A/N : Fic baru, hehehe. :)
Len : selesai kan dulu MG-nya!
Rin : *ngangguk*
Nova : tenang aja Len, jadwal update MG masih tetep kok. :)
Yuki : tetep telat maksud nya, hahaha. :D
Nova : -_-
Yuki : Kali ini apa?
Nova : masih tetep dengan genre supernatural, sedikit adventure, dan a lot of baakaaa. :)
Kaito : *tiba-tiba bersin*
Yuka : to the Te~ Ka~ Pe~
Summary : In the distant future where supernatural power is commonly found. Len Kagamine, a boy with the power of ESP, along with Kaito Shion, who is also an Esper, thrown into the world that they never see. The world where fairies live.
Vocairy : Another World
.
Disclaimer : I don't own any of these characters, except this story.
Beauty as the beast by Kaori Sadohara.
Warning : Gaje (sudah pasti), Typo (kalau ada), pendek, aneh, ajaib, bahasa gahol ada disini, ada OC yang gaje kepemilikan nya, dll. dst. dsb.
.
.
Don't like? Must Like! Hahahaha...
#gue serius!
.
[ All in normal PoV ]
Somewhere - The City...
"Len! Sarapan!" terdengar teriakan seorang cewek dari lantai bawah.
"Sebentar Lenka-nee." Jawab seorang cowok shota berambut kuning dari lantai atas. Dia memakai seragam sailor putih dengan dasi kuning.
DRAP DRAP DRAP
"Ohayõ Lenka-nee." Ucap cowok shota itu kepada kakak nya.
"Ohayõ Len. Tak bisa kah kau turun tepat waktu tanpa menunggu kakak 'bernyanyi'?" tanya Lenka yang menyendok beberapa garpu... Ini bukan typo! (Yuki : *shock*)
"Hehehe." Len hanya tertawa gaje sambil memakan piring... Ini juga bukan typo!. (Yuki : *double shock*)
"Kalau kau terus seperti itu, kau tidak akan dapat pacar tau!" seru Lenka sambil menyendok nasi dan BUKAN garpu.
"Kata seseorang yang belum punya pacar." Jawab Len sambil memakan pisang dan BUKAN kulitnya.
"Hmph!"
"Ok, aku berangkat." Kemudian Len menuju pintu depan dan memakai sepatu nya. "Oh, ya. Aku ada pelajaran tambahan nanti sepulang sekolah, jadi mungkin akan pulang sedikit malam. Tidak apa-apa kan?"
Lenka mengangguk dan tersenyum. "Hati-hati." Ucap nya.
"Ittekimasu!" seru Len sambil berlari keluar rumah menuju sekolah baru nya.
"Itterasshai." Ucap Lenka kemudian menutup pintu rumah.
-0o0-
Unknown place...
"Ku mohon Ratu! Bertahanlah. Sebentar lagi, Dokter Kerajaan akan datang." Ucap seorang laki-laki berambut hitam kepada seorang Ratu yang terbaring lemas di atas tempat tidur mewah. Terlihat dari raut wajah nya kalau dia khawatir dengan keadaan sang Ratu yang kesehatan nya terus memburuk.
"Bisa tolong ambil kan aku air." Pinta sang Ratu dengan suara lemah.
"Tolong ambil kan segelas air." Perintah laki-laki berambut hitam itu kepada salah satu pelayan di ruangan itu.
"Baik." Ucap pelayan itu lalu pergi.
"Ku mohon bertahanlah Ratu. Kami tidak ingin kehilangan Ratu setelah-" ucapan laki-laki berambut hitam itu dipotong oleh sang Ratu.
"Sshhh! Aku tidak ingin meninggalkan kalian semua. Aku masih punya kewajiban untuk mengurus kerajaan dan mendidik Putri ku agar dia... uhuk-uhuk... bisa meneruskan tahta kerajaan. Mungkin aneh seorang Ratu memimpin keraajan nya sendirian, tapi mau bagaimana lagi." Ucap sang Ratu lemah.
