Summary:Sebuah cerita tentang masa lalu seorang gadis yang terlupakan. Sebuah masa lalu yang terbakar dalam kobaran api. Menentukan apakah cinta atau balas dendam yang akan dipilihnya
Discalimer: untuk selamalamalamalamanya Vocaloid nggak bakalan jadi miik saya. Kalaupun bisa,hanya sebatas mimpi bo'ongan. XD
ekhem,Vocaloid milik Yamaha dan dikembangkan oleh Crypton Future Media.
Rated:mungkin T
Warning: fanfic gaje,abal-abal,sukar di mengerti,tidak bermutu,membutuhkan review
Nah,semuanya. Enjoy,please.
Don't Like,don't Read.
RnR,please.. ^^
Suara dentingan piano itu, adalah hal terakhir yang bisa kuingat. Yang terakhir kalinya,sebelum semuanya musnah dalam semalam. Sebelum iblis biadab itu merenggut paksa semuanya dariku. Yang telah membuatku membenci segala hal yang telah dia ajarkan padaku. Membuatku membencinya sampai aku ingin terus mengejarnya walaupun harus ke nereka sekalipun. Kebencian dan amarah itu,telah membuatku kehilangan hati dan jiwaku. Hingga yang tersisa, hanyalah ingatan akan suara dentingan piano untuk yang terakhir kalinya.
Suara canda tawa terdengar di segala penjuru rumah. Alunan musik klasik yang indah, mengalun dengan sangat lembut dan harmonis. Suara derit roda terdengar samar-samar di antara hiruk pikuk. Para maid yang berseragam lengkap, tampak dengan lemah gemulai dan cekatan, menurunkan berbagai jamuan makan malam ke atas meja. Suasana semakin menyenangkan saat para maid memberikan senyum terbaik mereka setiap bertatap muka. Aroma hidangan yang sangat lezat dari jamuan makan malam, membuat hiruk pikuk terhenti begitu saja. Dan tak lama kemudian, yang terdengar hanyalah suara pisau dan garpu yang saling beradu di atas piring dan pujian atas semua pelayanan yang luar biasa.
Lihatlah, betapa indahnya malam itu, semuanya tersenyum bahagia. Tidak ada satupun yang merasa kesepian ataupun terluka. Suara dentingan piano dari seorang wanita berambut merah muda, mengantarkan orang-orang ke dalam mimpi mereka, seakan-akan mereka sedang menghadiri jamuan makan malam di sebuah istana impian dalam sebuah dongeng kuno.
Seorang gadis kecil berambut biru kehijauan, yang cenderung ke warna torquise, tampak sedang bergelayut manja di samping wanita berambut merah muda. Membuat wanita berambut merah muda dengan kesan yang anggun dan elegan itu, menghentikan permainan pianonya dan mengelus kepalanya perlahan.
"Mama! Aku merasa sangat senang sekali,Mama! Malam ini terasa sangat luar biasa!"
Gadis itu mengangkat tangannya ke atas dengan riang dan tertawa senang. Orang-orang yang ada disana,menatap wajah gadis manis itu sambil tersenyum. Wanita berambut merah muda dan seorang pria berambut ungu panjang bergaya samurai berjalan mendekat,memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang. Sambil berbisik," selamat ulang tahun yang ke 11,anakku sayang".
Wahai malaikat maut biadab, apakah kau tega menghancurkan momen-momen yang indah ini? Apakah kau merasa kalau Tuhan tidak akan mengutuk tindakan busukmu itu? Hey,kenapa kau malah tertawa ? Apa kau tidak sadar,betapa bahayanya bom rakitan yang kau bawa itu? Apa kau tidak sadar,akan bahayanya senjata-senjata yang kau letakkan dibalik jubah malammu itu?
Tunggu!
DUUAARRR!
Suara ledakan terdengar membelah langit. Menghancurkan sebagian kastil yang berdiri di antara rimbunan pepohonan. Membakarnya perlahan, sambil menyisakan puing-puing tidak berguna yang bisa rubuh kapan saja.
Semua orang yang ada di sana berlarian panik menyelamatkan diri. Para maid yang ada, dengan sigap melakukan pertolongan pada mereka. Sebagian menjadi pemandu untuk jalan keluar, sebagian lagi memberikan perlindungan dan pertolongan pertama pada korban yang terluka.
