Chapter 1.
Sasuke POV
Terkadang aku benci ada disini, memang aku bisa mendapatkan yang aku mau dalam sekejap mata. Tetapi konsekuensi yang aku dapat lebih mahal dari apa yang aku pinta.
Seperti sekarang aku berdiri didepan seorang laki-laki berwajah tegas yang kusebut ayah, Uchiha Fugaku dan disebelahnya berdiri wanita yang terlihat lembut yaitu ibuku, Uchiha Mikoto. Wajah mereka terlihat bertolak belakang.
Aku tidak lama berpikir kenapa mereka memanggilku kesini, pastilah karena suatu hal yaitu
"Sasuke, malam ini kau harus ikut dengan kami untuk menghadiri makan malam dengan keluarga Hyuuga". Katanya tegas.
Aku yakin bukan hanya untuk makan malam aku diajak kesana, tapi karena
"Kita juga akan membicarakan tentang pertunanganmu dengan Hyuuga Hinata" Ahh, sudah kuduga. Inilah yang kubenci dari semua yang ada dirumah ini, kekolotan orangtuaku, terutama ayahku. Jangan mentang-mentang keluarga Uchiha dan Hyuuga sudah berteman dari zaman leluhurku, mereka seenaknya membebaniku dengan hal seperti ini.
"Hn" ucapku.
"Baguslah" Kata ayahku puas. Aku benci melihat senyum kepuasannya itu, akan kuhancurkan senyumnya itu sekarang.
"Tapi, aku tidak mau dijodohkan" Akhirnya keluar juga.
Lengkungan senyumnya menghilang tergantikan wajah murka.
"Apa kau bilang!" bentaknya.
"Aku tidak mau menikah dengannya" kataku tidak mau kalah.
BRAK
Tangan besarnya menggebrak meja kayu yang mahal itu, ukh mungkin itu sakit pikirku.
"Beraninya kau, kau pikir siapa kau, Hah!" dia kembali membentakku.
"Sudahlah Fugaku" kulihat ibuku yang ada disampingnya mencoba menenangkannya.
"Biar aku yang bicara padanya" kata ibuku, Ukh sial ini yang aku benci.
Kulangkahkan kakiku keluar dari ruang kerja ayahku. Lebih baik sekarang aku tidur atau pergi bersama teman-temanku. Tapi aku yakin sebentar lagi ibuku akan menemuiku, karena itu lebih baik aku kembali kekamarku daripada harus nanti ibuku mencariku kesana kemari.
BRAK
Ku buka pintu kamarku dengan keras kemudian kututup lagi dengan tidak kalah kerasnya. Kurebahkan badan letihku dikasur, menjadi orang kaya ternyata tidak selalu menyenangkan.
CLEK
Telingaku menangkap suara pintu yang dibuka, biarlah aku tidak peduli siapa yang masuk.
"Sasuke, kau tidur?" suara lembut ibuku menginterupsi telingaku. Kurasakan kasurku sedikit bergerak, kurasa karena ibuku duduk disampingku tepatnya aku memunggunginya. Tangan kecilnya membelai rambutku yang agak mencuat kebelakang.
"Sudah lama ibu tidak membelai rambutmu sayang, sekarang kau sudah besar dan jarang sekali ada dirumah" katanya.
"Hn, langsung saja keintinya. Ibu memintaku agar menikahi Hinata kan?" ujarku, aku bosan jika ibu terus bertele-tele seperti ini.
"Ibu berharap kau bisa mengabulkan permohonan ibu Sasu" Ujarnya sambil terus membelai kepalaku.
"Tapi aku tidak mencintainya" sahutku sambil memejamkan mata menyesapi perlakuan lembutnya.
"Ibu mohon" Ukh aku benci kata-kata ini, sekarang aku yang terlihat jahat disini.
"Akan kucoba" kataku sembari bangkit dari tempat tidur dan pergi keluar meninggalkan ibuku yang masih terduduk dengan senyum diwajahnya. Dia menang.
.
.
.
Membosankan.
Itulah kata yang pas untuk makan malam ini, dengan terpaksa aku duduk disini disebelah ibuku yang berhadapan langsung dengan Hyuuga Hinata yang sedari tadi menatapku dengan rona merah diwajahnya. Menurutku dia cantik dengan rambut berwarna Indigo panjangnya dan matanya yang sewarana mutiara, badan yang proposional untuk ukuran seorang wanita tapi tetap saja tidak ada perasaan apapun untukmu nona Hyuuga.
"Bagaimana kalau pertunangannya kita adakan satu bulan lagi?" Tanya Fugaku.
"Tentu, semakin cepat semakin bagus" Ucap Hyuuga Hiashi.
"Bagaimana menurut kalian, Sasuke, Hinata?" tanya Fugaku.
"M-Menurutku itu i-ide bagu-s paman" sahut Hinata agak tergagap.
"Hn,terserah saja" Ucapku tidak peduli.
Wajah ayahku terlihat tertekuk mendengar jawabanku, haha rasakan itu.
.
.
.
"Sa-sasuke-kun, kau sekarang sekolah dima-na? A-apa kegiatanmu se-sekarang?" tanya Hinata.
Sekarang aku dan Hinata berada di taman keluarga Hyuuga yang begaya jepang klasik, sedangkan orangtua sedang minum teh mungkin membicarakan bisnis membosankan.
"Sekarang aku sekolah di Konoha International School" jawabku.
