Suara alunan gitar memenuhi kafe kecil yang terletak di pinggir jalan perkotaan yang padat, tempat yang pas melepas penat. Suara desisan mesin kopi dan harum biji kopi yang baru direbus membuat rileks setiap orang yang memasuki ruangan tersebut.

Sebuah tempat relaksasi sekaligus tempat berbincang-bincang dengan kawan lama, melepas rindu ataupun mengajak orang terkasih menghabiskan waktu yang berkualitas. Tak jarang ada orang yang keluar masuk kafe hanya untuk menghangatkan diri dari kejam-nya musim dingin desember kota Seoul Korea selatan yang mencapai minus 5 derajat celcius. Tangan yang menyentuh cangkir kopi beling, memberikan kehangatan yang menyentuh tiap saraf-saraf tangan yang membeku

Tak ada alasan untuk tidak berhenti sejenak dan masuk ke dalam kafe di malam hari yang bersalju.

Yang menjadi atraksi utama, magnet yang menarik pengunjung untuk ikut bersantai dan menikmati Americano hangat adalah seorang pemuda berwajah oriental yang memainkan senar-senar gitar akustik dengan piawai. Tubuh-nya di bungkus kemeja putih yang bagian lengannya digulung sampai siku-nya, celana hitam-nya membungkus kaki jenjangnya, ekspresi wajah nya menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menikmati permainan gitarnya. Sesekali ia mengetuk kuku jemarinya, menghantam kayu gitar akustik Taylor yang solid. Gitar yang tepat untuk orang yang tepat.

How deep is your love by Bee Gees.

Lagu yang sedang dimainkan sang gitaris kafe, lagu yang membuat pecinta musik tahun 70-an bernostalgia.

Wajah tampan sang pemuda oriental membuat beberapa pengunjung wanita terpukau, tak jarang beberapa pengunjung yang melihat wajah pemuda itu dari luar kafe tertarik untuk bersantai di dalam dan menikmati alunan musik, kopi hangat dan tentu saja wajah tampan pemuda itu.

Permainan gitar-nya pun berhenti dengan sedikit sentuhan Harmonik pada gitarnya. Pengunjung yang terpukau pun berdiri dan bertepuk tangan

Pemuda itu berdiri dan menunduk 90 derajat tanda penghormatan yang dalam.

Beberapa orang maju ke panggung kecil kafe yang terbuat dari kayu dan meletakkan beberapa lembar uang di toples uang tip.

Sesekali gitaris itu berkata "Kansahabnida" setiap ada yang meletakkan uang tip di dalam toples.

Sang gitaris menawan itu meraih mikrofon yang terletak di meja kopi yang terletak di sebelah panggung dan mulai berbicara.

"Annyeong Haseyo, terima kasih atas tip yang anda berikan, Wahh ini terlalu banyak untuk bisa disebut tip hahaha." Tawa pemuda berwajah oriental tersebut membuat pengunjung lain ikut tertawa, tawanya begitu lepas dan wajahnya terlihat damai. Melelehkan hati yang beku dan memberi semangat kepada orang-orang yang lelah setelah berkutat dengan pekerjaan kantor atau sekolah.

"Ne.. malam ini sangat dingin ya, ber hati-hati lah dan jangan sampai terkena flu ya. Berikutnya akan saya bawakan lagu yang saya suka. Lagu ini sangat cocok untuk malam yang dingin namun hangat karena kehangatan kopi yang harum, silahkan menikmati kopi anda dan permainan gitar saya."

Dengan sigap, ia meletakkan mikrofon kembali ke meja kopi dan mempersiapkan gitar elektrik Gibson Les Paul alpine white kesayangannya. Ia mengenakan tali gitarnya dan mulai memberikan aba-aba pada sang pianis dan drummer untuk mengikuti temponya.

Dimulai dengan alunan gitar, ia memulai dengan solo. Dia bermain beberapa kord dan dikuti dengan piano dan drum.