Suara isak tangis dan jeritan kesakitan bergema di segala penjuru rumah, membuat gadis manis yang sedang berulang tahun itu, semakin merangsek masuk ke dalam pelukan kedua orang tuanya, menggigil ketakutan dan menangis perlahan.
"Tidak apa-apa,Miku. Papa dan Mama ada disini, kami akan melindungimu." Pria berambut ungu panjang itu mengecup ujung kepala anak gadis kesayangannya itu. Mengusapnya perlahan sambil tersenyum tenang. Berdiri dengan sangat gagah sambil mengacungkan sebuah katana yang masih terbungkus rapi dengan sarungnya.
"Maafkan saya atas semua kekacauan ini. Kami akan segera membereskannya,secepat mungkin!" Sebuah perkataan sekaligus titah dari sang tuan rumah yang sedang berjalan memeriksa keadaan. Membuat wanita merah muda yang sedang memeluk anaknya merasa sedikit cemas akan keadaan tamu-tamunya, terutama anak manis yang ada dipelukannya saat ini.
"Apa kau yakin?"
Sebuah suara misterius yang muncul,membuat perhatian semua orang yang ada di ruangan itu tertuju pada sebuah jendela besar yang berhadapan dengan piano. Dengan kata lain, ada di belakang Miku dan wanita merah muda,ah,bisa kita sebut dengan Mamanya.
"Apa kau yakin,tuanku?"
Orang itu mengulangi perkataanya sekali lagi. Miku dan Mamanya menoleh cepat kebelakang, menatap sosok manusia berjubah yang sedang memegang 2 shootgun yang di acungkan ke depan. Tepat ke arah kepala Miku dan Mamanya. Membuat setiap orang yang ada di sana, tak berani melangkahkan kaki sedikitpun, berbicara saja sulit. Berusaha bertindak sehati-hati mungkin agar tidak membuat mereka terluka. Dan yang paling mengejutkan, adalah saat sebuah fakta yang ada di hadapannya saat ini.
Sebuah suara yang familiar, warna merah yang tak asing lagi, senjata kelas atas yang baru saja di edarkan oleh keluarga Miku, dan juga, jubah dengan emblem bangsawan milik keluarga Miku. Sebuah fakta yang membuat siapapun tidak akan percaya akan apa yang ada di hadapan mereka saat ini.
"A..Akaito-san..?" Miku memanggil nama orang itu dengan ragu dari balik pelukan Mamanya. Matanya memancarkan keterkejutan luar biasa saat mengetahui orang yang menodongkan pistol padanya adalah orang yang di kenalnya, tidak, lebih dari itu.
"Ahh,Miku-chan, jangan menatapku seperti itu.." Akaito membuka tudung kepalanya perlahan sambil menyeringai. Pandangan matanya beralih menatap tajam pada orang yang dipanggilnya 'tuan',pria berambut ungu panjang,yang sedang mengacungkan sebuah katana. Siluet merah di mata Akaito terpantul dengan jelas pada katana itu.
"Tuan Gakupo, anda tidak seharusnya mengangkat senjata seperti itu di hadapan para tamu. Anda benar-benar tidak sopan," Akaito tersenyum mengejek pada pria itu. Gakupo mendesis pelan saat mendengar ocehan Akaito.
Dengan sekali gerakan, pria berambut ungu samurai itu, sudah berada di hadapan Akaito. Tapi, gerakan Akaito jauh lebih gesit dari yang Gakupo duga. Di saat katana Gakupo terhunus ke depan, Akaito melompat dari jendela. Menghindari katana Gakupo dengan bergerak salto ke samping.
"Tenanglah,tuanku." Akaito mnyeringai di balik tudung jubah malamnya," Atau.." Tiba-tiba,Akaito bergerak cepat ke arah Miku dan Mamanya. Ditodongkannya kembali shotgun yang ada di tangannya.
"Luka-sama bisa terluka,tuanku. Kamui Gakupo..!" Akaito berteriak keras saat mengucapkan nama pria bersurai ungu itu. Tuannya, Kamui Gakupo,mendesis pelan saat melihat Akaito tertawa penuh kemenangan.
"A.. Akaito-san..!" Gadis kecil dalam pelukan Luka berteriak nyaring. Bulir-bulir air mata mengalir perlahan dari sudut matanya. Gadis itu menangis terisak-isak dalam pelukan Luka.
