Ms. Playgirl

Chapter 1

Main Casts : Oh Sehun and Xi Luhan (GS)

Support Casts : Find it by yourself

Genre : AU, Friendship, Romance, School Life

Length : Multichapter

2017©Summerlight92


Sosok cantik itu berdiri di depan pintu gerbang Seoul Senior High School. Seringaian kecil menghiasi bibir ranumnya yang menyerupai buah cherry. Mata rusanya yang berkilau memandangi layar ponsel yang dia genggam. Dengan gerakan cepat, jemari tangannya menekan tombol-tombol pada layar, menuliskan sebuah pesan untuk kekasihnya.

Kebanyakan orang akan menulis pesan romantis untuk pasangannya. Namun tidak untuk gadis itu, yang justru menuliskan sebuah pesan singkat dengan maksud mengakhiri jalinan asmaranya dengan sang kekasih. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu, hubungan yang baru terjalin kurang dari 1 bulan, tiba-tiba ingin diakhirinya begitu saja.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu, Lu?"

Xi Luhan, gadis itu menoleh dengan senyuman penuh arti. Mengundang tanda tanya besar dalam benak Byun Baekhyun—sahabatnya yang baru saja melontarkan pertanyaan. Saat ini mereka sedang menunggu mobil jemputan di depan pintu gerbang sekolah. Kebetulan Baekhyun berencana mengerjakan tugas sekolah di rumah Luhan. Jadi dia ikut pulang bersama Luhan menaiki mobil jemputan gadis itu.

"Menurutmu kenapa?" Luhan justru balik bertanya. Menimbulkan kerutan samar di dahi Baekhyun. Gadis itu terdiam cukup lama, hingga satu pemikiran muncul dalam kepalanya.

"Jangan katakan kalau kau baru saja memutuskan kekasihmu lagi, Lu?" tebak Baekhyun dengan mata memicing curiga.

Luhan tersenyum menyeringai, "Sayangnya memang seperti itu, Baekkie."

Desahan pelan lolos dari bibir Baekhyun. Gadis itu mengusap wajahnya, lantas memandangi Luhan yang kembali berkutat dengan ponsel. "Ayolah, Lu. Apa kau tidak bisa—"

Kalimat Baekhyun menggantung begitu saja ketika sebuah suara deru mesin motor terdengar dari kejauhan. Perlahan mendekat ke arah mereka, hingga keduanya mendapati kedatangan seseorang menaiki motor sport Kawasaki Ninja warna hitam. Sang pengemudi memberhentikan motornya tepat di hadapan Luhan dan Baekhyun. Dia membuka helmnya, sebelum turun dan berjalan mendekati mereka.

Baekhyun melirik Luhan, ketika menyadari pengemudi motor tersebut adalah Jing Boran—kekasih sahabatnya saat ini. Atau mungkin beberapa menit yang lalu sudah berubah status menjadi mantan kekasih Luhan.

"Gege, apa kabar?" Baekhyun mengangkat tangan kanannya—bentuk sapaan, disertai cengiran lebar. Baekhyun tahu dirinya baru saja bersikap konyol. Dia hanya ingin mengubah suasana mencekam di sekitarnya sekarang semenjak kedatangan Boran. Berharap sikap ramahnya bisa menenangkan emosi Boran, walau pada akhirnya sia-sia belaka.

Sebab Boran sama sekali tak mengindahkan sapaan Baekhyun. Perhatian lelaki itu terlanjur fokus pada Luhan. Jika sebelumnya tatapan mata Boran melembut, maka tidak untuk kali ini. Sorot mata Boran tampak tajam, seolah ada kilatan api yang menyala-nyala dari dalam bola mata lelaki itu.

"Apa kau sudah membaca pesanku?"

Ingin sekali Baekhyun menyumpal mulut Luhan dengan saputangan. Dia tidak habis pikir, bagaimana Luhan bisa bersikap sesantai ini menghadapi Boran yang sedang dikuasai api kemarahan.

"Ya, aku sudah membacanya dan aku butuh penjelasan darimu." Boran memperlihatkan isi pesan dari Luhan di layar ponselnya. "Apa maksud pesanmu ini, Lu? Kukira april mop sudah lewat. Jadi, tidak mungkin kau sedang melakukan tipuan padaku bukan?"

Luhan menatap enggan ke arah Boran yang masih berusaha keras menahan ledakan amarahnya. Hebat juga pengendalian emosinya—batin Luhan.

"Apa aku harus mengatakannya lagi?" Luhan melirik Baekhyun yang sedari tadi menjadi mengamati interaksi mereka. Layaknya menonton adegan drama picisan di mana tokoh pria menuntut kejelasan tokoh wanita yang tiba-tiba mengakhiri jalinan asmara mereka secara tiba-tiba.

"Aku bosan denganmu, Ge. Sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini," lanjut Luhan dengan raut wajah tenang. Kontras sekali dengan ekspresi wajah Baekhyun. Sahabatnya itu mati-matian menahan napas, sambil melirik was-was ke arah Boran.

"Kau benar-benar ...," Boran tak tahan lagi dengan sikap Luhan yang terkesan meremehkannya. Tangan lelaki itu terangkat mengarah pada wajah gadis itu.

"Tunggu!" Baekhyun dengan sigap menahan tangan Boran. Ada untungnya juga dia mempelajari hapkido sejak duduk bangku sekolah dasar. Setidaknya Baekhyun cukup kuat untuk mencengkeram pergerakan tangan Boran yang hendak melayangkan tamparan di pipi Luhan.

"Lepaskan tanganmu!" teriak Boran murka. Tak pelak suara kerasnya memancing perhatian beberapa siswa yang turut berada di sekitar pintu gerbang sekolah.

"Apa yang terjadi di sini?"

Suara lain dari arah pintu gerbang membuat semua orang menoleh. Baekhyun bernapas lega karena bala bantuan datang di waktu yang tepat. Sosok laki-laki berperawakan jangkung yang berstatus kakak kandung Luhan itu sudah berdiri di belakang mereka.

