Review *Plak