"Aku mohon,Akaito-san.. Hentikan.." Gadis manis itu merengek pada Akaito. Matanya menutup perlahan sambil mengucapkan kata 'onegai' sambil menangis perlahan. Suaranya tersendat-sendat dalam isakan tangisnya. Membuat siapapun yang melihatnya, pasti tak kuasa untuk menahan diri demi menolong gadis itu. Bahkan, orangtuanya sendiri pun nyaris tak berkedip saat melihat anak semata wayangnya memohon seperti itu demi semua orang.
Oh, oh, lihatlah! Ada apa iblis biadab? Kau ragu? Kenapa tiba-tiba kau bimbang begitu? Apa kau tersentuh mendengar permintaan gadis itu? Ohh, kenapa kau jadi lemah seperti itu? Dimana nafsu membunuhmu, itu?
"Maaf,Miku-chan.."
"A..Akaito-san…" Tangisan Miku terhenti sejenak saat melihat Akaito menunduk dalam. Membuat separuh dari wajahnya tertutup tudung jubahnya, tapi di sana. Tampak bibirmu tak henti-hentinya mengucapkan 'maaf' walau tanpa suara.
"Aku punya permintaan,tuan." Akaito menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia sudah tidak memperdulikan lagi suara isak tangis Miku kecil. Hatinya kembali mantap saat sekelebat ingatan tentang seorang anak kecil bersurai biru sedang meringkuk di sudut ruangan yang sepi dan gelap sambil menanti kedatangannya.
"Apa maumu,Akaito!" Gakupo berteriak keras, dia mencengkeram katananya kuat-kuat. Berusaha menahan amarahnya,
"Berikan semua hartamu padaku,tuan.."
Akaito melanjutkan kata-katanya lagi. Tak ayal, jawaban Akaito membuat siapapun yang mendengarnya tercengang kaget. Bagaimana mungkin, seorang pelayan pribadi Miku kecil, tega menodong tuannya sendiri setelah semua kerja kerasnya dalam mendidik Miku membuahkan hasil. Membuat gadis itu jadi jauh lebih terbuka dan ramah. Membuatnya semakin dekat dengan Miku, menciptakan ikatan tak tampak tapi nyata.
"AKAITO SHION!" Gakupo menggeram dengan keras. Tampaknya, dia sudah terlanjur sangat marah padanya. Matanya sudah buta akan keadaan keluarganya yang kini menjadi sandera Akaito. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanyalah 'Bunuh! Bunuh penghianat!".
Pertunjukan jadi semakin menarik, bukan. Sang Iblis yang bimbang akan tindakannya, tuannya yang berubah menjadi hewan liar yang terlampau buas, gadis kecil dan wanita bersurai merah muda yang hanya bisa pasrah, dan semua orang yang sangat shock dengan kejadian yang baru saja mereka alami.
Gakupo merangsek maju. Tangannya menggenggam katana kuat-kuat dan mengarahkannya kepada Akaito. Akaito terkejut sesaat dan membuat pengawasannya melemah. Dan disaat itu pula, Luka bangkit dan memukul tangan Akaito kuat-kuat. Membuat shotgun dalam genggaman Akaito terjatuh.
Gakupo menebas kekanan, tepat ke arah leher Akaito. Tapi Akaito berhasil mengelak. Ujung katana Gakupo hanya berhasil mengenai jubahnya saja. Membuat seluruh wajah Akaito terlihat dengan jelas di mata Miku.
Akaito tidak memiliki pilihan lain saat Gakupo dan Luka berhasil memojokkannya. Luka dengan sigap mengambil shootgun Akaito yang terjatuh dan menodongkannya ke wajah Akaito. Gakupo yang sudah menjadi liar, menyiapkan katana lain yang bisa menebasnya menjadi dua kapan saja.
"Tuanku, apa anda mau.." Akaito mengeluarkan shotgun lain dan sebuah pedang dari balik jubahnya," mengorbankan anak semata wayang anda!" Akaito menyeringai penuh kemenangan. Seperti iblis yang baru saja mendapatkan mangsanya. Tangannya bergetar pelan saat menarik pelatuk shootgunnya. Ekor matanya menatap tajam ke arah Miku,menatap wajah gadis manis itu untuk yang terakhir kalinya.