"Yifan-ge!" Baekhyun meringis lebar, sambil memberikan isyarat dengan gerakan bola matanya yang menunjuk Luhan dan Boran secara bergantian.

Xi Yifan, lelaki berambut pirang itu memandang sejenak ke arah Luhan. Sang adik hanya melempar senyuman. Berbanding terbalik dengan Boran yang sejak tadi terus menghadiahi tatapan tajam padanya.

"Boran, kau ke sini untuk menjemput Luhan?" tanya Yifan dengan nada setenang mungkin.

Boran mendecih, "Justru aku ke sini karena ingin membuat perhitungan dengan adikmu."

"Perhitungan? Kalian bertengkar?" Yifan kebingungan dan beralih melirik Luhan, "Lu, apa kau melakukan kesalahan pada kekasihmu?"

"Tidak." Luhan menggeleng dan menjawab dengan santai, "Aku hanya mengakhiri hubungan kami, Ge."

Dalam sepersekian detik, mata Yifan melotot. "APA?!"

Luhan mengabaikan reaksi Yifan yang terlihat sangat syok mendengar jawabannya. Gadis itu melirik Boran. "Jing Boran, kau hanya membuang waktumu dengan datang ke sini. Aku tidak mau bertemu lagi denganmu, jadi—" Luhan melenggang pergi dari hadapan Boran dan memilih membelakanginya.

"Jangan muncul lagi di hadapanku," lanjut Luhan. Perhatiannya beralih pada sebuah mobil BMW hitam yang berhenti di depannya. Tanpa membuang waktu, di masuk ke dalam mobil tersebut. Mengabaikan Boran yang masih bertahan di depan pintu gerbang. Sosok laki-laki yang baru saja resmi menyandang status mantan kekasih Luhan untuk yang ke-sekian.

"Baekhyun, kau tidak masuk?"

Baekhyun terkesiap mendengar suara Luhan yang penuh ketenangan. Gadis itu mengangguk kecil, lantas membungkuk dengan gerakan kaku di hadapan Boran. Tak lupa, dia berpamitan pada Yifan yang masih berdiri di sana.

"Sampai jumpa di rumah, Ge. Aku pulang dulu," pamit Luhan pada Yifan dengan senyuman lebar yang amat mempesona. Sama sekali tidak memperlihatkan rasa bersalah karena telah mengakhiri jalinan asmaranya dengan Boran secara sepihak.

Begitu Baekhyun masuk ke dalam mobil, sang supir segera menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil itu pun melesat meninggalkan bangunan Seoul Senior High School.

Kedua tangan Boran mengepal. Matanya menatap tajam ke arah mobil yang dinaiki Luhan dan Baekhyun. Dia abaikan pandangan beberapa siswa yang sedari tadi berbisik meliriknya. Mereka sebenarnya sama seperti Luhan dan Baekhyun, sedang menunggu jemputan. Namun berkat sikap Luhan, mereka menjadi saksi bagaimana Boran dipermalukan di hadapan umum.

"Boran." Yifan menghela napas sejenak, "Aku minta maaf atas sikap adikku."

Entah mengapa Boran semakin tidak senang mendengar permintaan maaf yang disampaikan Yifan. "Minta maaf? Kau pikir semudah itu aku memaafkan sikap adikmu yang sudah mempermainkan perasaanku, hah?!"

"Aku tahu kata maaf saja tidak akan cukup, tapi ...," Yifan menatap Boran dengan sorot mata memohon, "kumohon jangan berbuat buruk pada adikku. Luhan bersikap seperti itu karena memiliki alasan."

Kendati sudah menguasai beberapa jurus beladiri—seandainya Boran melakukan kekerasan fisik, jujur Yifan lebih memilih untuk bersikap damai terhadap Boran. Dia tidak ingin mencari keributan dengan lelaki itu. Yifan rela menggantikan Luhan untuk meminta maaf pada Boran. Walau pada akhirnya, usaha yang dia lakukan tidak akan membuahkan hasil.

"Aku tidak peduli! Adikmu itu sudah mempermalukanku di depan umum. Dia harus mendapatkan balasannya!"

Umpatan kasar terus saja keluar dari bibir Boran tanpa bisa dihentikan. Mungkin seharusnya dia mengingat ungkapan "don't judge people by cover". Dari luar, Luhan seperti gadis baik-baik dengan tatapannya yang polos disertai senyuman yang menawan. Faktanya, Luhan adalah seorang 'pemain' yang sudah membuat banyak laki-laki terbuai dalam pesonanya.

Yifan menahan napas saat Boran mendekatinya dengan tatapan tajam menusuk. Seperti pembunuh berdarah dingin.

"Sampaikan pesanku pada adikmu." Boran menyeringai, "Suatu saat nanti, dia akan membayar apa yang sudah dia lakukan padaku hari ini. Camkan itu!"

Setelah mengatakan kalimat ancaman tersebut pada Yifan, Boran segera menaiki motornya. Dalam sekejap, laki-laki itu sudah melesat pergi meninggalkan Yifan yang masih berdiri mematung di depan pintu gerbang sekolahnya.

Lelaki itu menghela napas panjang, lantas mengusap wajahnya frustasi. Sungguh, dia tidak tahu harus berbuat bagaimana untuk menghentikan kebiasaan buruk Luhan, hingga membuat adiknya itu mendapatkan julukan 'Ms. Playgirl' di sekolah mereka.

..

..

..

Memasuki jam 3 sore, lorong sekolah terlihat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang masih berlalu-lalang di sana. Kebanyakan dari mereka terlibat aktif dalam berbagai kegiatan klub, atau sekedar menjalankan tugas piket sesuai jadwal masing-masing. Ada juga siswa tingkat akhir yang mengikuti kelas tambahan, sebagai bentuk persiapan sebelum melaksanakan ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi.

Terlihat sosok gadis dengan mata bulat seperti owl, berjalan menyisiri lorong sekolah. Gadis itu bernama Do Kyungsoo, salah satu sahabat Luhan selain Baekhyun.