"Tapi sekarang yang perlu diperhatikan adalah kesehatan Ratu. Untuk masalah Tuan Putri, serahkan saja kepada kami. Kami akan mendidik dan melatih Tuan Putri hingga siap dalam segala hal." Ucap laki-laki berambut hitam itu.
"Terima kasih... Kagene-san." Ucap sang Ratu.
"Apa pun untuk mu Ratu." Respon laki-laki berambut hitam itu-Rei Kagene.
KLEK
"Kagene-san, ini air nya." Ucap pelayan yang membawa air putih.
"Terima kasih." Jawab Rei mengambil air itu. "Tolong Ratu bangun sebentar dan minum air ini." Lanjut nya sambil membantu sang Ratu duduk di atas kasur nya. Sang Ratu menurut dan meminum air itu, lalu berbaring lagi.
"Apa ada sesuatu yang Ratu butuhkan lagi?" tanya Rei. Sang Ratu hanya menggeleng pelan.
"Tidak ada. Terima kasih. Kau boleh pergi." Jawab sang Ratu.
"Kalau begitu saya permisi." Kemudian Rei berjalan ke pintu keluar. Dia menoleh sebentar lalu membuka pintu itu.
KLEK
'Kalau saja aku bisa menghentikan 'dia', semua ini tak akan terjadi.' Batin Rei lalu menutup pintu.
BLAM
-0o0-
Kelas XA - Vocaloid Sky Gakuen...
KRIIIIING
"Oke anak-anak. Pelajaran hari ini selesai." Ucap seorang laki-laki berambut hitam kepada murid-murid nya. "Ingat! Besok Ulangan!" Lanjut nya.
"Hai'..." Jawab para murid lemas.
"Len!" seorang murid cewek menghampiri meja si cowok shota berambut kuning. Cewek itu memiliki rambut hijau pendek dengan kaca mata berwarna merah yang berada di atas kepala nya.
"Ada apa Gumi?" tanya Len.
"Aku pinjam buku sejarah mu ya, pliss." Ucap Gumi memohon.
"Copas nih?"
"Hehehe."
"Nih, tapi besok kembali kan. Aku juga mau belajar." Ucap Len sambil menyerahkan buku sejarah nya kepada Gumi yang tersenyum gaje.
"Sip deh. Arigatõ, Len." Ucap Gumi lalu bergegas pulang.
"Haah..." Len mengehela nafas dan menatap keluar jendela.
'Pelajaran tambahan masih satu jam lagi.' Batin Len sambil melihat murid-murid yang mulai meninggalkan area sekolah.
"Sebaiknya aku makan dulu." Ucap Len pada diri nya sendiri lalu pergi ke kantin sekolah.
Kantin - Vocaloid Sky Gakuen...
"Yo! Len!" sapa cowok berambut biru.
"Hmm, Kaito?" Len menoleh pada cowok itu.
"Yo!" cowok yang bernama Kaito, berambut biru, memakai syal kemana-mana, dan terlihat baka. (Kaito : golok mana golok!)
"Ada apa?" tanya Len sambil duduk di salah satu meja.
"Gimana rasanya sekolah di sini?" tanya Kaito.
"Semua nya normal. Tidak seperti sekolah ku yang lama, membosankan." Jawab Len.
"Apa kau sudah menemukan seseorang yang kau sukai hmm?" tanya Kaito dengan senyum gaje-nya. Len blushing.
"A-apa yang kau katakan BakAkito! Aku baru seminggu di sini tau!" Jawab Len sambil menoleh ke arah lain.
"Hahaha!" Kaito tertawa lepas.
"Kau juga ikut pelajaran tambahan?" tanya Len masih menoleh ke arah lain.
"Iya, nilai-nilai ku masih kurang." Jawab Kaito.
"Itu kan karena kau memang baka, hahaha." sekarang giliran Len yang tertawa lepas.
"Terima kasih!" respon Kaito dengan tanda perempatan yang muncul di kepala nya.
-0o0-
Ruang bawah tanah - Unknown place...
