Heartless.

Cast:

Park Chanyeol (exo)

Byun Baekbom (oc)

Byun Baekhyun (exo)

"Bommie-noona?"

"Ne?"

"Aku menyukaimu"

Iris brown itu membulat sempurna. Semburat kemerahan muncul dipipinya.

"Benarkah?" Ia tersenyum paling manis

"N-ne, Chanyeollie menyukai Bommie-noona" yang lebih tinggi memainkan ujung bajunya

"Noona menyukai— ah tidak, noona menyayangi Chanyeollie" tangan rampingnya terulur mengelus pipi Chanyeol.

Mendengar hal itu, Chanyeol tersenyum lebar.

Bommie, adalah panggilan biasa Byun Baekbom, anak bungsu keluarga Byun.

Sedang Park Chanyeol adalah anak dari kepala pelayan keluarga Byun. Chanyeol adalah anak yang spesial, ia berkebutuhan khusus. Namun siapapun tertipu jika hanya melihat parasnya yang tampan juga tubuh yang menjulang tinggi.

"Chanyeollie tidak ingin memeluk noona?" Baekbom merentangkan tangannya, menerima pelukan Chanyeol yang tubuhnya lebih besar darinya.

"Aigoo, uri giant bertambah tinggi ne?" Tangannya mengusap lembut punggung lelaki berkebutuhan khusus itu.

"Baekbom, tidak seharusnya kau memeluk anak autis sepertinya!" Sebuah suara menyentak keduanya.

Baekbom menyembunyikan Chanyeol yang ketakutan dibalik tubuh mungilnya, menatap tajam ke seorang namja yang 1 tahun lebih tua darinya.

"Dia tidak autis oppa, Chanyeol anak yang spesial" bela Baekbom menatap tajam kakak perempuannya, Byun Baekhyun

"Ck, aku tidak tau sampai sekarang, apa yang dilakukan oleh anak autis itu sampai membuatmu jatuh cinta padanya" Baekhyun bersedekap dengan angkuhnya bersender diambang pintu kamar Baekbom.

"Sudah kubilang bahwa-"

"Yayaya aku tau dia tidak autis, mungkin hanya idiot" seperginya Baekhyun dari sana, Baekbom mendengar suara Chanyeol yang sesegukkan dibelakangnya.

Ia membalikkan tubuhnya menatap yang lebih tinggi tengah menangis sambil menggigit bibir bawahnya yang melengkung kebawah, tangannya pun memilin ujung bajunya.

"Aigoo Chanyeollie, ingat kata noona? Laki-laki tidak boleh cengeng hm?" Baekbom mengelus surai legam Chanyeol dengan halus, bahkan tatapannya pun ikut melembut, jemari lentiknya merapikan poni Chanyeol yang agak berantakan.

"M-mianhae n-noona" Baekbom hanya tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan kekasih hatinya ini.

"Apa yg dikatakan Baekhyun-oppa jangan didengarkan hm?" Baekbom menautkan tangannya dengan tangan yang lebih besar darinya, ibu jarinya mengelus punggung tangan Chanyeol.

"Chanyeol, jangan menangis lagi" tangan kanannya terulur mengusap air mata Chanyeol yang masih setia turun membasahi pipinya.

"Berjanjilah untuk tidak menangis lagi Yeol"

"Noona sangat mencintaimu"

"Bahkan dengan keadaanmu yang seperti ini"

Bagaikan tersihir dengan suara lembut Baekbom, si jangkung menghentikan tangisannya dan menatap lekat wajah pucat didepannya.

Brukk...

"Noonaaaaa!!!!!"

"Hikss noona"

Ah tidak, jangan menangis lagi Chanyeol.

"Hiks noona, maafkan Chanyeollie"

Tidak ada yang salah denganmu sayang.

"Chanyeollie berjanji akan menjadi anak baik"

Kau selalu menjadi anak baik sayang.

"Tapi jangan tinggalkan Chanyeollie"

Aku tidak bisa menepatinya Chanyeol-ah.

Aku juga ingin terus bersama mu.

"Noonaa hiks, Chanyeollie sangat menyayangi noona"

Akupun Chanyeol.

Aku sangat mencintaimu.

Tanpa disadari, setitik air mata mengalir pada sudut matanya. Chanyeol yang menyadari hal itu langsung menangis dengan keras.

Begitu banyak selang yang terpasang serta menancap pada tubuhnya.

