Disclaimer: Touken Ranbu © DMMゲームズ/Nitroplus. This is only a work of fiction, solely a not-for-profit fan work.
Cover Illustration © AsakuraHannah
Pairing: KaneHoriKane
AN: Chins Up Heels Down memiliki versi doujinshi light novel berilustrasi yang bisa Anda dapatkan bukunya di event AFAID, booth Laskar Maso CH 36-37, tanggal 25-27 September nanti.
Tapi secara pribadi saya menyukai ceritanya dan bermaksud memposting kelanjutannya secara online dengan bab multichapter. Setiap babnya adalah drabble di bawah 1000 kata atau lebih.
Genrenya ringan, komedi absurd lebay penuh cinta, KaneHoriKane bukan berarti mereka bisa dibolak-balik di atas ranjang, ah ini lebih kepada hubungan emosional dan komedi. Sungguh ini bisa dibilang isinya seperti pengakuan cinta maniak dari Horikawa sang waifu! Ampuni saya untuk pembunuhan karakter mereka. #bows
Ceritanya hanya untuk dinikmati kita bersama, dari dan untuk sesama penggemar pair ini. Atas segala kekurangannya mohon dimaklumi. Semoga dapat menghibur. ^^ /
-Aratte
.
.
.
Satu: Tersurat
.
.
Citadel bergolak dalam musim panas yang memanggang kaki-kaki kuda kewalahan. Sayup-sayup suara para toudan mengeluh kepanasan, sebagian sudah merangkak terkapar di bawah pendingin ruangan.
Horikawa Kunihiro berdiri di beranda luar tanpa alas kaki. Kakinya terpancang tak bergerak pada lantai yang mendidih. Matahari meninggi di puncak kepala menghantarkan aliran panas yang menyengat—ajaibnya terasa bersahabat bagi Horikawa.
Karena di tepi kolam sana, di depan matanya, Izuminokami Kanesada tercinta sedang senam pagi merenggangkan badan.
Kane-san bangun tidur dengan rambut panjang tergerai, terburai awut-awutan. Helai rambut panjangnya kusut, kusut jadi bergelombang. Gelombangnya seperti kurva-kurva kecil matahari mungil. Indah, sungguh, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Kane-san cerah. Cerahnya Kane-san secerah mentari musim panas, yang membuat daging rusa Shokudaikiri Mitsutada matang terpanggang walau hanya diletakkan di pinggir kolam, siap dibumbui. Hari ini cerah karena mengikuti Kane-san yang mood-nya sedang cerah. Horikawa meyakini logikanya.
Horikawa menyapa, "Selamat pagi! Apa kau sudah sarapan, Kane-san?"
Kane-san? Kane-san? Kane-san~? Suara sapaan Horikawa menggema bersama tiupan angin laut dari selatan.
Kane-san balik badan, menatap langsung kepada sang partner Horikawa berdebar keras.
Di atas kepala Horikawa genta-genta kecil berdenting keras ditiup angin. Begitu kuat namun Kane-san tidak mendengar, dia pasti terlalu sibuk melihat Horikawa berdiri terpaku di lantai.
Kane-san menatap. Horikawa menahan diri untuk menelan ludah, maka liurnya yang membuncah keluar dari sisi mulutnya. Pun wajahnya kelihatan seperti peri inosen.
Kanesada berjalan maju ke depan dan wajahnya yang cerah akhirnya membikin Horikawa silau, mata ingin menutup, tapi ia berjuang terus melebarkan mata. Biar saja sampai berurat-urat merah. Ia tak mau melewatkan setiap momen untuk dapat melihat Kanesada, dengan rambut kusut tersimpul-simpul, dari jarak dekat.
"Pagi," katanya sambil menguap.
"Pagi, Kane-san!"
Kanesada berdiri, cool, berlatar genta kecil nan merdu fuurin yang bergoyang di atas kepala. Kombinasi suara lonceng, beranda berkayu susun, dan kerah kimono Kanesada yang kusut kena iler itu sungguh serasi di mata Horikawa—entah dari sudut mana. Ada pula bunga sakura berjatuhan—
"Oi, Kunihiro. Tahu tidak ini hari apa?" tanya Kanesada agak ketus.
Horikawa tersenyum semangat. "Ini hari yang cerah, Kane-san!"
"Kuda juga tahu ini hari yang cerah." Kanesada melipat tangan. "Tapi hari apa tepatnya?"
"Ini hari libur musim panas. Aruji akan bersantai sepanjang hari di citadel dan dia akan memerintahkan kita entah pergi ekspedisi, keluar, atau mengerjakan tugas rumah. Oh ya tugas rumah kita hari ini mengurus kandang kuda."
"Aruji bersantai sementara kita tidak bisa bersantai? Ya tentu saja! Kita tidak boleh bersantai! Kita harus bekerja lebih keras dari musuh-musuh kita di luar sana. Aku yakin hari ini aku bakal dijadikan kapten grup utama. Benar kan Kunihiro?"
Horikawa terpukau dengan aura heroik Kanesada, jadi cuma bisa mengangguk-angguk. "Tentu saja!"
Akan tetapi, wajah dengan kepercayaan diri ketinggian itu agak meredup. "Tapi, entah kenapa—"
"Eh?"
"—firasatku tidak enak hari ini." Dagu runcing sempurna Kanesada bertumpu pada punggung tangannya. "Seolah-olah akan terjadi sesuatu. Apakah aku akan dijadikan wakil kapten grup (baca: cuma jadi anggota) lagi seperti kemarin-kemarin? Ah itu tidak mungkin."
Horikawa tercenung. Kalau Kasen Kanesada berada di sana, dia mungkin berkata, "Aduhai jejaka rambut kusut, kau bukan spiritualis lagi mistikus, tak baik termangu apalagi bersungut-sungut menyesali nasib yang sudah terukur."
"Itu hanya perasaan Kane-san. Walau pengalaman Kane-san ditunjuk jadi kapten bisa dihitung dengan jari. Sebaiknya Kane-san terima saja nasib apa adanya."
Horikawa, pencinta Kanesada, tetap menjunjung kejujuran di atas segalanya.
Kejujuran pahit itu tidak mencapai Kanesada. "Yeah, memang kapten grup tidak selamanya harus sempurna seperti diriku. Aku percaya Aruji punya pertimbangannya sendiri. Kalau dalam cerita drama, protagonis yang sempurna itu membosankan!"
"Betul sekali, Kane-san!"
Namun Kanesada melipat tangannya lagi, dahi berkerut seperti banyak pikiran. Horikawa membayangkan helai rambut licin sutra itu memutih. Ah, mau ubanan mau tidak, Kane-san tetap keren!
Kanesada menghela napas. "Apapun yang terjadi, Kunihiro, tolong kau yang ambil alih tugasku memandikan kuda. Karena aku pasti sibuk jadi kapten grup hari ini! Mengerti?"
"Siap!"
Tentu saja Horikawa tidak melaksanakan permintaan itu, dan Kanesada tidak dijadikan kapten. Hari berikutnya Aruji mengangsurkan tiga kuda untuk dimandikan Kanesada sebagai hukuman. Bagaimanapun, Horikawa tetap setia mendampingi suka dan duka.
.
.
Note: Fuurin: Lonceng kipasan angin khas tradisional Jepang
