Dan inilah Carmilla! Dengan single terbarunya, (.....)!!! Hahahaha becanda, emang lagu apa wakakakaka, Eh eh aku lagi mandek nih idenya, kalo ada yang bisa kasih ide tolong ya!

DISCLAIMER:

Kuroshitsuji (dengan sedih gue akuin) (c) Yana Toboso! GRRHHH!!!

Warning: abalan kelas kakap

Summary:

"Ciel kau adalah seorang perempuan! Tidak heran kalau kau anemia, karena memang kau sudah dewasa dan memang waktunya untuk haid. Bagaimanapun caranya kau menyamar jadi laki –laki dan berpura –pura tegar, kau adalah PEREMPUAN!!!" ujar Bibi An sambil marah –marah. Menceritakan empat hari beristirahatnya Ciel dengan Sebastian


Can I Call You Father?

Ciel terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia menguap sekali dan melihat sekeliling, Sebastian tidak ada dimana –mana. Ciel mengambil novel yang belum selesai ia baca, berjudul '24 Face of Billy' cerita nyata tentang orang berkepribadian 24. Cerita itu hampir tidak pernah selesai dibaca oleh Ciel, karena bukunya tebal dan memang pada dasarnya, dia malas membaca. Padahal, gadis muda biasanya kan membaca novel cinta....

Dia memang berbeda dari gadis bangsawan yang lain. Ia tidak pernah memakai gaun panjang berkibar –kibar, ia biasa memakai celana pendek diatas lutut dan baju laki –laki. Karena ayah ibunya meninggal, ia terpaksa melanjutkan tugas keluarga Phantomhive, dan yang melanjutkan tugas keluarga Phantomhive haruslah laki –laki, maka ia menyamar menjadi anak lelaki. Lizzie mengetahui hal itu, ia hanya menyayangi Ciel sebagai kakaknya.

"Permisi" ujar Sebastian sambil mengetuk pintu "Sebastian, masuklah" ujarnya agak lembut "Selamat pagi tuan muda" ujarnya seraya membuka gorden "Tidak biasanya anda bangun pagi begini...apalagi tersenyum" ujarnya menggoda Ciel. Gadis itu segera menutup bukunya dengan malu-malu. "Diam kau!" ujarnya memerah. "Ti –Tidak sengaja!" ujarnya berusaha menjaga imej. Butler iblis itu tertawa kecil sambil menyerahkan teh paginya "Hari ini...tehnya Earl Grey ya? Wanginya enak..."ujarnya sambil menyeruput teh tersebut. "Anda memang tajam ya...Nona muda" ujarnya agak menyindir. Gadis berambut sebahu itu terdiam.

"Diam saja kau" ujarnya dingin, lalu mengambil koran dan membacanya "Rambut anda mulai panjang, anda yakin anda tidak mau memotongnya lagi?" tanya Sebastian sambil menyentuh rambutnya yang sudah sebahu lebih "Tidak deh..."ujarnya sambil menyentuh rambutnya "Aku rasa....aku ingin memanjangkan rambutku..."ujarnya lalu tersenyum dengan manis "Hei, menurutmu aku pantas tidak kalau berambut panjang?" tanyanya masih sambil tersenyum "Iya, saya rasa anda akan lebih cantik..."ujarnya "seperti tiga tahun yang lalu, rambut anda yang biru kehitaman panjang sepinggang" ujarnya lagi sambil tersenyum.

XxXxXxXxXxX

"Apa saja jadwal hari ini?" tanya Ciel, ia sudah rapih dan siap untuk pergi "Jam 10 nanti anda akan belajar biola, lalu pekerjaan soal Funtom Company" ujar Sebastian, merapihkan pita di leher Ciel "Ada yang lain?" tanyanya "Tidak" lalu gadis itu tersenyum tipis "Oh ya, saya hampir lupa. Jam 4 nanti, Madam Red akan tiba kesini" ujar Sebastian "katanya ia ingin mengunjungi anda, keponakannya yang manis" ujar Sebastian dengan tawa kecil yang mengganggu. "Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu. Sarapan akan segera siap" ujar Sebastian, membungkukkan diri lalu pergi. "Ya, terserah" ketika Sebastian pergi, ia merasakan sakit perut dan pusing melandanya. Ia berpikir mungkin karena ia kurang makan?

