Numpang lewat sama nyisipin fic ya...

Monggo dibaca... kalo suka...

.

"Setiap manusia berhak mendapatkan kebahagiaan. Tapi persepsi kebahagiaan akan berbeda bagi setiap orang."

.

.

.

How To Be Something You Miss?

By Thyz Verbazend

Disclaimer : MK

.

.

.

PROLOG

Seorang wanita berpakaian serba putih memasuki sebuah pintu dengan membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Dari pakaiannya semua orang dapat menyimpulkan bahwa ia adalah seorang perawat, untuk itulah tidak lain dan tidak bukan, ruangan yang ia masuki pun merupakan salah satu ruangan di sebuah rumah sakit.

Sebuah ruangan, atau lebih tepatnya kamar rawat inap, yang bernuansa putih khas rumah sakit dengan tanpa ornamen sedikit pun. Hanya ada beberapa lemari yang berisi obat-obatan dan sebuah tempat tidur yang lengkap dikelilingi oleh berbagai macam alat medis. Dia atas tempat tidur itu terbaring seorang wanita yang kelihatan masih sangat muda berkisar umur 20an. Wajahnya yang terbingkai dalam balutan rambut merah muda begitu cantik dan damai di dalam tidurnya. Di bawah hidungnya terjuntai sebuah selang yang mengalirkan udara. Selang itu terus berusaha mempertahankan hidupnya bersama selang-selang lain yang tertempel di sekujur tubuhnya, membuat seakan wanita tersebut terlihat sangat lemah, rapuh dan tak berdaya.

Beralih dari wanita tadi sekarang kita perhatikan kehidupan lain di ruangan tersebut.

"Selamat pagi nyonya Hyuuga, apa kabar anda hari ini." Sapa suster yang memasuki ruangan tersebut sambil tersenyum. Wanita yang menjadi pasien tersebut tidak menjawabnya dan hanya terdiam dalam tidurnya. Tetapi tanpa menunggu jawaban pun suster tersebut langsung melakukan rutinitasnya seperti biasa. Yaitu mengecek layar monitor yang memantau keadaan pasien tadi. Dia mencatat setiap angka yang terdapat disana dengan seksama ke dalam kertas yang dibawanya.

Setelah selesai dia menaruh kertas itu dan mengambil sebuah suntikan beserta ampul obat dari atas meja. "Oke, saatnya minum obat nyonya." Suster tadi berbicara pada pasien tersebut namun yang diajak bicara tetap tidak menyahut.

Dia ambil beberapa cc cairan obat dari ampul dengan suntikan tadi dan segera menyuntikannya ke dalam labu infus yang menggantung tak jauh dari tempat tidur dimana wanita itu berbaring. Tak lama, masuklah seorang pemuda berpenampilan seperti seorang dokter ke dalam ruangan tersebut.

"Bagaimana, keadaannya hari ini suster?" Sapa dokter muda tersebut pada suster tadi.

"Eh dokter," Suster tersebut tersenyum dan menyerahkan kertas laporannya pada dokter tadi. "Keadaan, nyonya Hyuuga saat ini stabil. Tapi belum menunjukkan perubahan apa-apa dari seminggu yang lalu." Suster tersebut terlihat agak sedikit takut-takut mengucapkannya mengingat siapa dokter yang sekarang berdiri di hadapannya. Sedangkan dokter muda tersebut masih membolak balik kertas laporan dan memperhatikannya dengan teliti, setelah itu mengembalikannya lagi pada suster tadi.

"Baik, terima kasih suster." Ucap dokter itu kurang bersemangat, dia lalu menghampiri tempat tidur pasien dengan perlahan dan menyentuh lengan pasien yang terpasang selang infus dengan lembut. Suster tadi yang masih belum beranjak dari tempatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan prihatin.

"Sakura, kapan kau akan bangun sayang?" Kata dokter itu lirih. Merasa tidak enak jika berada terus di ruangan tersebut, maka suster itu pun berpamitan untuk kembali lagi melaksanakan pekerjaannya.