Hari ini Kyungsoo terpaksa pulang terlambat, lantaran harus mengawasi teman-teman sekelasnya yang bertugas piket. Tentu hal ini wajib dia lakukan, mengingat Kyungsoo menjabat posisi sebagai ketua kelas.

Kyungsoo melirik jam pada ponselnya. Dia berjalan cepat karena ingin segera sampai di rumah. Dia sudah berjanji pada ibunya untuk menemani pergi berbelanja.

"Permisi, Nona."

Suara seseorang berhasil menghentikan langkah Kyungsoo. Gadis itu menoleh ke pemilik suara yang memanggilnya. Dia sedikit terkejut saat menemukan sosok lelaki berkulit pucat tengah erjalan mendekatinya. Kyungsoo terpesona pada perawakan lelaki itu yang menguarkan aura ketampanan luar biasa.

"Iya, ada yang bisa kubantu?" tanya Kyungsoo lekas fokus dan tak ingin berlama-lama kagum pada sosok lelaki tersebut.

Lelaki itu mengangguk, "Apa kau tahu di mana letak Ruang Guru?"

"Ruang Guru?" tanya Kyungsoo lagi.

"Ne, kau tahu di mana ruangannya?"

Kyungsoo tersenyum, "Tentu. Aku bisa mengantarmu ke sana."

Walau tengah diburu waktu, Kyungsoo tetap mengutamakan kepentingan orang lain. Dia pun mengantarkan laki-laki asing itu ke ruang guru seperti permintaannya.

TOK! TOK!

Kyungsoo mengetuk pintu ruang guru, sampai mendengar suara wanita yang dari dalam ruangan. Kyungsoo berjalan memasuki ruangan, diikuti lelaki asing itu dari belakang. Dia mendapati wali kelasnya—Lee Hyori, tampak masih berkutat dengan beberapa berkas di meja.

"Ssaem, ada tamu," jawab Kyungsoo. Sebelumnya dia membungkuk untuk memberi salam pada Hyori. Wanita itu melirik pada sosok laki-laki yang berdiri di belakang Kyungsoo.

"Oh, sudah datang rupanya," ucap Hyori. Dia berdiri dari kursi dan berjalan mendekati laki-laki itu. "Kau siswa baru pindahan dari London 'kan? Oh Sehun?"

Lelaki yang dipanggil Oh Sehun itu membungkuk dan memberi salam pada Hyori, "Iya, Ssaem. Saya Oh Sehun."

"Bagaimana kau bisa datang bersama Kyungsoo?" tanya Hyori terheran.

"Saya hanya membantunya datang ke sini, Ssaem," lanjut Kyungsoo seraya tersenyum. "Kebetulan tadi kami bertemu di lorong."

"Oh, begitu rupanya. Terima kasih sudah membawanya ke sini, Kyungsoo." Hyori menepuk kedua tangannya. "Ah, kebetulan juga kau ada di sini. Aku jadi bisa meminta bantuanmu."

Kyungsoo mengernyitkan dahi. "Bantuan?"

"Dia adalah siswa baru di sekolah kita. Mulai besok, dia akan masuk di kelas kita. Otomatis, Sehun berada di bawah pengawasanmu," jawab Hyori. "Sehun, dia adalah Do Kyungsoo, ketua kelas di kelas barumu nanti."

Kyungsoo menatap kaget ke arah Sehun yang tersenyum padanya. Dia sama sekali tidak mengira jika lelaki itu adalah siswa baru di sekolahnya, bahkan sebentar lagi akan menjadi teman sekelasnya. Jika Baekhyun tahu berita ini, pasti dia yang akan bereaksi paling heboh dibandingkan Luhan—batin Kyungsoo.

"Senang berkenalan denganmu. Terima kasih sudah mengantarku ke sini, ketua kelas," ujar Sehun seraya mengulurkan tangan.

Kyungsoo tersenyum dan balas menyalami Sehun, "Karena kita satu kelas, kurasa tidak perlu menggunakan bahasa formal. Panggil saja aku Kyungsoo.

"Baiklah, Kyungsoo. Sekali lagi terima kasih," ucap Sehun tulus.

"Aku ucapkan selamat datang di Seoul Senior High School. Jangan terlambat di hari pertamamu besok," sahut Kyungsoo mengingatkan. Dia menoleh ke arah Hyori lalu membungkuk ke arah wali kelasnya tersebut, sebelum keluar meninggalkan ruang guru.

Sesekali Kyungsoo melirik pintu ruang guru. Gadis itu tersenyum. Dia senang mendapat teman baru di sekolahnya. Meski baru pertama kali bertemu, Kyungsoo memiliki kesan baik jika Sehun adalah orang yang menyenangkan dan mudah berteman dengan siapa saja. Terlihat dari keramahan Sehun saat berbicara dengannya.

"Sepertinya besok sekolah akan heboh dengan kehadirannya. Aku yakin, dalam sekejap anak itu akan menjadi siswa populer di sekolah ini," gumam Kyungsoo sebelum meninggalkan ruang guru.

..

..

..

Yifan baru saja sampai di rumah jelang jam makan malam. Saat melewati pintu gerbang rumahnya, Yifan berpapasan dengan Baekhyun. Agaknya gadis itu hendak pulang setelah selesai mengerjakan tugas sekolahnya bersama Luhan. Yifan juga menangkap keberadaan sang adik yang berniat mengantar kepulangan Baekhyun, dengan meminta bantuan supir pribadinya.

"Kau sudah mau pulang?" tanya Yifan pada Baekhyun.

Baekhyun mengangguk, "Kebetulan tugas sekolahku sudah selesai. Luhan banyak membantuku menyelesaikannya."

"Memang tugas tentang apa?" tanya Yifan penasaran.

"Bahasa Mandarin, Ge," jawab Baekhyun seraya meringis lebar.

"Pantas." Yifan tertawa kecil. "Tidak sekalian makan malam bersama di rumah kami?"

"Tidak, Ge. Lain kali saja," Baekhyun beralih menatap Luhan, "Aku pamit. Terima kasih untuk bantuanmu hari ini. Sampai jumpa besok, Lu."