Goodbye Winter by Day6

~~~~~

"Yixing-ah!"

"Kris-ge?"

Pemuda yang sedang membereskan gitarnya usai penampilannya tadi pun menoleh karena ada yang memanggilnya, suaranya pun tidak asing juga.

"Xing-ah, Ni hao." Seorang lelaki jangkung dengan rambut perak cepak yang disisir ke belakang menghampirinya. Di sebelahnya, pemuda yang sedikit lebih pendek darinya menggenggam tangannya erat.

Ia pun berdiri dan menghadap lelaki jangkung itu

"Wahh permainan gitarmu tambah bagus saja sejak terakhir kita bertemu." Mendengar pujian dari Gege nya ia pun merasa sangat bangga

"Xiexie Kris-ge, Zhe shi shei a*?" (Terima kasih Kak Kris, ini siapa ya?)

"Wo shi Huang Zitao, Yifan de nanyou.*" (Saya Huang Zitao, pacarnya Yifan)

Mendengar pernyataan lelaki manis itu pun dia merasa terkejut, ia tak percaya Gege nya yang pernah berkata bahwa cinta itu tak ada, bahwa cinta itu hanya permainan yang dibuat untuk melemahkan dirinya akhirnya memiliki pacar. Seorang lelaki, orang China pula.

Dan Ia merasakan sedikit kemenangan karena berhasil memenangkan taruhan kecil yang pernah dibuatnya dengan Kris.

"Kau punya pacar?? Dulu kau bilang-"

"Itu kan dulu! Sekarang aku ingin, Taozi zhe shi wo de didi, Yixing.*" (Peach, ini adik ku, Yixing.)

Zitao yang mendengar percakapan kedua orang itu dengan bahasa inggris terlihat kebingungan. Kris dan Yixing sering berbicara dengan bahasa inggris, korea, dan mandarin untuk mengasah kemampuan berbahasa mereka.

"Bisa kah kalian berbicara bahasa mandarin atau bahasa Korea? Wo bu mingbai.*" (Saya tidak mengerti)

Gerutu lelaki manis itu yang mendapatkan tepukan di kepala oleh Kris

"Bahasa Korea saja bagaimana? Zitao-ssi? berhubung kita di Korea."

"Ne, Korea saja, sekalian aku sedikit berlatih karena aku belum terlalu lancar berbahasa Korea."

Yixing pun mengangkat dua hardcase gitar nya dan meletakkannya di meja. Tak lupa ia mengambil backpacknya dan memasukkan mikrofon pribadinya, capo gitar, dan laptopnya.

"Yixing hyung, permainan gitarnya bagus sekali loh, tidak mau debut jadi solois saja?"

Perkataan itu sering dilontarkan oleh banyak orang yang melihat secara langsung bakat Yixing, Yixing seharusnya debut menjadi artis terkenal karena bakat dan visual yang dimilikinya, selain itu Yixing juga memiliki bakat dalam bidang menari. Jujur, Yixing tersanjung dengan pujian yang diberikan kepadanya, yixing adalah seorang yang pemalu dan anti kamera, selain itu passionnya adalah membuat musik untuk didengarkan, ia tidak mengandalkan wajah tampannya. Oh, ayolah, di Korea dunia hiburan itu semuanya tentang tampang mu, semua orang tahu itu.

"Aku membuat lagu untuk banyak artis terkenal loh, aku lebih suka bekerja di bidang produksi daripada tampil di layar kaca hahaha, selain itu aku sangat suka tampil di kafe dan busking di jalanan hongdae yang ramai, aku bisa bertemu dan berinteraksi langsung dengan penikmat musik-ku dan komunitas musik."

Seketika itu, pintu kafe berbunyi. Barista dan pelayan kafe mengucapkan selamat datang pada tamu yang baru saja datang. Yixing pun menoleh, matanya terbuka lebar, jantungnya berdetak kencang, kepalanya pusing dan dia panik.

Dada-nya sakit, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Alarm panik dalam otak-nya berbunyi dan ia berkeringat dingin

melihat mata-nya yang jernih, rambut hitamnya yang rapi, kacamata yang bertengger di hidungnya, kulitnya yang berkilauan tertimpa cahaya lampu kafe yang berwarna ke kuningan.

'Itu dia!'

~~~~~

Cahaya bulan yang menyinari kota Seoul semakin terang menunjukkan keindahannya, semakin malam sang Luna terlihat semakin memekarkan kecantikannya. Suara angin malam yang dingin saling berkejaran melengkapi suasana malam kota Seoul yang sepi, ayolah siapa yang berani keluar malam saat suhu-nya menunjukkan minus 8 derajat celcius?

Hanya ada beberapa orang yang memiliki tujuan untuk pulang ke rumah dan bergelung dengan selimut yang hangat dan segelas cokelat hangat yang asapnya mengepul.