"Dokter, saya pamit dulu. Masih ada pasien yang harus diperiksa." Katanya pelan takut mengganggu.

"Oh iya silahkan." Jawab dokter itu seketika menyadari bahwa suster tadi masih berada di ruanan. Dia menjawab dengan sedikit malu.

Lalu dia kembali terfokus pada wanita yang terbaring di hadapannya. Dokter tersebut bernama lengkap Hyuuga Neji, seorang pemuda tampan dengan otak yang luar biasa cemerlang. Di usianya yang baru mencapai 25 tahun dia sudah bisa menjadi seorang dokter spesialis bedah yang sangat handal dan terampil.

Sedangkan wanita yang terbaring di hadapannya ini bernama Haruno Sakura, ah salah, tepatnya Hyuuga Sakura. Ya benar sekali, mereka berdua telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sebuah pasangan yang sangat serasi memang, karena selain cantik, Hyuuga Sakura juga merupakan wanita yang sangat pintar. Dia adalah seorang lulusan terbaik dari Fakultas Ekonomi di angkatannya.

Namun sayangnya perjalanan cinta mereka tak semulus prestasi yang mereka torehkan. Karena Sakura saat ini sedang terbaring dalam tidur panjangnya yang sudah berlangsung selama hampir dua tahun. Sebuah tragedi telah menimpa mereka pada saat bulan madu berlangsung. Neji mengalami luka parah akan tetapi nyawanya masih dapat terselamatkan. Sedangkan Sakura hanya terbentur di bagian belakang kepalanya, tetapi itu saja cukup untuk membuatnya mengalami kondisi medis dimana para dokter biasa menyebutnya mati otak.

Tubuhnya hidup seperti biasa, jantungnya masih berdetak, paru-parunya masih menghembuskan nafas dan segalanya bekerja dengan baik, hanya saja kesadarannya yang hilang telah membuatnya tak sadarkan diri bagaikan mayat hidup. Neji mencium punggung tangan istinya yang dingin itu dengan lembut lalu menelungkupkan wajahnya ke dalam kedua tangannya untuk kembali tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Penyesalan yang membuatnya tak dapat melakukan hal apapun dengan tenang, karena dia selalu merasa bersalah, dialah yang telah menyebabkan kondisi isrtrinya terbaring tak berdaya seperti ini sekarang.

"Neji!" Panggil seseorang dari balik pintu keluar. Saat neji menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang memanggil namanya, ternyata dia adalah Shikamaru. Sahabat sekaligus teman sejawatnya sesama Dokter di rumah sakit ini.

"Ya Dokter Shika?" Tanya Neji pada sosok pemuda itu.

"Ah, merepotkan. Jangan menyebutku dengan sebutan seperti itu, kita kan hanya berdua." Shikamaru mendecih mendengar Neji memanggilnya dengan gelarnya.

"Kau ini sama sekali tak berubah. " Neji sedikit tersenyum melihat kelakuan sahabatnya ini.

"Kita kan teman, tidak usah saling memanggil dengan embel-embel 'itu' bisa kan?" Katanya lagi santai.

"Yah, terserahlah, ada apa memanggilku?" Dahi neji terlihat mengkerut.

"Hei, jangan bersikap seperti itu. Aku tak berniat mengganggu kemesraanmu bersama istrimu, tapi kita harus ke ruang pertemuan untuk menyambut Co-Ass kan?" Ungkap Shikamaru datar sambil menarik lengan baju Neji.

"Tenang saja, aku akan kesana beberapa menit lagi." Jawab Neji sambil lalu.

"Oke, kutunggu kau diluar. Mau pamitan dulu sama istrimu?" Tanya Shikamaru setengah bercanda tapi tak dihiraukan oleh Neji. Shikamaru lalu berjalan keluar ruangan.