"Maaf.." ucap Akaito dengan sangat lirih dan nyaris tak terdengar.
DOR!
Semuanya terjadi begitu saja dengan sangat cepat. Seolah-olah kaset tua yang tiba-tiba ternodai warna merah. Membuat gadis kecil itu sangat terkejut dan tak mampu mengelurkan sepatah katapun. Saat kesadarannya kembali normal, dia bisa mendengar orang-orang berteriak histeris.
Miku kecil tersentak kaget saat melihat apa yang ada di depannya, Tangisnya yang terhenti sesaat kembali pecah saat melihatnya. Akaitopun sangat terkejut akan apa yang tiba-tiba terjadi.
"PAPAAA! MAMAAAA!"
Miku berteriak histeris saat melihat kenyataan mengerikan di hadapannya. Disana, ya, disana. Tepat di hadapan Miku saat ini, orang yang selalu menjaganya, membelainya dengan penuh kasih sayang, melakukan apapun demi dirinya, terduduk lemah sambil memegangi perutnya.
Ya, itu Luka dan Gakupo yang terduduk begitu saja setelah sebuah peluru menembus perut mereka. Untunglah, peluru itu tidak ikut menembus tubuh Gakupo sebagaimana peluru itu menembus tubuh Luka yang sudah terkulai lemah.
"TIDAAKKKK!"
"Mama! Papa!"
Seorang gadis berteriak nyaring saat terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah dengan keringat yang bercucuran dari wajahnya. Tangannya bergetar pelan sambil meremat selimutnya kuat-kuat. Dia mengusap keringat di wajahnya dengan punggung tangan perlahan.
"Mimpi itu lagi.." Gadis itu berucap lirih sebelum bangun dari kasurnya. Kakinya bergetar saat menginjak lantai kayu kamarnya yang dingin. Dengan cekatan,dia segera bergegas merapikan tempat tidurnya. Dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pamannya melihatnya kacau di pagi hari.
"Ohayou, Taito jii-san..!" Sapa gadis itu riang sambil menarik kursi di ruang makan. Matanya berbinar-binar saat melihat hidangan sarapannya hari ini. Sup negi kesukaannya sudah siap tersedia di depan matanya.
"Ohayou, Miku-chan." Balas Taito sambil tersenyum melihat tingkah keponakannya itu. Pemuda bersurai ungu gelap itu menyodorkan segelas susu hangat pada Miku.
"Bergegaslah dan segera berbelanja kalau sudah selesai." Taito menarik kursi di sebelah Miku dan duduk disana.
"Ohayou, Nii-san, Miku!" Sebuah suara nyaring dan rendah mengembalikan Miku ke dunia nyata dari imajinasinya akan lezatnya sup negi di depannya. Miku menolehkan kepalanya cepat dan tersenyum riang saat melihat orang yang memanggilnya.
"Ohayou,Kaito-kun!" Miku tersenyum lebar sambil berdiri dan menarik kursi dihadapannya. Gadis itu terlihat sangat bersemangat. Dia segera berlari ke kursinya dan kembali menggumankan betapa lezatnya sup negi di hadapannya. Pemuda bersurai biru dengan syal di lehernya,segera duduk di kursi yang sudah Miku siapkan.
"Itadakimasu~"
"Itekimasu, Taito jii-san!" Miku berteriak nyaring di depan pintu rumah. Kedua tangannya menggenggam daftar belanjaan dan dompet. Kaito yang ikut pergi berbelanja, menutup pintu perlahan setelah mendengar balasan dari Taito.
"Itterasai!"
"Yosh, Kaito-kun. Ayo berangkat!" Ucap Miku dengan bersemangat. Dia mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi dan mulai berjalan.
"Santai saja, Miku-chan." Kaito sedikit berlari saat menyusul Miku yang sudah agak jauh darinya.
"Apa maksudmu? Sudah lama sekali, lho, kita tidak pergi berbelanja bersama!" Miku mengerucutkan bibirnya. Wajahnya berpaling ke kiri saat Kaito melihatnya.
"Jangan ngambek,dong.." Kaito menyikut tangan Miku sambil tertawa pelan.