"Bagaimana? Apa keadaan Ratu sudah membaik?" tanya seorang perempuan berambut hitam.
"Belum. Tidak ada perubahan." Jawab Rei.
"Apa tidak ada cara lain?" tanya perempuan itu lagi.
"Aku khawatir tidak ada." Jawab Rei menundukkan kepala.
"Kau sudah melakukan yang terbaik Rei." Ucap perempuan itu menyemangati Rei.
"Tapi Rui, kalau keadaan Ratu terus seperti ini, maka Ratu aka-" Rei belum menyelesaikan kalimat nya karena Rui memotong bicaranya.
"Sst! Kau tidak boleh berbicara seperti itu! Tunggu sampai Dokter Kerajaan datang." Ucap Rui dengan senyum meyakinkan. Rei hanya mengangguk.
"Oh ya, apa kau sudah menyelesaikan surat itu?" tanya Rei.
"Sebentar lagi akan selesai. Ku harap siapa pun yang akan datang bisa membantu kita melawan 'dia'." Jawab Rui sambil berharap. Rei mengangguk.
"Ku harap juga begitu." Respon Rei.
"Lalu dimana Tuan Putri sekarang?" tanya Rui.
"Tuan Putri sekarng berada di Rumah Kaca Kerajaan bersama Miku." Jawab Rei. Rui mengangguk.
"Kalau surat itu sudah selesai, beri tahu aku." Ucap Rei sambil berjalan menuju pintu.
"Omakase!" Ucap Rui.
Kemudian Rei menutup pintu itu.
-0o0-
Tepi sungai – The City...
"Hoaammm..." Len menguap lebar. "Membosankan." Lanjut nya.
"Kalau kau bosan, terjun saja ke sungai itu dan tangkap beberapa ikan. Aku lapar." Ucap Kaito yang duduk di samping Len.
"Kenapa tidak kau saja yang terjun?" Jawab Len malas.
"Hehe, aku tidak bisa berenang, kau tau kan." Ucap Kaito.
Mereka berdua sekarang berada di tepi sungai. Pelajaran tambahan sudah berakhir satu jam yang lalu. Dan sekarang seperti yang kalian lihat/baca, mereka bosan.
"Hahaha."
"Lepaskan aku!"
"Serahkan uang mu dulu manis."
"Pergi dari ku!"
"Bagaimana kalau kita bermain-main sebentar, hmm?"
"Jangan sentuh aku!"
DUAGH
"K-Kau ini!"
PLAK
"Kyaa!"
Len dan Kaito mendengar teriakan seorang perempuan tak jauh dari tempat mereka bermalas-malasan.
"Hah, mereka lagi." Ucap Len malas.
"Mereka bukan orang yang kemarin Len." Ucap Kaito mengamati gerombolan cowok yang mengerubungi satu orang cewek.
"Apa kau mau membereskan mereka?" tanya Len membuka sebelah mata nya.
"Nah, kau saja." Jawab Kaito sambil bersandar di bawah pohon apel.
"..." Len berdiri dari posisi tidur nya lalu berjalan menuju gerombolan itu.
"OI!" Len berteriak. Para cowok di gerombolan itu menoleh kaget.
"Apakah adil lima orang cowok melawan seorang cewek?" tanya Len sambil mendekati lima cowok itu.
"Apa yang kau katakan bocah?" seru salah seorang di antara cowok-cowok itu.
"Apa kau tidak dengar apa yang ku katakan?" Jawab Len tersenyum.
(Insert song : Beauty as the beast)
"Awas kau bocah!" seru cowok yang tadi lalu berlari ke arah Len yang masih tersenyum sambil mengepalkan tangan kanan nya. Bersiap untuk menghantam Len dengan pukulan nya.
"Heh." Len hanya tersenyum.
"Apa yang lucu bocah!" seru cowok itu sambil melayangkan tinju nya ke arah wajah Len.
TAP
"!" cowok itu kaget karena tinju nya ditahan dengan mudah, bahkan Len tidak bergeser sedikit pun dari tempat nya.