"Aku pergi dulu, cepatlah sembuh. Aku merindukanmu." Neji berbisik sejenak pada telinga Sakura yang tertidur lelap lalu mencium keningnya. Setelah itu pun dia mengikuti Shikamaru meninggalkan ruangan. Dalam keheningan di ruangan tersebut, tanpa seorang pun menyadarinya, di layar monitor terlihat bahwa detak jantung Sakura mulai meningkat perlahan, kemudian kembali normal. Entah apa yang telah menyebabkan perubahan tersebut.

.

.

.

"MAAF... MAAF...permisi!" ucap Seorang gadis yang berambut pirang panjang setengah berteriak, dia terlihat tengah terburu-buru. Dia berjalan setengah berlari di koridor rumah sakit yang tentu saja mempunyai peraturan tidak tertulis untuk tidak membuat keribuatan dan untuk tidak berlari. Dan baru saja gadis itu melanggar keduanya.

"Hei pelan-pelan nona!" Seorang suster laki-laki yang sedang mendorong kursi roda di mana seorang nenek duduk terlihat menegur gadis itu.

"Aduh maaf pak maaf, saya sedang terburu-buru!" Gadis itu membungkuk untuk meminta maaf namun segera melengos ketika suster tadi hendak membuka mulutnya untuk memarahi gadis itu.

"Anak muda memang bersemangat." Nenek yang duduk di kursi roda hanya bisa tersenyum melihat sakura yang menghilang dari pandangannya.

Gadis tadi sekarang masih berlari dan menuju ke arah teman-temannya yang sedang berdiri berkerumun di depan sebuah ruangan besar yang terlihat seperti ruangan pertemuan. "Hinata...! Hinata...!" Gadis itu memanggil ke arah kerumunan itu.

"Ino...? Jangan berlari!" Seorang gadis berambut indigo menoleh dan langsung terkejut melihat gadis yang dipanggilnya Ino itu sedang berlari kearahnya.

"Iya iya aku tahu. Apa aku terlambat?" Tanya Ino begitu tiba di hadapan Hinata.

"Huh kau ini! Sedikit lagi, kami sedang mengantri masuk. Di hari pertama masa kau sudah mau buat masalah. Untung tidak ada senior yang melihatmu." Hinata segera memperingatkan Ino mengenai ketatnya peraturan di rumah sakit ini.

Hari ini merupakan hari pertama mereka akan bekerja di rumah sakit ini. Tapi belum bisa disebut bekerja juga, karena status mereka masih berstatus Mahasiswa Kedokteran. Jadi bisa dibilang ini adalah praktek untuk menjadi seorang dokter, atau di kalangan medis mereka biasa menyebutnya dengan istilah Co-Ass.

Di hari pertama biasanya ada penyambutan dari manajemen rumah sakit atas kedatangan mereka. Sekaligus pembagian tugas dan dokter pembimbing untuk mereka. Kerumunan para calon dokter itu segera membubarkan diri dan mulai memasuki ruangan pertemuan itu. Disana mereka menghabiskan waktu untuk mendengarkan sambutan-sambutan yang panjang dan membosankan, hingga acara yang ditunggu-tunggu pun tiba. Yaitu acara pembagian dokter pembimbing yang akan memandu mereka mengerjakan tugas-tugas rumah sakit selama satu tahun kedepan.

Mengapa acara ini menjadi saat-saat yang menegangkan? Karena tentu saja, nasib mereka akan berada pada dokter pembimbing mereka. Mereka berharap mendapatkan dokter pembimbing yang baik hati dan mudah memberikan nilai demi kelancaran studi mereka. Sungguh sangat malang bagi siswa yang mendapat pembimbing galak nan pelit nilai. Dan juga tentu saja selain itu naluri dari para anak muda ingin mendapat pembimbing yang masih muda juga dan enak dilihat tentunya.

Pembagian pun dimulai, masing-masing dari siswa pun mulai membubarkan diri untuk menuju ke pos jaganya masing-masing karena kegiatan akan dimulai hari ini. Ino dan Hinata kebetulan kebagian dokter pembimbing yang sama bersama satu gadis lainnya yang bernama Tenten. Mereka berjalan beriringan menuju ke ruangan dokter yang menjadi pembimbing mereka.