"Apaan, sih!" Miku membentaknya nyaring sambil balas memukul punggung Kaito. Kaito sedikit terkejut dan nyaris tersedak. Membuat Miku tertawa renyah saat melihat Kaito sedang mengurut dadanya perlahan. Kaito yang kebingungan, tiba-tiba ikut terbawa suasana dan tertawa bersama.
"Iblis!"
Tawa mereka terhenti saat tiba-tiba Miku mendengar sebuah suara. Dia menengok ke kiri dan ke kanan guna mencari keberadaan pemilik suara itu. Tapi nihil. Jalanan sedang sepi-sepinya, dia tidak menemukan keberadaan orang lain selain dirinya sendiri dan Kaito.
"Ada apa,Miku-chan?"
"Tidak. Bukan apa-apa." Miku menghela nafas kecewa. Membuat Kaito menatapnya penuh kebingungan. Tiba-tiba, Miku menarik tangan Kaito dan berlari.
"Ayo,Kaito-kun!" Miku meolehkan wajahnya sesaat sambil tesenyum lebar. Sebuah senyuman yang tidak akan ada yang menyadari bahwa dirinya terluka.
"Ya!" Kaito membalas senyuman Miku dan bergegas berlari beriringan bersamanya.
Suasana pasar saat itu sedang ramai. Hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang membuat Miku sedikit kesulitan untuk menyela. Kaito merasa sedikit kasihan melihat gadis itu yang nyaris saja tertubruk seorang bibi yang sedang berjalan terpogoh-pogoh. Dengan sigap,kaito menggenggam tangan gadis itu. Miku menolehkan kepalanya cepat. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah malu-malu dari Kaito yang sedang menggaruk belakang kepalanya. Miku tersenyum lebar melihat tingkah Kaito yang gugup. Tapi,hal itu tidak berlangsung lama.
Orang-orang yang ada disana,berlarian panik seperti di kejar setan. Menabrak apapun yang ada dihadapannya. Membuat Miku nyaris terjatuh kalau saja Kaito tidak menggenggam tangannya.
"A..Ada apa? Apa yang terjadi?" Miku berteriak nyaring sambil mencegat seorang gadis yang ikut berlari. Gadis itu tampak sangat kacau. Penampilannya sedikit acak-acakan dengan air mata yang mengalir deras.
"Cepat selamatkan dirimu, nona! Ada kebakaran hebat, disana!" Gadis itu dengan histeris menunjuk ke arah belakang punggungnya. Miku mengangguk paham dan membiarkan gadis itu berlari.
"Kau mau kemana, Miku-chan!?" Kaito sedikit kesulitan berlari saat tiba-tiba Miku menariknya pergi. Miku tidak menyahut. Tatapannya hanya terfokus pada satu titik. Tepat di perempatan. Di balik belokan yang mengeluarkan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi.
Miku berhenti berlari dan menatap horor akan apa yang ada di hadapannya saat ini. Kobaran api menyambar segala yang ada di dekatnya. Puluhan kios terbakar dengan hebatnya. Api itu turut membakar manusia tak berdosa yang tidak sempat menyelamatkan diri. Semuanya lenyap dalam warna merah menyala. Efek panas yang di timbulkan dari kebakaran itu,membuat Miku kembali mengingat apa yang selalu berusaha di lupakannya selama ini. Sebuah peristiwa yang terjadi dalam sekejap saja.
Sebuah peristiwa yang membuatnya kehilangan segalanya. Membuatnya harus menanggung beban berat tak terkira. Membuatnya harus menjadi manusia tanpa hati beberapa tahun lamanya.
Miku jatuh terdduduk. Genggaman tangannya dengan Kaito terlepas begitu saja. Air mata mengalir perlahan menuruni setiap lekuk wajahnya. Miku meremas rambutnya kuat-kuat. Wajahnya menampakkan ketakutan dan shock yang mendalam.
"TIIDAAAKKKK!"
Author's Note:
saa~,minna. mungkin segitu aja dulu,
oh,iya. Saya benar-benar membutuhkan review untuk referensi lanjutan fan fic ini. Jadi,mohon bantuannya.
Mohon kritik dan sarannya.
Untuk fanfic saya yang lain,
saya meminta maaf. saya belum bisa melanjutkannya. Saya sedang ada masalah. Jadi,mohon dimaklumi.
Kalau ada apa-apa pm saya.
Arigatou.