XxXxXxXxXxX

Pelajaran biola dan pekerjaan soal Funtom Company berjalan lancar. Belum juga jam 4, Madam Red katanya sudah tiba, segera saja ia masuk dan memeluk Ciel, "Halo keponakanku yang manis~, apa kabar?" tanyanya dengan riang, Ciel hanya mengangguk padanya dengan senyum paksaan "Baik –baik saja kok Bibi An" jawabnya dengan manis. "Baguslah, hei, kita main catur bareng yuk!" ujarnya

Keduanya bermain catur terus menerus sambil menunggu meat tea, tiba- tiba, Ciel merasa kepalanya berputar, dan semuanya buram, lalu ia pingsan

XxXxXxXxXxX

"Anemia" jawab Bibi An yang dokter itu. "Dia haid untuk pertama kalinya" ujarnya lagi. "Dia tidak boleh melakukan tugas berbahaya untuk sementara sampai haid-nya selesai, tapi karena dari kemarin ia terlalu lelah jadi ia harus beristirahat satu dua hari" jawabnya lagi. "Istirahat!? Jangan bercanda! Aku masih ada tugas lain Bibi An!" ujarnya ketakutan, lalu ia merasa mual dan segera berbaring lagi. Madam Red alias Bibi An itu menatapnya tajam "Ciel kau adalah seorang perempuan! Tidak heran kalau kau anemia, karena memang kau sudah dewasa dan memang waktunya untuk haid. Bagaimanapun caranya kau menyamar jadi laki –laki dan berpura –pura tegar, kau adalah PEREMPUAN!!! Ingat itu!" ujar Bibi An, mengejutkan Ciel. Sumur hidupnya tidak pernah ada orang memanggilnya perempuan, semua menganggap dia laki –laki. "Ba-Baiklah, aku akan beristirahat" ujarnya lalu berbaring lagi di tempat tidurnya.

XxXxXxXxXxX

"Tuan Muda, saya membawakan makan malam anda" ujar Sebastian, lalu mengguncangkan badan sang gadis muda itu "Tuan muda?" Ia dapat mendengar Ciel menangis sesenggukan dibalik selimut. "Ada apa?" tanyanya khawatir, lalu Ciel membalikkan badannya, penutup matanya telah dilepas agar ia bebas menangis "A-Aku kaget. Seumur hidup, ti-tidak ada yang pernah, me-menganggapku perempuan..." ujarnya terbata –bata, "Kau pun, tidak menganggapku perempuan bukan? A-Aku tomboy sekali....se-sebenarnya aku ingin memakai gaun yang manis...ta-tapi aku pasti terlihat aneh, makanya, a-aku tidak mau....me-menjadi perempuan....apalagi kalau sampai harus mengalami ini...." ujarnya sambil menangis, Sebastian hanya tersenyum lalu mencium pipinya, menjilati air matanya "Jangan khawatir, Ciel, saya selalu menganggap anda sebagai wanita." Ujarnya "Jangan membandingkan diri anda dengan Lizzie, atau gadis lainnya. Anda cantik apa adanya" ujarnya lagi, Ciel tersenyum tipis, lalu menghapus air matanya "Kau benar Sebastian, aku cantik apa adanya." Ujarnya sambil tersenyum manis.

"Silahkan, makan malam hari ini adalah beef steak." Ujarnya lalu meletakkan nampan di pangkuan Ciel. "Selamat makan" ujarnya lalu duduk disampingnya, "Mau saya suapin?" tanyanya dengan iseng, lalu muncul jawaban yang tidak bisa diduga dari Ciel "Ya, aku mau" ujarnya lalu menyerahkan nampan itu di pangkuan Sebastian. "Ayo, buka mulutnya yang lebar" Ciel tersenyum dan memakannya terus tanpa komplain.

XxXxXxXxXxX

Ciel tertidur dengan lelap di tempat tidurnya, wajahnya tersenyum dengan manisnya. Sebastian lalu merapihkan rambutnya dengan pelan –pelan, tidak ingin membangunkannya. "Sweet dreams, Princess" ujarnya lalu mencium kening Ciel sekali lagi sebelum pergi.

Hari berikutnya~

"Selamat pagi, tuan muda" ujar Sebastian. "Hari ini sepertinya cerah sekali" ujarnya. Ciel membalikkan badannya, Ia dapat merasakan sakit perut melandanya. "Oh, Sebastian" panggilnya "Ya?" Sebastian mendekatinya, "Ada apa, tuan muda?" Gadis itu terlihat sedikit terganggu dengan panggilan itu "Mulai hari ini, panggil aku nona muda....ah janga, Ciel saja cukup" ujarnya. "Baiklah, Ciel" ujarnya lalu mencium keningnya dengan lembut. "Teh hari ini Jasmine ya?" tanyanya lalu menyeruput teh itu dengan anggun, "Ya, Anda memang hebat ya" ujar Sebastian. "Hari ini, anda ingin beristirahat atau tidak?" tanyanya, tahu betul bahwa si gadis muda itu tidak bisa disuruh duduk diam. "Tidak, aku rasa aku akan beristirahat saja hari ini" ujarnya. "Kalau begitu, saya akan mengantarkan sarapan anda, permisi" ujarnya lalu menutup pintu kamar Ciel.