"Nah ini dia, Ruang Dokter Shikamaru kan?" Tanya Ino pada kedua temannya. Mereka berdua pun mengangguk bersamaan. Lalu Ino pun mengetuk perlahan pintu ruangan tersebut. Sayup-sayup terdengar suara yang mempersilahkan mereka masuk. Di dalam ruangan tersebut sudah ada dua orang pria tampan berpakaian dokter yang berumuran tak jauh lebih tua dari mereka.

"Kalian lama sekali." Pria yang berambut hitam dan diikat kebelakang seperti nanas berbicara pada mereka, wajahnya terlihat malas. Pria yang satu lagi berkulit putih dan berambut coklat panjang hanya terdiam memperhatikan.

"Ma-maafkan kami dok. Tadi ada masalah sedikit kami tersesat." Hinata berusaha mencairkan suasana.

"Yasudah. Saya Shikamaru, yang ini Dokter Hyuuga Neji." Shikamaru memperkenalkan dirinya dan Neji. "Kami yang akan membimbing kalian satu tahun kedepan."

"Saya Hyuuga Hinata." Ucap hinata memperkenalkan dirinya. Dirinya semenjak tadi sebenarnya berpura-pura tidak mengenal keduanya, padahal Hinata sangat mengenal baik mereka. Terutama pemuda yang berambut coklat yang notabene adalah kakak sepupunya. Hal ini merupakan permintaan khususnya agar tidak menimbulkan kecanggungan diantara siswa lainnya.

"Saya Yamanaka Ino. Salam kenal." Giliran Ino yang memperkenalkan dirinya.

"Saya Tenten." Kata tenten tak kalah sopan. Mereka belima pun saling berjabat tangan mengakrabkan diri masing-masing.

Setelah itu Shikamaru mulai menjelaskan mengenai tugas-tugas yang akan mereka kerjakan. Semuanya fokus mendengarkan, terkecuali Ino yang terlihat sedang memperhatikan Neji yang terduduk diam dan melamunkan sesuatu. Ino merasa sebal karena dia menganggap Neji sombong dan angkuh karena sejak tadi belum mengucapkan sepatah kata pun.

Merasa diperhatikan Neji pun memperhatikan sekeliling. Ino segera membuang muka dan mengalihkan pandangan pada Shikamaru sebelum Neji memergokinya.

Entah bagaimanakah nasib tiga mahasiswi ini ditangan dua dokter baru mereka. Tunggu lanjutannya di chapter depan.

.

.

TBC

.

.

Akhirnya saya bisa juga menulis fic yang berhubungan sama bidang saya, hehehe...

Oke, fic ini akan menjadi salah satu hutang saya lagi, sementara fic yang lain pun masih berantakan. Maaf ya readers. Dan juga yang paling Konyol adalah judulnya, 'How To Be Something You miss?' apaan coba? Saya bener-bener kehabisan ide buat ngasih judul, jadinya asal comot aja yang lewat di kepala. Saya sangat berterima kasih jika ada readers yang bisa ngasih judul buat fic ini. Tapi kalo gak ada ya juga gapapa, akan saya pertahankan judul ini.

Saya ngerasa ada sesuatu yang kurang gitu di prolognya, terutama bagian akhir, berasa ngambang banget, iya gak sih?

Entah mengapa kurang greget gimana gitu. Yah beginilah kalau author yang kurang pengalaman menulis fic. Mungkin fic ini akan ada 3 atau 4 chap lagi. Tapi tergantung mood sih, maunya berapa chapter.

Kalau berkenan, mampir juga ya ke fic saya yang lain. Bagi ada yang mengikuti Unwanted meeting, kebetulan kemarin-kemarin sudah saya update …. Yeayy….

Saya mau minta apresiasinya dari para readers ya.

Mind to flame?

Eh salah, mind to review?

-THYZ-