Tak terkecuali seorang pemuda tampan dengan tatanan rambut yang rapi dengan kacamata bulat bertengger dihidungnya. Tangannya membeku tidak bisa digerakkan, cerobohnya ia meninggalkan sarung tangannya di meja kantornya.

Oh, tidak pemuda itu bukan pengecut yang takut untuk masuk ke dalam gedung kantor yang gelap dan mengambil sarung tangan-nya.

atau itu yang dipikirkan-nya.

Kim Joonmyeon pemuda mapan yang memiliki pekerjaan baik dan rumah yang bagus.

takut dengan kegelapan

'lagipula jarak dari kantor ke sini sudah terlalu jauh' batin-nya, egonya tidak membiarkan dirinya sendiri mengakui kelemahan-nya.

Joommyeon merutuki tunangan-nya yang mencuri mobil-nya, satu-satu-nya kendaraan-nya untuk mencari nafkah.

pinjam sampai siang saja katanya, buktinya sekarang joonmyeon berjalan kaki di malam yang dingin dari kantor tempat-nya bekerja menuju ke kompleks perumahan-nya.

larut dengan pemikirannya, tiba-tiba ia dikagetkan dengan nada dering yang tidak asing di telinga joonmyeon, saku kantong-nya terus bergetar, ia pun mencoba menggenggam handphone-nya dengan segenap tenaga yang masih ia punya, tangan-nya sangat sakit untuk digerakkan, ujungnya kebiruan tergigit hawa dingin.

"Halo?"

"Ya! Joon-ah, belikan aku Americano hangat, di kafe yang biasa."

Suara melengking seorang wanita yang menusuk telinga terdengar dari benda persegi yang di genggamnya, dengan suara dentuman musik yang keras sebagai suara latar-nya, memuakkan.

belum sempat ia membalas, suara melengking itu kembali berteriak

"YA, harus disitu!"

sambungan-nya terputus sepihak.

'dasar jalang' umpat pemuda itu dalam hati.

Seorang lelaki berpendidikan tak seharusnya berpikiran untuk mengumpat seperti itu, Joonmyeon.

Joonmyeon pun memutuskan untuk berlari untuk menghangatkan badan-nya, bodohnya ia tidak memikirkan cara ini untuk dilakukan dari awal, selain mempercepat perjalanan ia juga dapat menghangatkan badan-nya.

~~~~~

"Tolong dua Americano hangat." ujarnya sambil merogoh sakunya untuk mencari dompetnya.

"Pakai kartu saja, aku tak membawa cash."

'ya ampun itu dia, orang itu lagi' batin yixing tak percaya, malaikatnya mengunjungi-nya untuk ketiga kalinya di tempat kerja.

Kata Yixing, pemuda itu adalah titisan malaikat. Ia tidak pernah melihat pemuda itu tersenyum namun wajah seriusnya terlihat sangat angelic.

Hembusan angin musim semi yang hangat menerpa wajahnya dan memberikan kehangatan di hati dingin Yixing. Tak lupa dengan rona merah yang menghiasi pipi lelaki ber wajah oriental tersebut.

Ingatkan Yixing bahwa ini musim dingin, namun tak ada yang bisa mengubah pendapat seseorang yang sedang jatuh cinta.

Pemuda malaikat itu terlihat tampan dengan trench coat Garbadine Burberry yang menggantung di bahunya. Kaki jenjangnya pun dilapisi celana panjang formal berwarna hitam gelap dan tak lupa sepatu pantofel mengkilap yang basah terkena salju yang meleleh.

Oh oh, dan lihat kacamata bundarnya. 'Ingin kumakan hidup-hidup rasanya' batin Yixing.

'Ok xing, kendalikan dirimu.'

"Yixing?"

"Yixing-hyung?"

Panggilan dari pasangan yang berdiri di hadapannya tidak ia hiraukan. Seperti kamera yang membidik targetnya dan hanya memiliki satu fokus, pandangannya hanya tertuju pada seorang Kim Joonmyeon.

Tentu saja Yixing tau nama malaikat itu,

"Pemesanan dua Americano hangat atas nama?"

"Kim Joonmyeon." gumam Yixing

"Joonmyeon." ucap pemuda yang berdiri di depan kounter barista dengan sedikit mencondongkan badannya ke arah kounter.

Joonmyeon sebenarnya adalah pelanggan tetap di kafe tempat ia bekerja, namun tak setiap hari Yixing mendapatkan panggilan untuk bermain musik di kafe ini, banyak musisi kecil lain yang dipanggil untuk memeriahkan suasana kafe selain dirinya.

Demi Joonmyeon, Yixing rela menjadi musisi di kafe 24/7 asal Joonmyeon berada di kafe 24/7 juga.

"Apa? Kim Joonmyeon?" tanya Tao dengan wajah terkejut.

"Kau kenal Joonmyeon-hyung?" tanya Tao lagi.

Yixing yang ditanya begitu pun panik,

"Apa? Aku? Joonmyeon? Tidak ahaha, siapa? Kim Joonmyeon yang mana?"

Bagus Zhang Yixing, kau menggali kubur mu sendiri.

Bila aku menurunkan volume suara ku

Bila aku lebih berhati-hati

Bila Tao tidak pernah bertanya akan Kim Joonmyeon.

Mimpi buruknya pun terwujud, Pria berparas malaikat dengan wajah yang kelelahan itu pun menoleh.

Merasa namanya dipanggil dengan volume suara yang cukup besar.

Untuk menemukan tiga orang pria yang sedang berbicara dan salah satunya sedang menatap ke arah-nya.

"Huang? Huang Zitao?"

'hah?' batin Yixing kebingungan, ia tidak mengerti dengan keadaan sekarang, kepalanya kosong, keringatnya mengucur deras.

"Jadi benar Kim Joonmyeon? Suho Hyung?? wah sudah lama sekali."

Tao dan Joonmyeon pun berpelukan seperti sahabat lama yang dipertemukan setelah bertahun-tahun, well kenyataannya begitu sih.

"Ehem" itu Kris

"Oh maaf, Yifan-ge, ini teman satu klub menlukisku dulu, Suho atau Kim Joonmyeon."

"Joonmyeon, salam kenal." Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan pemuda yang sangat lebih tinggi dari dirinya.

well, ini memalukan, Joonmyeon adalah pemuda yang paling kekurangan tinggi diantara mereka berempat.

"Dan ini, Zhang yixing."

Seketika itu juga mata pemuda Zhang itu berkunang-kunang penglihatannya memburam dan jantung nya berdetak sangat cepat, tubuh-nya oleng dan jatuh ke lantai kafe dengan bunyi debuman yang cukup besar.

