Tatapan tajam mereka seakan membunuhku, aku berjalan pelan di lorong yang akan menunjukanku pada ruanganku. Dinginnya udara begitu menusuk kulitku, sepertinya mereka memasang pendingin udara dengan suhu dibawah 20 derajat celcius.
Beberapa dari mereka menunjukan senyum sarkastik padaku dari kaca dengan ketebalan 15 mm anti peluru sebagai pembatas kamar mereka dengan lorong bangunan ini.
Sial, inikah yang kudapat, bahkan saat itu hanya merupakan tuduhan orang?
Langkah kakiku begitu menggema dalam rumah sakit yang dipenuhi oleh manusia namun begitu terasa kosong. Pemuda berpostur tinggi dengan kulit pucat itu menggiringku bagaikan hewan ternak menuju kamar yang dikhususkan hanya untukku.
Kedua lenganku dilingkarkan ke belakang pinggangku dengan pergelangan tanganku yang telah diikat menggunakan rantai.
Kutundukan kepala, menatap bersihnya lantai dengan tatapan kosong. Dengan harapan bisa mengembalikan waktu dan meminta maaf pada ibu terlebih dahulu.
Seretan langkahku mengiringiku menuju ruanganku. Deretan angka pada papan di pintu menunjukan aku adalah pasien dengan urutan ke-1010.
"Masuklah."
Pemuda dengan surai putih pucat itu mendorongku dengan kasar menuju ruanganku.
Aku jatuh terjerembab dan menyebabkan surai coklat gelapku menutupi sebagian wajahku. Aku berusaha bangkit secepat mungkin sebelum pemuda itu menutup pintu berlapis baja itu.
Sudah terlambat, aku membantingkan tubuhku pada kaca pembatas. Aku sedikit menggeram kesal dan membenturkan kepalaku berkali-kali pada kaca pembatas.
Pemuda itu tidak memberikan respon apapun, tatapannya sedatar cakrawala. Tidak ada sedikitpun lengkung senyuman pada bibirnya. Aku merangkak menuju alat komunikasi sebagai alat penghubung antara pasien dan orang yang berada di luar ruangan.
"Apa salahku padamu, Ivan?"
Aku bertanya dengan nada yang tidak beraturan. Pemuda itu. Ivan. Tersenyum tipis dan menekan tombol yang berada pada kaca pembatas.
"Inilah tempatmu, Tenten. Terimalah."
Aku membelalakan mataku, dan merebahkan tubuhku dengan lengan yang masih terikat rantai.
Ah, sial. Dan berakhir dengan tawaanku yang menggelegar.
-FIN-