"A-aku j-juga disana" kata Hinata tanpa kutanya, Dasar gadis gagap.
Hening, tidak ada yang memulai. Aku mulai bosan dengan suasana disini. Bagaimana aku menikah nanti apa setiap hari kami hidup dalam diam seperti ini, membayangkannya saja aku sudah muak.
DRTT DRTT
Panggilan telepon menyelamatkanku.
'Suigetsu Calling' PIK
"Sasuke kemana saja kau!" Kujauhkan telingaku dari handphone ku karena saking kencangnya suara Suigetsu diseberang sana.
"Kami sedang berkumpul diCafe milik Karin, katanya semua gratis" kata Sui.
Boleh juga pikirku, daripada terjebak bersama gadis gagap disini.
Sebuah ide muncul dikepalaku.
"Baiklah sekarang jemput aku ditaman didepan patung Hokage" ujarku.
"Nah, sekarang bagian kedua" bisikku pada diri sendiri.
Ku dekati Hinata yang dari tadi duduk dikursi taman sambil memainkan jarinya. Dia terkejut saat kudekati, kulihat wajahnya semakin merah.
"A-ada apa Sa-sasuke-kun?" tanyanya semakin gugup.
"Hinata-chan" ku buat agar suaranya terdengar lebih sexy, Hinata semakin menundukkan kepalanya.
"Aku ada urusan sebentar, jadi bisakah kau membantuku?" tanyaku sambil mendekatkan bibirku ketelinganya dan dia semakin kelagapan.
"B-bantu a-ap-a Sasu-ke-kun?"
"Kalau ayahku bertanya Kemana aku pergi, bilang padanya aku pergi karena sakit perut" ujarku. Tanganku menggenggam tangannya dan mataku kubuat agak melebar seperti mata anjing, aku bersumpah rasanya mau muntah. Tapi sepertinya ini berhasil pada Hinata.
"B-baiklah Sasuke-kun" katanya.
"Terima kasih" ucapku sambil mengecup punggung tangannya. Aku pun langsung melesat pergi dengan memanjat pagar beton.
Dan segera melesat pergi secepat mungkin dari sini, kasihan juga sih Hinata ditinggal tapi aku tidak peduli dengan semuanya.
Setelah beberapa menit aku sampai ditaman didepan patung Hokage.
"Sui lama sekali" kulirik jam tanganku menunjukkan pukul 22.05, pantas taman sepi.
Ku edarkan pandanganku kesemua arah, hasilnya nihil tidak ada mobil suigetsu dimanapun. Tiba-tiba mataku menangkap sosok anak kecil berambut panjang dan memakai topi yang memandangku, dia seperti anak perempuan atau laki-laki, sudahlah aku bingung.
kemudian dia mendekati dan mencoba menggapai wajahku mungkin dia terpesona dengan ketampananku, betapa narsisnya diriku tapi hei aku memang tampan.
Kusejajarkan badanku dengannya agar dia bisa menyentuhku.
"Siapa namamu adik kecil?" tanyaku sok perhatian.
"Yuukimaru" jawab anak itu.
"Hn, kenapa sendirian?" tanyaku.
"Aku bersama kakakku" jawab Yuukimaru.
"Mana dia?" tanyaku lagi penasaran.
"Aku disini" sebuah suara terdengar dari arah belakangku. Tetapi belum sempat aku berbalik kepalaku terasa sangat sakit dan seketika semuanya gelap.
End Sasuke POV
.
.
.
"Dasar bodoh, bisa diperdaya anak kecil" cemooh seseorang berkacamata.
Dengan cepat dia merogoh kantung celana dan jas Sasuke.
"Wehh, kaya juga nih anak. Uangnya banyak" ujarnya sambil mengantongi uang dan Handphone Sasuke, sedangkan dompetnya dibuang disembarang tempat.
"Yuukimaru malam ini kita makan kenyang" katanya.
"Ha'i Kabuto-niisan" kata anak itu tersenyum.
Tiba-tiba lelaki bernama Kabuto itu memucat.
"Ada apa Nii-san?" tanya Yuukimaru.
"A-ada patroli keliling, sebaiknya kita sembunyikan pria ini" dia menatap sekitar dan berhenti disebuah mobil dengan bak terbuka dibelakangnya yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Cepat bawa kesana" perintahnya.
"Kenapa tidak dibiarkan saja Nii-san?" tanya Yuukimaru.
"Nanti kalau dia ditemukan dan sadar, dia bisa melaporkan kita. lagipula tadi kau menyebutkan nama aslimu bodoh" ceramah Kabuto.
Dengan susah payah mereka berdua mengangkut badan Sasuke yang terbilang besar dan tinggi.
BRUK
Akhirnya badan Sasuke berhasil diangkat kemobil bak itu.
"Cepat letakkan dia disela-sela kotak" Perintah Kabuto.
Setelah dirasa tersembunyi Kabuto dan Yuukimaru pun pergi meninggalkannya.
.
.
.
"Terima kasih ya, nanti bulan depan saya kemari lagi" seorang pria paruh baya dengan rambut putih panjangnya keluar dari sebuah toko sayur.
"Sama-sama" ucap pria satunya.
"Sekarang kita bisa pulang" kata siPria berambut putih.
"Iya Tou-Chan" sahut anak disampingnya.
Keduanya pun masuk kedalam mobil tanpa tahu dibelakang ada seorang penumpang gelap yang tengah pingsan.
.
.
To be Continued..