~~~~~

"Yang benar Chen-ah?"

"Jangan ngarang, nanti kalau dia bangun ngamuk loh."

"Haish, ga baik ngomongin orang begitu."

"Apelnya udah dikupas belum?"

Samar-samar terdengar suara-suara yang sangat dikenali-nya, cahaya matahari yang pelan-pelan mulai masuk ke matanya membuatnya mengerjap. Jendela kamarnya ditutup rapat dengan tirai yang dibuka lebar

Tangannya ia gunakan untuk menutup sebagian matanya yang terkena sinar matahari. Bau sitrus dan buku tua masuk ke indra penciuman-nya, bau khas kamar seorang Zhang Yixing.

"Xing?"

"Yixing-ah!"

"Luhan ambilkan airnya."

Yixing yang baru membuka matanya pun hanya bisa mengerjapkan matanya, berusaha memproses kejadian-kejadian yang terjadi.

'bagaimana aku bisa disini, perasaan semalam..' Yixing menampar wajahnya sendiri, lantas orang di sekitarnya pun keheranan

"Xing, sehat?" Ujar seorang laki-laki bermata besar

Dan seperti ombak air laut yang menghantam tepat di wajahnya tiba-tiba, ingatan tentang kejadian di kafe kemarin malam berputar dengan sangat jelas di otaknya, mengingatkan pemuda itu tentang kebodohannya.

Nasi sudah menjadi bubur xing, tak ada lagi yang bisa kau lakukan.

First impression adalah yang paling penting, itu yang Yixing pelajari selama ini. Bila kau mau sukses, berpakaian lah yang baik, bersikap ramah dan sopan, dan jangan terlihat atau bersikap bodoh dihadapan orang lain, buat diri mu terlihat penting dan kau akan sukses di masyarakat.

Dalam hal ini, Yixing ingin sukses dalam hal cinta, mau ditaruh dimana mukanya saat bertemu dengan Joonmyeon-nya nanti?

Ia pingsan ditempat umum, di hadapan lelaki pujaannya. Kalau kiamat terjadi sekarang, Yixing nampaknya tidak keberatan.

"Xing, diminum dulu airnya." Ucap laki-laki bermata bulat itu sambil menyodorkan segelas air putih.