Diruangan itu, hanya terdengar suara raungan Chanyeol dan mesin pendeteksi detak jantung Baekbom yang sebagai satu-satunya tanda bahwa Baekbom masih bernafas walaupun sangat lemah. Seisi ruangan hanya membisu, bahkan Baekhyun pun tidak ingin menahan Chanyeol yang meraung-raung. Terlihat tuan nyonya Byun yang menatap sedih putrinya yang tengah berjuang, sementara kepala pelayan keluarga Byun atau ibu Chanyeol, berusaha menenangkan putranya dengan mengusap punggung lebar anaknya.

Gadis berusia 19 tahun itu, sudah menghabiskan sepanjang umurnya dengan bertahan obat-obatan serta alat bantu pernafasan. Byun Baekbom, putri semata wayang keluarga Byun, mengalami kanker darah semenjak dari didalam kandungan nyonya Byun. Sejak kecil, setiap harinya, ia harus menelan berpuluh-puluh biji tablet obat. Baekbom kecil tidak pernah bahagia, karena ia tau, dirinya akan mati cepat atau lambat. Walaupun dirinya tidak bahagia, bukan berarti dirinya tak pernah tersenyum, senyuman selalu terpatri diwajah cantiknya, namun senyuman itu hanyalah sebagai penenang untuk orang tuanya, sebagai perantara untuk mengatakan bahwa ia baik baik saja setiap harinya. Namun berbeda ketika seorang anak berkebutuhan khusus yang waktu itu tidak sengaja menumpahkan susu dibaju nya, yang membuat Baekbom terheran-heran adalah, mengapa anak laki-laki itu yang justru menangis? Dengan tubuh yang kelebihan kalsium, ia menangis dengan raut yang lucu menurut Baekbom.

Semenjak hari itu, Baekbom selalu mengajak Chanyeol bermain, mengajarinya banyak hal, Chanyeol bahkan dapat membuat Baekbom tertawa lepas, dan itu disaksikan langsung oleh tuan nyonya Byun, keduanya ikut tersenyum melihat tawa lepas putri semata wayangnya. Mereka tidak akan membatasi keduanya, karena mereka pikir, tawa Baekbom adalah segalanya.

Berbeda dengan Baekbom yang menerima kehadiran Chanyeol dan segala kekurangannya, Baekhyun justru membenci kehadiran Chanyeol yang dianggapnya mengalihkan atensi adiknya dari dirinya, katakanlah bahwa Baekhyun cemburu pada Chanyeol yang mendapat semua perhatian adiknya, serta dapat membuat wajah Baekbom bahagia dengan senyum yang lebar.

Berkali-kali Baekhyun berusaha menyingkirkan laki-laki yang menurutnya autis itu. Namun selalu dilindungin oleh Baekbom.

Sudah sebulan semenjak Baekbom koma, Chanyeol tidak pernah lelah untuk tidak menatap wajah tenang Baekbom.

"Apa noona masih marah pada Chanyeollie?"

Chanyeol melihat nafas teratur Baekbom.

"Kenapa noona suka sekali tidur?"

"Apa noona tidak mau bertemu dengan Chanyeollie?"

Bibirnya mulai melengkung ke bawah, air mata mulai menggenang dipelupuk mata bulatnya. Namun ia segera menggeleng dan memukul kedua pipinya.

"Andwe, andwe, Yeollie tidak boleh menangis"

Ia mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya.

"Yeollie sudah berjanji dengan noona"

Puk... Seseorang menepuk pundak Chanyeol dan membuat empunya menoleh.

"H-hyung" Chanyeol mulai gugup, tangannya memilin ujung kaosnya, kebiasannya saat ia gugup ataupun takut.

"Tenanglah Chan, aku tidak akan menyakitimu" senyum Baekhyun sangat tulus.

"B-benarkah hyung?" Chanyeol enggan menatap tuan mudanya, ia takut Baekhyun akan menyakitinya.

"Aku hanya mau menengok adikku saja. Terima kasih karna sudah mau menjaganya" Baekhyun mengambil kursi dan duduk disebelah Chanyeol yang menunduk menatap tangannya yang sibuk memilin ujung kaosnya.

"Kau tau? Adikku sangat mencintaimu"

"Semenjak pertama kali dirimu menginjakkan kaki dirumah, aku memiliki firasat yang buruk akan menimpaku"

Chanyeol menoleh melihat kesedihan diwajah Baekhyun yang tengah menatap sendu adiknya.

"Aku cemburu, sangat cemburu padamu"

"Dirimu yang memiliki kekurangan mampu membuat adikku tersenyum manis bahkan tertawa lepas"

Baekhyun menundukkan wajahnya, air mata mulai menganak sungai diwajahnya.

Tangan Chanyeol terangkat untuk mengelus pundak namja yang lebih kecil disebelahnya, tanpa mereka sadari, jari-jari tangan Baekbom mulai bergerak sangat pelan.