"Hm, hati-hati di jalan, Baekki," sapa Luhan. Dia dan Yifan menunggu Baekhyun memasuki mobil keluarga mereka. Luhan sudah memberi pesan pada supir pribadinya untuk mengantar Baekhyun sampai ke rumah dengan selamat.

Setelah Baekhyun pergi, Luhan bersiap kembali masuk ke dalam rumah. Mendadak Yifan menarik tangan Luhan, menahan gadis itu di hadapannya.

"Gege ingin bicara denganmu, Lu."

Luhan mendesah pelan, "Jika itu soal Boran, lupakan saja, Ge. Aku tidak mau membahasnya."

"Kau benar-benar sulit dimengerti," ucap Yifan kemudian dan sukses membuat dahi Luhan berkerut.

"Apa maksud, Gege?"

"Berwajah cantik, berotak cerdas, mudah membuat para laki-laki terpikat pada pesonamu. Lalu, masih ada latar belakang keluarga kita yang dianggap kebanyakan orang adalah keluarga terpandang. Tapi kenapa dalam hubungan asmara kau begitu buruk? Kesan negatif justru melekat pada dirimu," jelas Yifan panjang lebar.

Luhan enggan menanggapi penjelasan Yifan. Pasalnya, dia sudah sering mendengar celotehan Yifan terkait sikapnya dalam kehidupan asmara.

"Tidak bisakah kau berhenti melakukannya, Lu?" pinta Yifan. Luhan yang sedari tadi menunduk, kini menatap Yifan. Wajah serius kakaknya itu membuat Luhan terdiam.

"Apa kau masih belum bisa melupakan 'orang itu'? Sehingga kau melampiaskan kemarahan dan kebencianmu dengan mempermainkan perasaan laki-laki yang menyukaimu?" tanya Yifan lagi.

Wajah Luhan berubah. Dia yang awalnya cuek, mulai terpengaruh dengan pembicaraan Yifan.

"Gege ingin kau kembali seperti dulu, Lu" pinta Yifan.

Luhan terdiam cukup lama. Meski terlihat tenang, sebenarnya Luhan berusaha keras untuk mengendalikan emosinya. Yifan bisa melihat mata sang adik mulai berkaca-kaca. Bahkan beberapa kali Luhan kedapatan menggigit bibir bawahnya.

"Kurasa ... sampai kapanpun kau tidak akan menemukan adikmu yang dulu lagi, Ge." Luhan menatap dalam bola mata Yifan. "Inilah aku yang sekarang. Suka atau tidak suka, Gege harus menerimanya."

Selesai mengatakan kalimat itu, Luhan berlari memasuki rumah mereka.

Reaksi Luhan membuat Yifan menghela napas kasar. Dia bingung, tidak tahu harus berkata apa lagi untuk menyadarkan adiknya. Dari hati yang terdalam, Yifan hanya ingin Luhan berhenti mempermainkan para laki-laki yang menyukai gadis itu.

"Gege benar-benar merindukan sosokmu yang dulu, Lu ..."

.. Ms. Playgirl ..

Pembicaraan yang dilakukan Yifan semalam, berhasil mempengaruhi suasana hati Luhan. Yifan sendiri sudah meminta maaf dan menyesali ucapannya. Dia mengaku hanya merasa khawatir dan peduli dengan kebahagiaan adiknya.

Luhan tahu, Yifan memang sosok kakak yang sangat perhatian padanya.

Pagi ini suasana di Seoul Senior High School menjadi heboh. Ruang guru dipenuhi siswa-siswi yang sudah tiba di sekolah. Sosok lelaki yang tengah mengobrol dengan Hyori berhasil menarik perhatian semua orang. Tak terkecuali Luhan yang baru saja sampai di sekolah. Dia ikut penasaran, siapa gerangan sosok lelaki berkulit pucat itu yang sedang berbicara dengan wali kelasnya. Apalagi Luhan juga melihat keberadaan Kyungsoo dan Baekhyun dalam keramaian tersebut.

"Kyungsoo! Baekhyun" Luhan berteriak memanggil Kyungsoo dan Baekhyun. Kedua gadis itu menoleh kompak ke arahnya. Mereka langsung berlari menghampiri Luhan.

"Kau baru sampai?" tanya Baekhyun.

Luhan mengangguk, "Kau berangkat sendiri?" tanyanya pada Baekhyun. Biasanya dia akan melihat sosok laki-laki dengan telinga lebarnya, yang tidak lain kekasih Baekhyun—Park Chanyeol.

Baekhyun meringis, "Chanyeol harus mengantar ibunya sebentar ke rumah sakit. Dia datang sedikit terlambat," jawabnya.

Luhan hanya membulatkan mulutnya, sebelum melirik arah ruang guru, "Kenapa semua orang berkumpul di sana?"

"Ada siswa baru. Kata Kyungsoo, siswa baru itu masuk di kelas kita," jawab Baekhyun dengan nada menggebu-gebu. "Kau tahu, Lu. Dia sangat tampan sekali. Auranya seperti pangeran atau bangsawan. Tapi menurutku dia lebih mirip seperti pangeran dari kerajaan vampir. Jika dilihat dari kulitnya yang putih pucat."

Luhan hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan Baekhyun. Gadis itu memilih pergi meninggalkan kedua sahabatnya dan menjauh dari kemarahan.

"Lu, kau mau ke mana?" tanya Baekhyun, sedikit kesal karena Luhan sama sekali tak tertarik mendengar ucapannya.

"Sebentar lagi pelajaran pertama dimulai. Tentu kau tidak mau mendapat omelan dari Kyuhyun-ssaem 'kan?"

Baekhyun menepuk keningnya, "Astaga, kau benar! Kita harus bergegas masuk. Kajja, Lu, Kyungie ..."

Kyungsoo tertawa melihat reaksi Baekhyun yang lari terbirit-birit menyusul Luhan. Namun tawanya tak berlangsung lama, saat dia melihat keberadaan Yifan yang sepertinya baru sampai di sekolah. Gadis itu terheran mendapati wajah murung Yifan.

"Gege, ada apa?" tanya Kyungsoo penasaran.