"Kau lah yang lucu." Ucap Len yang masih tersenyum. Cowok itu berusaha melepaskan diri.
"DIAM!" seru cowok itu marah lalu meninju Len lagi dengan tangan yang satunya.
TAP
"!" sekali lagi, Len menahan serangan cowok itu dengan mudah dengan tangan nya yang lain.
"Membosankan." Ucap Len lalu mengangkat cowok itu ke atas dan melempar nya ke teman-teman nya di tepi sungai.
"Gaahh!" cowok itu terhempas ke arah teman-teman nya dengan kuat.
"Kalau kalian itu laki-laki, pilih lah lawan yang tepat." Ucap Len.
"Awas kau bocah!" Kemudian ke lima cowok itu menyerang Len secara bersamaan.
"Hehe."
Cowok pertama melayangkan tinju nya ke arah Len, tapi Len berhasil menghindar dengan mudah. Cowok ke dua melakukan hal yang sama, tapi Len menangkap serangan cowok itu dan melempar nya ke arah cowok pertama.
Cowok ke tiga datang dengan tendangan kaki kanan nya. Tapi Len lebih cepat bertindak. Len menahan serangan itu dengan kaki kiri nya.
"Akhh!" Rintih cowok ke tiga.
"Uhh, pasti itu sakit." Ucap Len melihat cowok ketiga yang mengerang kesakitan sambil memegangi kaki kanan nya.
"Kau ini!"
BUAGH
Cowok ke empat berhasil meninju perut Len dengan kuat. "Hehe, kena kau bocah!" ucap nya senang.
"Hehe, tidak juga." Len mengangkat wajah nya dan tersenyum. Kemudian mencengkram kerah baju cowok itu dan melempar nya ke arah cowok ke tiga.
"Gaahh..." Cowok ke tiga makin kesakitan karena kaki kanan nya ditindih oleh cowok ke empat yang dilempar oleh Len.
"Jangan senang dulu bocah!" cowok ke lima menyerang Len dengan sebuah pisau lipat.
"Heh, melawan seorang bocah dengan pisau? Dasar bocah." Ucap Len meledek cowok ke lima. Cowok ke lima marah dan menyerang Len dengan cepat. Len menghindari setiap serangan yang diarah kan ke wajah shota nya. #dilindas
"Apa kau bilang!" cowok ke lima makin marah dan menendang Len dengan kaki kanan. Len berhasil menghindar dan memutar arah tubuh nya.
"!"
"Ada apa? Tidak bisa mengikuti kecepatan ku?" tanya Len yang sudah berada di belakang cowok ke lima.
"Diam lah kau bocah!" cowok ke lima menyerang Len lagi dengan acak. Namun, Len tetap tenang dan menghindari setiap serangan dengan mudah.
Flashback on...
"Kelemahan terbesar lawan adalah kontrol emosi nya. Jika kau bisa mengendalikan atau memanipulasi emosi lawan, kau akan mudah mengalahkan lawan mu." Ucap seorang laki-laki berusia 45 tahun dengan rambut oranye.
"Hai' Hibiki-sensei!" Jawab Len mengangguk.
Flashback off...
'Memanipulasi emosi lawan huh...' Batin Len mengingat pelajaran yang diajarkan oleh sensei-nya sambil menghindari setiap serangan lainnya.
"Diam lah agar aku bisa memukul mu!" seru cowok ke lima frustrasi.
"Kalau begitu kau harus berusaha lebih keras, hahaha." Jawab Len dengan santai.
"Awas kau!"
'Sepertinya aku sudah bisa menguasai emosi lawan. Heh... Omoshiroi ne...' Batin Len sambil tersenyum.
(End of Song)
T~B~C
.
Review boleh, gak review gak boleh. :D
#gue duarius!
.
Semua kritik diterima disini.
#gue tigarius!
.
A/N : Hehe, sedikit musik gak apa-apa kan? :)
Fic ini tiba-tiba nyangkut(?) di kepala ku, jadi ya di ketik aja. #plak
Jadi, boleh kah aku mengharap kan review dari reader-sama?