XxXxXxXxXxX

Sekitar 15 menit kemudian, Sebastian masuk lagi dengan sarapan Ciel. "Permisi" ujarnya "Sarapan anda" ujarnya lalu melirik ke Ciel yang sudah tertidur lelap lagi di tempat tidurnya "Ciel, bangunlah" ujarnya, sambil mengguncangkan badannya dengan halus. "Sarapan anda sudah siap" gadis itu membuka matanya, menguap lalu mengucek –ucek matanya. "I-Iya, maaf aku ketiduran" ujarnya, lalu mengibaskan rambutnya dengan tangannya yang berjari lentik. "Baunya enak sekali...." ujarnya "Suapin aku lagi" ujarnya agak manja, Sebastian tersenyum tipis lalu duduk disampingnya "Anda jadi manja ya" ujarnya mengganggu Ciel,Gadis itu hanya tersenyum kecil dengan manisnya "Ah, sekali –sekali tidak apa kan...." ujarnya lembut.

"Kalau begitu, saya akan kembali lagi nanti untuk mengantarkan makan siang. Kalau ada apa –apa, panggil saja saya" ujarnya lalu pergi. Gadis itu mengangguk, lalu merebahkan dirinya di tempat tidur, melanjutkan membaca novel yang belum selesai itu.

XxXxXxXxXxX

Cring~ Cring~

Bel berbunyi, Sebastian menghentikan pekerjaan mencuci piringnya. Lalu ia segera memakai tailcoatnya dan berangkat ke kamar Ciel.

"Anda memanggil saya, tuan muda?" tanyanya, melihat mata Ciel yang bersembunyi dibalik buku, menatapnya dengan kedua matanya yang tidak serasi . "Ciel, Sebastian, Ciel" ujarnya meningatkan. "Iya, Ada apa Ciel?" tanyanya ulang, Gadis itu menurunkan buku tebal tersebut "Aku haus, ak ingin minum air hangat..." ujarnya "Teh saja mau?" gadis itu menggeleng "Tidak, air saja" ujarnya. "Aku lapar, makan siang sudah siap belum?" tanyanya lagi, membalikkan badannya ingin tidur "Sebentar lagi, mau saya antarkan?" Gadis itu menggeleng pelan "Tidak, aku akan jalan sendiri, boleh kan?" tanyanya, Ia agak sedikit demam sekarang. "Tidak bisa, anda belum begitu kuat." Ujarnya, lalu meletakkan tangannya di kening Ciel. "Anda panas sekali..." ujarnya khawatir, tiba –tiba, Ciel menarik tangan Sebastian, meletakkannya di pipinya. "Tanganmu dingin...enak..." ujarnya semakin lemah. "Apa makan siang hari ini?" tanyanya, masih memainkan jari –jari Sebastian. "Soup Daging, cocok sekali ketika anda sakit" ujarnya lalu mencium matanya dengan penuh kasih sayang "Bagaimana?" gadis itu, lagi –lagi tersenyum dengan manisnya "Kedengarannya enak...."

XxXxXxXxXxX

"Ciel, makan siangmu sudah siap" ujar Sebastian, mengguncangkan badannya "Ayo, kita turun" ujarnya sambil mengulurkan tangannya. Lalu ia melepaskan baju Ciel, menggantinya dengan kemeja panjang dengan rok abu-abu dan pita hitam. "Manis bukan?" tanyanya, menghadapkan dia ke cermin terdekat. Gadis itu memerah wajahnya seakan tidak percaya. Rambutnya yang biasa dijepit kebelakang digerai, Sepatunya berhak tinggi layaknya wanita dewasa. "Cocok sekali denganmu, My Lady" ujarnya seraya menicum lembut pipinya. "Te-Terima kasih..."ujarnya, ia masih berpegangan di lengan Sebastian, lalu butler itu menggendongnya, "Anda belum kuat berdiri bukan?" ujarnya lalu menuruni tangga dengannya, gadis itu tersenyum tipis

Maylene dan Finnian terpana melihat Ciel dan Sebastian yang ada di tangga, apalagi melihat Ciel rambutnya dilepas dan digendong Sebastian, sudah seperti putri raja saja. "Ayo, turunkan aku" ujarnya, lalu duduk di kursi, siap menyantap makan siangnya. Gadis itu tersenyum tipis, ketika Sebastian mencium matanya sebelum menurunkan dia. Gadis itu menyeruput soup-nya dengan anggun, benar –benar seperti lady, mengingat ia biasa menjadi laki –laki.