"Tak ada apa-apa," jawab Yifan singkat. "Bel sudah berbunyi, kenapa kau belum masuk? Tadi kulihat Luhan dan Baekhyun sudah berlari masuk ke arah kelas kalian"

"Aku terlanjur melihat wajah murungmu, Ge." Kyungsoo melipat kedua tangannya, "Katakan apa yang sebenarnya terjadi. Jangan berbohong padaku."

Yifan terdiam sejenak, sebelum menghela napas panjang di hadapan Kyungsoo. Membuat gadis itu kian penasaran dengan cerita yang hendak dia sampaikan.

"Seperti biasa, ini tentang Luhan," lirih Yifan. "Kapan dia akan berhenti menjadi 'playgirl' dan kembali menjadi gadis baik-baik seperti dulu?"

Kyungsoo masih berusaha mencerna kalimat Yifan, sampai kemudian matanya membulat sempurna. "A-apa ... Luhan melakukannya lagi, Ge?"

Yifan mengangguk, "Ne, dia baru saja memutuskan Boran kemarin."

"Apa?!" Kyungsoo tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. "Jadi, hubungan mereka sudah berakhir?"

"Aku sungguh lelah melihatnya, Kyungsoo. Aku kasihan dan khawatir pada Luhan. Jika dia seperti ini terus, bukankah itu menyiksa dirinya sendiri? Selain itu, Boran berbeda dengan mantan-mantan kekasih Luhan sebelumnya. Aku yakin dia akan menuntut balas atas perlakuannya kemarin," jelas Yifan panjang lebar.

Kyungsoo memandangi wajah Yifan yang kalut. Dia bisa melihat betapa lelaki itu sangat mengkhawatirkan adiknya. Kyungsoo sependapat dengan Yifan. Dia juga merindukan sosok Luhan seperti dulu—gadis yang sangat mengutamakan perasaan cinta dalam menjalin sebuah hubungan asmara.

Bukan gadis yang mengabaikan perasaan cinta dan menganggap sebuah hubungan asmara hanyalah sebuah permainan.

..

..

..

Sehun baru saja selesai memperkenalkan diri setelah memasuki kelas barunya. Lelaki itu hanya tersenyum tipis menanggapi reaksi teman-teman sekelasnya yang terkesan heboh. Terutama para gadis yang segera berebut perhatian Sehun. Namun Sehun memilih mengabaikan mereka.

Karena sejak tadi, ada satu sosok gadis yang sudah mencuri perhatiannya.

"Sehun, kau bisa duduk di samping Luhan." Kyuhyun memandang ke arah Luhan, "Xi Luhan!"

Kyungsoo dan Baekhyun memekik tertahan mendengar ucapan Kyuhyun. Sementara Luhan tidak mengatakan apapun. Dia mengangkat tangan kanannya sebentar, dan membuat Sehun berjalan menghampirinya. Setelah itu, Luhan melanjutkan kegiatannya yang sedari tadi menatap arah luar jendela.

"Hai, aku Oh Sehun. Salam kenal."

Luhan mengernyit mendengar suara Sehun yang menurutnya sok ramah. Gadis itu tidak merespon. Luhan memilih berkutat dengan buku pelajarannya.

"Hei, kau belum memberitahu siapa namamu?"

Luhan melirik tajam, "Kau tadi sudah mendengar namaku dari Kyuhyun-ssaem," jawabnya ketus.

"Memang, tapi aku ingin mendengarnya dari mulutmu sendiri," balas Sehun santai.

Perempatan siku imajiner muncul di sudut kening Luhan. Dengan ogah-ogahan, gadis itu menjawab, "Xi Luhan. Sebaiknya kau diam karena aku tidak ingin bicara denganmu!

"Kalau ingin meminjam alat tulis ataupun buku pelajaran bagaimana? Aku tidak mungkin melakukan telepati denganmu 'kan?"

"Aku tidak peduli! Itu masalahmu!" balas Luhan tanpa sadar justru berteriak dan sukses membuat seisi kelas langsung menoleh ke arahnya.

"Nona Xi, apa kau tidak bisa menjaga sikap di kelasku, hm?" suara Kyuhyun yang terdengar berat membuat suasana kelas berubah tegang.

Luhan mendesah pelan dan sedikit menyesali kebodohannya yang tidak berhasil mengendalikan emosi. "Maaf, Ssaem. Saya—"

"Saya yang salah, Ssaem. Tadi saya merebut buku pelajaran Luhan tanpa meminta izin dulu padanya. Seharusnya saya berbicara dengan Luhan secara baik-baik. Saya yang sudah membuatnya marah, Ssaem. Jadi ini bukan salah Luhan."

Kali ini seisi kelas dibuat melongo atas pengakuan Sehun.

"Benar begitu?" selidik Kyuhyun.

Luhan tersenyum kecut. "Benar, Ssaem." Terpaksa mengikuti permainan Sehun.

"Baiklah, lain kali kau harus memintanya secara baik-baik, Oh Sehun." Kyuhyun beralih menasehati Sehun. "Hanya perasaanku saja, atau sejak tadi kau terlihat bernafsu sekali ingin mengobrol dengan Luhan?"

Kalimat Kyuhyun yang terkesan frontal itu kontan saja membuat suasana kelas mulai gaduh.

"Ah, terlihat sangat jelas ya, Ssaem?" Sehun dengan santainya malah tersenyum lebar. "Mau bagaimana lagi, Ssaem. Saya baru kali ini melihat bidadari. Rasanya sangat beruntung bisa duduk bersebelahan dengan gadis secantik Luhan. Jadi, saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengan Luhan."

Jawaban yang diberikan Sehun langsung disambut teriakan heboh teman-teman sekelasnya. Termasuk Baekhyun yang bahkan sampai memberikan siulan khasnya dengan sangat keras, berkolaborasi dengan siulan sang kekasih—Chanyeol. Sementara Kyungsoo hanya bisa menahan tawa melihat bagaimana wajah Luhan merah padam karena aksi ajaib yang dilakukan Sehun. Yang sebenarnya lebih terkesan gombal sekali.