Tiittt... tiiiittt... tiiiiitttt... mesin yang berada disamping ranjang Baekbom menunjukkan garis panjang lalu menjadi zig-zag lalu menjadi panjang lagi, dengan panik Baekhyun berlari keluar kamar memanggil dokter yang menangani adiknya.

Sedang Chanyeol langsung menggenggam erat tangan pucat milik Baekbom, bibirnya terus mengucapkan doa. Hingga akhirnya, perlahan mesin itu menjadi tenang, dan Baekbom mulai membuka matanya secara perlahan. Chanyeol yang melihat itu langsung tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada wajah Baekbom.

"C.. Chanyeol"

"Noona, Chanyeollie disini" air mata keduanya pecah tak terbendung

"Cha.. Chanyeol"

Senyuman lemah terpatri diwajah pucatnya, namun tidak mengurangi kadar kecantikannya.

"Ne noona?" Jawabnya lembut

"Berjanjilah chanyeol..."

"U.. Untuk tidak be.. bersedih l.. lagi apapun yang terjadi"

"Berbahagialah sayangku, noona.."

"Akan s.. selalu disisimu"

"Melindungimu.. aku mencintamu Chanyeol"

Garis panjang pada mesin tsb terlihat, dan Baekbom sudah menutup matanya, untuk selamanya. Bibirnya tersenyum.

Chanyeol meraung sejadi jadinya, ia sangat terpukul, ia ingin merengkuh belahan jiwanya namun ditahan oleh perawat yang sudah sejak tadi berada di ambang pintu bersama Baekhyun dan dokter yang menangani Baekbom. Dirinya mulai berontak dan akhirnya terpaksa disuntik bius atas seizin dokter.

"N-noona..." lirih Chanyeol sebelum akhirnya benar-benar tidak sadarkan diri.

Baekhyun menangis, membekap mulutnya sendiri, lututnya terlalu lemas untuk menopang berat tubuhnya.

Atas kepergian Baekbom, semua orang terpukul.

3 years ago.

Seorang ceo muda dengan kemeja mahal yang melekat ditubuhnya berjalan gontai keluar dari mobil mahalnya.

Dirinya terlihat begitu acak-acakan. Dengan lengan kemeja yang ia tarik se siku lalu rambutnya yang awalnya tertata rapi, kini menjulur kedepan menutupi dahinya.

Kaki nya terus berjalan hingga sampai pada suatu nisan. Ia tersenyum miring.

"Noona"

Kini ia mendudukan dirinya didepan makam itu, terlihat dari wajahnya, ia sedang mabuk.

"Bagaimana kabarmu noona?"

"Tidakkah kau merindukanku noona?"

"Tidakkah kau sangat kejam?"

"Mengapa kau tidak membawaku bersamamu?"

Air mata mulai membasahi pipinya, ia mulai terisak, lelaki itu, Park Chanyeol, sekarang bukanlah anak berkebutuhan khusus lagi. Kini dirinya hidup normal layaknya manusia cerdas, itu dikarenakan setelah kepergian Baekbom, Chanyeol melakukan pembedahan pada otaknya dan tanpa sepengetahuannya, otak yang ia miliki sekarang adalah milik wanita yang paling ia cintai setelah ibunya. Ia mengalami masa sulit selama 8 bulan untuk penyesuaian kehidupan normalnya. Setelah masa sulit itu lewat, kini ia menjadi anak angkat kebanggaan keluarga Byun, yang meneruskan perusahaan besar Byun cooperation. Bagaimana dengan Baekhyun? Ia lebih memilih menetap di Manhattan sebagai seorang pianis terkenal, Baekhyun meninggalkan kota lahirnya karena ia tidak ingin tersakiti dengan kenangannya bersama adiknya.

Chanyeol membaringkan tubuhnya disamping nisan milik Baekbom, ia masih terus terisak lalu tak lama, kantuk menjemputnya.

Dirimu berjalan gontai, sayang.

Segala penat terlihat diwajah tampanmu, sayang.

Wajah itu, tidak berubah sedikitpun, sayang.

Oh kau baru saja minum-minum?

Bukan kehidupan seperti ini yang kumau, sayang.

Jangan pernah mengingkari janji kita, sayang.

Setiap harinya, aku selalu melindungimu, sayang.

Tapi, maafkan aku yang tidak bisa melindungi air matamu, sayang.

Diriku hanya bisa menyaksikan betapa lemahnya dirimu dengan dadak yang sesak, sayang.

Aku hanya berharap akan bertemu lagi dengan dirimu, sayang.

Ada, hari itu sayang.

End.

My first ff, review jusseyo~