XxXxXxXxXxX

Ciel's Bedroom

3.40 PM

"Cieeeeeeeeeeeeell!!!" teriakan panjang yang sudah dia kenal itu, Soma. "Aku kangen makanya aku da—" ia menghentikan kalimatnya, apalagi melihat Ciel sedang duduk di tempat tidurnya membaca buku dengan kemeja abu-abunya yang tadi ia pakai saat makan siang. Untung saja tadi ia sempat memakai celana panjang hitam. "Ada apa kau kesini?" tanyanya sambil membalik halaman novel tersebut. Soma masih melongo di depan pintu, tidak percaya kalau Ciel sakit. "Ciiieeeeell??!! Kau kenapa?!" tanyanya khawatir, memeluknya dengan erat, tepat ketika Sebastian masuk. "Ah, Tuan Soma. Ada apaanda kesini?" tanyanya dengan tajam, "Tidak, aku kangen saja dengan Ciel makanya aku kemari..." ujarnya beralasan bohong banget. Sebastian segera mengusirnya dari kamar Ciel "Maaf, Tuan Muda sedang tidak enak badan saat ini, jadi ia ingin ketenangan sedikit di kamarnya" ujar Sebastian sambil mendorong Soma. "Anda dapat mengobrol dengan Tuan Muda kalau sudah saatnya makan malam" lalu ia menutup pintu tersebut.

"Terima kasih..." ujarnya lalu melepas jepit rambutnya, mengibaskan rambutnya yang sebahu itu. "Aku sempat panik tadi." Sebastian tidak menjawab, ia hanya menatapnya tajam lalu duduk disebelahnya "A-Ada a—mmmpphh!?" Belum sempat ia selesai bicara, sang butler iblis itu sudah mengunci bibir Ciel dengan bibirnya sendiri. Gadis itu tersengal ketika Sebastian melepas ciuman tersebut. "Ke-Kenapa...." Gadis itu tidak percaya, dia? Menciumnya? Di bibir? "Ma-Maafkan saya...." Gadis itu wajahnya memerah, lalu menciumnya sekali lagi "Tidak apa, aku bisa mengerti kalau kau cemburu, maaf, itu salahku" ujarnya dengan senyuman semanis mungkin. Sebastian tersenyum tipis lalu memeluknya. "I love you" bisiknya lembut di kuping Ciel, gadis itu menutup matanya, mencium pipi Sebastian "I love you too"

XxXxXxXxXxX

"Ada apa kau kesini?" tanya Ciel yang sudah lebih sehat sekarang. "Ah, sudah kubilang. Aku rasa kau kesepian, dan lagi pula aku ingin bercerita sesuatu denganmu! Lagipula aku ingin belajar catur denganmu....." Lalu mulailah Soma bercerita panjang lebar, ketahuan bahwa Ciel memikirkan hal lain daripada mendengarkan ceritanya.

XxXxXxXxXxX

"Huh, capek aku mendengar dia bicara." Keluh sang gadis itu, lalu menguap. "Jam berapa ini?" tanyanya ke Sebastian, "Jam 11.45, Ciel" ujarnya, gadis itu menguap lagi. "Mataku berat....." Dia mengucek –ucek matanya, Sebastian tersenyum tipis, menggendongnya dan mencium pipinya. "Kalau begitu, tidurlah" ujarnya dengan lembut. Suara Sebastian yang menenangkan hati, membuatnya tertidur di pelukannya.

XxXxXxXxXxX

Hal berikutnya yang ia ketahui, ia sudah di tempat tidur. Ciel melihat keluar jendela, bulan tergantung di langit, cahayanya terang sekali. Di sisinya, ada Sebastian yang menungguinya dengan setia. "Apakah saya membangunkan anda?" tanyanya lalu menggeser poninya yang menutupi matanya "Tidak..." ujarnya nyaris tidak terdengar, "Kau sedang apa?" tanyanya penasaran. "Ah, tidak, saya kira anda akan terbangun nanti dan rupanya tebakan saya benar" ujarnya, meletakkan punggung tangannya di tangan Ciel. "Anda masih panas, mungkin sekarang demam tinggi" Ciel membuka tutup mulutnya, kesulitan bernapas "Setelah Anemia, demam? Ya ampun" ujarnya kesal, Ia menggeser badannya, melihat Sebastian dengan kedua belah matanya yang tidak serasi. "I love you" bisik Ciel, lalu mencium bibir Sebastian dengan lembut, menutup matanya dan tertidur kembali. "I love you too, Ciel" Sebastian menatapnya dengan penuh rasa sayang, dan mencium keningnya sebelum pergi.


Akhirnya! 6 halaman lewat! Saya berhasil membuat fanfic yang panjang berdasarkan ide saya sendiri!! Gaje ya? Saya sudah tahu..makanya.....JANGAN DILEMPARIN SENDAL BUSUK DONG!! *menghindari lemparan sendal busuk* udahan eh!

Read n Review guys!

Click the button below to give the author $2000 donation (ngibul men)