"Kyungie, sepertinya ini pertanda bagus," bisik Baekhyun tiba-tiba dan membuat Kyungsoo mengernyit heran.

"Apa maksudmu?"

"Kulihat siswa baru itu tertarik pada Luhan, dan menurutku dia sangat berbeda dari mantan-mantan kekasih Luhan sebelumnya," Baekhyun tersenyum penuh arti. "Firasatku mengatakan, sepertinya hanya Sehun yang bisa mengubah tabiat buruk Luhan."

"Kau terlalu cepat mengambil pemikiran ke arah sana, Baek." Kyungsoo kembali melirik Luhan dan Sehun. Dia mendapati Luhan yang tengah memalingkan wajah ke arah jendela, dan Sehun yang masih bertahan memandangi sahabatnya itu.

"Tapi ... sepertinya ucapanmu ada benarnya. Kita tunggu saja apa yang akan terjadi di antara mereka setelah ini," lanjut Kyungsoo dan sukses membuat Baekhyun bersorak gembira.

..

..

..

Semenjak kedatangan Sehun, kelas Luhan mendadak ramai karena dipenuhi dengan para siswi yang ingin melihat Sehun dari jarak dekat. Mereka bertingkah seperti seorang fangirl yang ingin bertemu dengan idola mereka.

Kenyataannya, Sehun memang telah menambah daftar siswa populer di Seoul Senior High School. Apalagi di kelas 2-1 yang ditempati Luhan bersama teman-temannya, memang terkenal paling banyak memiliki siswa-siswi populer di sekolah mereka.

Ada Chanyeol, kekasih Baekhyun ini merupakan kapten tim basket sekolah mereka. Menggantikan posisi yang dipegang Yifan sebelumnya karena kakak Luhan itu sudah memasuki tingkat akhir. Harus fokus dengan segala persiapan jelang ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. Lalu ada Kim Jongin, salah satu dancer terbaik yang menjadi kebanggaan sekolah.

Baekhyun juga termasuk siswi berprestasi dalam bidang olahraga—khususnya hapkido, dan merupakan ketua pemandu sorak. Maklum saja, suaranya yang lantang dan keras itu bisa membuat suasana setiap pertandingan olahraga tim sekolah mereka menjadi panas dan penuh semangat. Sementara Kyungsoo, selain posisinya sebagai ketua kelas, dia merupakan siswa cerdas yang kerap mewakili sekolah dalam ajang olimpiade, dan selalu berhasil membawa kemenangan untuk sekolah mereka.

Luhan sendiri juga termasuk siswi populer. Parasnya yang cantik membuat siapa saja akan jatuh cinta dalam pesona gadis itu. Ditambah lagi dengan statusnya sebagai adik Yifan—yang merupakan siswa teladan di sekolah mereka, juga latar belakang mereka yang berasal dari keluarga terpandang. Dalam bidang akademik, Luhan tak kalah dari sang kakak. Dia juga memiliki kemampuan otak di atas rata-rata.

Satu-satunya yang menjadi kekurangan Luhan hanyalah julukannya sebagai 'Ms. Playgirl'. Meski demikian, Luhan tetap memiliki penggemar yang setiap harinya justru terus bertambah. Bahkan di antara mereka masih saja ada yang berebut antrian untuk bisa berkencan dengan Luhan, walau pada akhirnya mereka akan dipermainkan oleh gadis itu.

..

..

..

Tak butuh waktu lama, Sehun bisa membaur begitu cepat dengan teman-teman sekelasnya, terutama Chanyeol dan Jongin. Tiga orang itu sudah terlihat akrab. Saat ini mereka tengah berjalan menyisiri lorong kelas selagi jam istirahat masih berlangsung. Chanyeol dan Jongin menemani Sehun untuk berkeliling agar semakin mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolah mereka.

"Jadi, kemarin kau bertemu dengan Kyungsoo saat akan menemui Hyori-ssaem?" tanya Jongin di sela-sela menemani Sehun berkeliling sekolah.

Sehun mengangguk, "Maaf aku sudah merepotkan kalian."

"Tidak masalah, kami sama sekali tidak merasa repot. Justru kami senang melakukannya. Lagipula, kau sudah menjadi teman kami. Mana boleh kami mengabaikan siswa baru seperti dirimu. Bisa-bisa, kau tidak pulang dalam kondisi selamat," ucap Chanyeol dengan nada bercanda.

Sehun yang tidak mengerti maksud perkataan Chanyeol, terlihat mengerutkan dahinya.

"Kau membuatnya bingung, Yeol," Jongin terkekeh bersama Chanyeol, sebelum berbicara kembali dengan Sehun. "Lihatlah sekeliling, Sehun. Banyak orang yang sedari tadi memperhatikanmu."

Sehun mengikuti ucapan Jongin. Seketika mata lelaki itu membulat sempurna. Benar saja yang dikatakan Chanyeol. Semua orang—khususnya para siswi—terus memperhatikannya dengan tatapan beragam.

"Apa ada yang salah denganku?" tanya Sehun bingung.

Chanyeol dan Jongin tergelak.

"Sama sekali tidak. Hanya wajahmu yang terlalu tampan sehingga mereka begitu terpesona padamu. Sadarilah, dalam waktu singkat kau sudah menjadi idola baru di sekolah ini," ucap Jongin.

Mendengar hal itu, Sehun tersenyum lebar sampai memamerkan giginya yang berjejer rapi. Hal itu membuat para siswi yang berada di sekitar mereka menjerit histeris.

Sehun, Chanyeol, dan Jongin berjalan menuju kafetaria sekolah. Kehadiran ketiganya kontan mengundang perhatian siswa-siswi yang tengah menikmati jam istirahat. Namun tidak untuk sosok gadis yang sedari tadi tampak asyik bersenda gurau dengan dua sahabatnya.

Sehun seharusnya ingat. Hanya Luhan satu-satunya gadis yang sama sekali tak menunjukkan ketertarikan terhadapnya.

"Melihat Luhan lagi?" celetuk Jongin saat menyadari arah tatapan Sehun.