Dengan sigap Yixing pun menerima gelas beling tersebut dan meminum isinya dengan sekali teguk, sisa-sisa air berjatuhan dari ujung mulutnya dan turun ke piama yang digunakannya, membuat kain yang dikenakannya berwarna lebih gelap di beberapa tempat.

"Wow, pelan-pelan minumnya."

"Chen-ah, kau lihat semua kan? iya kan? apa yang terjadi setelah itu?" Yixing pun mulai menginterogasi lelaki yang sedang bersandar di tembok kamarnya sambil berkutat dengan handphonenya.

"Benar-benar Xing, kau jatuh seperti papan, untung sudah sangat malam dan hanya ada satu pengunjung yang memesan americano, aku bisa mati karena malu kalau jadi kau." Kata Chen dengan mukanya yang minta dihajar itu, dia adalah bartender yang bertugas shift malam dan. salah satu dari 4 orang yang menyaksikan bagaimana yixing pingsan dengan tidak elitnya, selain Tao, Kris, dan Joonmyeon.

"Jongdae jangan kejam! Yixing baru saja bangun, dia sedang tidak enak badan."

"Gaes" ucap Yixing serius, walaupun dia menunduk sambil meremas selimutnya.

Teman-temannya pun ikut terbawa suasana, raut wajah mereka serius, tak terkecuali Kim Jongdae atau Chen yang biasanya tidak bisa serius

Dengan mantap ia mendongak dan menatap mereka semua satu-satu, netra bertemu netra, kalau sudah begini biasanya Yixing punya rahasia, dia sudah siap memberi tahu teman-temannya.

"Normal tidak kalau gebetan mu laki-laki?"

ketiga orang itu pun berpandang-pandangan sambil mengangguk mantap

"Selamat datang, Yixing-ah"

'Selamat datang?' Otak Yixing dipaksa untuk berpikir disini, selamat datang biasa digunakan untuk menyambut seseorang, lantas untuk apa mereka menyambutnya?

"Yixing, kami bangga akhirnya kau bergabung dengan kami." Itu chen, dia sedang menangis di pojokan ruangan sekarang, menangis haru.

"Ternyata dugaan ku benar, aku berbakat menjadi peramal, sepertinya aku harus membuka jasa ramal di cafe."

"Sebelum kau bangun, Chen bilang gebetanmu adalah pria Americano, namanya Junmen?"

'Tunggu-tunggu, maksudnya selamat datang? bergabung? maksudnya Joonmyeon??' otaknya dipaksa untuk bekerja keras selain untuk musik dan dia sangat tidak peka soal yang beginian kata Yixing.

"Gosh, kalau kalian tidak memberi tahunya dengan benar dia tidak akan mengerti." Ucap Kyungsoo sambil memutar matanya

"-intinya kami bertiga gay, kami tidak mau memberi tahumu karena kau masih lurus."

"Kami takut kau ikut berbelok Xing."

"Tapi kalau berbelok dengan cara yang seperti ini, kalau itu kehendakmu kami ikut senang."

"Aku bukan gay! aku hanya kebetulan suka dengan pria bernama Joonmyeon."

Teman-temannya pun terlihat tidak peduli dan melanjutkan aktivitas mereka, membersihkan buku-buku dan kertas notasi musik yang berserakkan di kamar Yixing

"Terserah apa kata-mu Xing, tapi kalau kau perlu bantuan kami, kami bisa memberi saran untuk mendekati seorang pria."

Kalau begitu semuanya akan jadi lebih mudah bagi Yixing dengan bantuan teman-temannya, masalahnya adalah apakah Joonmyeon belok atau lurus? apa dia sudah menikah?

TBC

MOHON DIBACA GA BACA GAPAPA SI :V

Aku memutuskan buat gabungin semua chapnya biar panjang wkwkwk

Melihat comment dari ff aku, kenapa aku milih Sulay? Simple aja, bukan gara2 kurg peminat aku jadi bikin sulay, orgnya dua2nya so sweet aj, aku suka lay yg polos2 unyu dan aku liat sulay kalo pacaran, Suho bisa jadi bucinnya lay wkwkwk Dan aku tersanjung, yg komen ff nya kakak2 yg bikin ff sulay langganan aku :v

dan aku mohon maap kalo ff nya jelek dan ada kesan diburu2kan, ide aku munculny g pas bgt, kalo lagi ga megang hape tiba2 dapet ilham pengen nulis, pas udh pegang hape blank gtu wkwkk