Mendengar pertanyaan Jongin, Chanyeol tertawa. "Kau benar-benar tertarik pada Luhan, ya? Wah, aku sarankan jangan memilih gadis itu, Sehun."

"Kenapa?" tanya Sehun penasaran. "Apa dia sudah memiliki kekasih?"

"Yang kudengar dari Baekhyun dia baru saja putus dengan kekasihnya." Chanyeol menjawab dengan cengiran lebar, "Dia itu suka sekali berganti kekasih, Sehun. Akan sia-sia bagimu jika kau memilih Luhan. Karena nanti, kau akan dicampakkan olehnya dalam waktu singkat."

"Benarkah?" Sehun menautkan kedua alisnya, lalu kembali melirik Luhan. "Dia tidak terlihat seperti itu."

"Jangan tertipu dengan wajahnya yang polos seperti bayi, Sehun." Kali ini Jongin yang menyuarakan pendapat, "Wajah seperti itulah yang membuat para laki-laki di sekolah sini ataupun di luar sana banyak tertipu. Dan akhirnya menjadi korban Luhan untuk ke-sekian."

"Jongin benar, Sehun." Chanyeol menepuk bahu lelaki berkulit pucat itu. "Meskipun dia sahabat baik kekasihku, aku tetap menyarankan agar kau berjaga jarak dengannya. Kami hanya ingin kau tidak menjadi korban yang ke-sekian."

"Atau jika kau mau, kau bisa membuat Luhan jatuh dalam pesonamu, Sehun." Jongin tiba-tiba berseru cukup heboh. "Aku ingin tahu, bagaimana jika Luhan mendapat karmanya karena kerap mempermainkan hati para laki-laki yang tulus menyukainya?"

"Jika Kyungsoo mendengar ucapanmu, kau bisa tamat," tegur Chanyeol.

"Aku hanya bercanda!" Jongin seketika panik dan melirik ke arah Kyungsoo. Beruntung gadis itu masih asyik mengobrol dengan Luhan dan Baekhyun. "Jangan katakan padanya, Yeol! Atau kau sendiri juga kuadukan pada Baekhyun karena sudah berkomentar jelek tentang Luhan!"

"Hei, itu tidak adil!"

"Kalian sama-sama berkomentar jelek tentang Luhan," seloroh Sehun dengan wajah tanpa dosa.

"TIDAK!" teriak Chanyeol dan Jongin kompak. Sukses membuat seisi kafetaria menoleh ke arahnya. Termasuk Luhan, Baekhyun, dan Kyungsoo. Kontan saja kedua laki-laki itu panik dan segera menyeret Sehun meninggalkan kafetaria.

..

..

..

"Ada apa dengan mereka?" gumam Baekhyun heran setelah melihat kekasihnya pergi bersama Jongin dan Sehun. "Awas saja jika si dobi dan kkamjong itu menularkan pengaruh buruk pada Sehun. Aku akan menendang 'aset' mereka."

"Yakin kau ingin menendang 'aset' kekasihmu? Nanti kau sendiri yang tidak bisa menikmatinya, Baek."

Baekhyun mendelik, "Ya, Kyungie! Kau terlalu sering bergaul dengan Jongin! Pikiranmu sekarang tidak polos lagi," serunya heboh.

"Dia hanya memberitahuku sesuatu yang berkaitan dengan kedewasaan seseorang, Baek. Jangan berlebihan," elak Kyungsoo.

"Sama saja, Kyungieee~" Baekhyun menggeram frustasi. Bisa-bisanya dia memiliki sahabat super polos seperti Kyungsoo. "Dasar! Aku benar-benar akan menghukum kkamjong nanti karena sudah menodai otak polosmu itu!"

Luhan tergelak mendengar interaksi konyol kedua sahabatnya. Gadis itu memilih meneguk minumannya.

"Ngomong-ngomong, sepertinya Sehun benar-benar tertarik padamu, Lu."

PRAT!

Seketika air minum yang belum sepenuhnya tertelan, tersembur keluar dari bibir Luhan. Gadis itu terbatuk-batuk sambil mengusap dadanya berulang kali. Luhan menghadiahi tatapan mata yang melotot tajam—di mana bagi Baekhyun dan Kyungsoo justru terlihat imut dan menggemaskan. Sama sekali tidak terlihat menakutkan.

"Apa tidak ada topik pembicaraan lain?" Luhan mendengus kesal. "Aku ingin jam istirahatku ini bebas dari hal-hal yang berbau bihun. Baru kali ini aku bertemu dengan laki-laki yang sangat cerewet. Kalian tahu, selama pelajaran dia terus mengajakku berbicara. Telingaku terasa panas dan aku ingin sekali menyumpal mulutnya supaya dia tetap diam."

"Bihun?" beo Baekhyun dan Kyungsoo secara kompak. Selanjutnya mereka tertawa terbahak-bahak, geli mendengar bagaimana cara Luhan memanggil Sehun. Terlebih saat Luhan menceritakan sikap Sehun. Tanpa mendengar sendiri dari Luhan, mereka sebenarnya sudah mengamati interaksi kedua orang itu selama jam pelajaran berlangsung.

Baekhyun dan Kyungsoo semakin yakin, jika Sehun memang berpotensi untuk mengubah tabiat buruk Luhan.

"Aku beritahu padamu, Lu. Jangan menebar kebencian pada Sehun." Baekhyun melirik Kyungsoo yang ikut tersenyum. "Nanti kau sendiri yang jatuh cinta padanya."

"Aku? Jatuh cinta pada si bihun itu?" Luhan berdecih lalu mengibaskan tangannya, "Tidak akan!"

"Jangan sesumbar. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi di masa depan, Lu," ucap Kyungsoo mengingatkan.

Luhan mengernyitkan dahinya. "Hanya perasaanku saja, atau kalian sejak tadi terus membela Sehun?"

"Wah, kau baru saja memanggil namanya dengan benar," goda Baekhyun lagi dan sukses membuat Luhan menggeram kesal. Gadis itu tertawa bersama Kyungsoo. Keduanya melakukan high five di hadapan Luhan.

"Ah, sudahlah! Kalian menyebalkan!" Luhan melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan minuman milik Baekhyun dan Kyungsoo. Kedua gadis itu berteriak protes. Luhan menjulurkan lidah, lalu tertawa puas karena sudah membalas sikap jahil kedua sahabatnya.

Di sela-sela obrolan mereka, muncul seseorang yang langsung mengambil posisi duduk tepat di samping Luhan.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Luhan memainkan sedotan di dalam gelasnya. Dia menunggu respon lelaki itu, tapi Luhan justru mendapati gelasnya direbut secara tiba-tiba.

"Ok Taecyeon!" Luhan mulai terpancing emosi dengan sikap lelaki itu—Ok Taecyeon, salah satu mantan kekasih Luhan ketika mereka berada di tingkat 1.

"Kudengar kau sudah putus dari Boran," jawab Taecyeon kemudian.

Luhan tersenyum, "Wah, cepat sekali kau mendapatkan informasi tentang statusku," sindirnya.

"Tentu saja. Informasi tentang dirimu, pasti dengan mudah dan cepat kudapatkan," sahut Taecyeon bangga.

"Lalu?"

Taecyeon tersenyum menyeringai, "Kau sudah putus dengan Boran. Itu artinya ... kau tidak keberatan jika malam ini kita pergi berkencan?"

Luhan tertawa sinis, "Kau ingin mengajak mantan kekasihmu ini berkencan?"

"Memangnya kenapa?" Taecyeon sama sekali tidak terpengaruh dengan reaksi Luhan yang terkesan meremehkan. "Tidak ada salahnya jika kita kembali berkencan seperti dulu 'kan?"

Kyungsoo dan Baekhyun saling memandang. Dua gadis itu terdiam melihat sahabat mereka tengah berbicara dengan sang mantan kekasih.

"Ayolah, Luhan. Sudah lama kita tidak pergi bersama seperti dulu," Taecyeon mulai tak sabar menunggu jawaban dari Luhan.

"Baiklah, aku tidak keberatan. Aku terima ajakanmu," jawab Luhan. Secara mengejutkan menyanggupi ajakan Taecyeon.

Taecyeon tersenyum penuh kemenangan. Tangannya lalu menyentuh pipi kanan Luhan yang langsung ditepis oleh gadis itu.

"Sampai bertemu nanti malam," ucap Taecyeon sambil mengedipkan sebelah mata.

Luhan hanya menghela napas seraya menatap tajam ke arah Taecyeon yang mulai berjalan meninggalkan mereka. Setelah lelaki itu pergi, Luhan memandang heran pada kedua sahabatnya yang memperlihatkan ekspresi wajah kusut. "Kalian kenapa?" tanyanya tanpa dosa.

"Kenapa kau menerima ajakannya? Apa kau bermaksud menjalin hubungan kembali dengan Taecyeon?" cerocos Baekhyun tidak sabar.

"Pertanyaanmu banyak sekali, Byun Baekhyun," protes Luhan. "Siapa bilang aku akan kembali berpacaran dengan Taecyeon?"

"Lalu kenapa kau menerima ajakannya?" giliran Kyungsoo yang bertanya.

"Menerima ajakannya pergi bersama bukan berarti aku akan kembali berpacaran dengannya." Luhan menyibakkan rambutnya. "Lagipula statusku sekarang single. Aku berhak pergi dengan lelaki manapun yang aku mau."

Baekhyun dan Kyungsoo menghela napas. Sepertinya kebiasaan buruk Luhan itu semakin parah.

"Kau memang benar-benar seorang playgirl, Lu," respon Kyungsoo singkat dan dibalas anggukan Baekhyun. Keduanya sudah bosan dengan kehidupan asmara Luhan sebagai playgirl.

"Aku doakan semoga ada laki-laki yang bisa mengubah tabiat burukmu itu," sahut Baekhyun. "Dan semoga saja laki-laki itu Sehun."

"Setuju!"

Luhan berdiri dari kursinya dan meninggalkan kafetaria. Dia mengabaikan teriakan Baekhyun dan Kyungsoo yang terus memanggilnya. Luhan malas menanggapi ucapan kedua sahabatnya jika sudah berhubungan dengan Sehun.

Luhan benci Sehun.

Alasannya, siswa baru itu sudah mempermalukannya di depan umum. Luhan merasa bodoh karena sampai tak berkutik membalas setiap perkataan Sehun di depan teman-teman mereka.

"Lihat saja! Aku pasti akan membalasmu, Oh Sehun!"

..

..

..

Jam pulang sekolah, Luhan menunggu jemputan dengan bermain basket bersama Baekhyun, Chanyeol, dan Jongin. Kyungsoo yang sempat diajak, menolak untuk ikut bermain. Dia menawarkan diri pergi membelikan minuman untuk mereka.

Luhan kesal ketika Jongin mundur menjadi partner-nya dan memilih menemani Kyungsoo.

"Dasar kkamjong!" teriak Luhan ke arah Jongin yang menjulurkan lidah kepadanya sambil berlari menyusul Kyungsoo. Baekhyun dan Chanyeol tertawa melihat reaksi Luhan. Terkadang gadis itu akan menunjukkan sisi imutnya seperti anak umur 5 tahun ketika sedang merajuk.

Benar-benar sisi yang berbeda dari sifat seorang playgirl.

"Berikan bolanya padaku, Lu. Tanganku sudah gatal ingin memasukkannya ke dalam ring itu."

DAK!

Bola basket itu dilempar ke arah Chanyeol dan langsung ditangkap dengan begitu baik. Tangan Chanyeol bergerak lentur men-dribble bola itu sambil belari menuju ring basket. Sementara Luhan masih sibuk mencari seseorang untuk dijadikan partner-nya.

KLANG!

Chanyeol berhasil memasukkan bola dengan cemerlang. Namun keberhasilannya itu sama sekali tidak menarik perhatian Luhan. Sebab gadis itu terlanjur fokus pada Yifan yang terlihat berjalan mendekati lapangan basket.

"GEGE!" Luhan berteriak keras memanggil Yifan, membuat sang kakak mempercepat langkah kakinya.

"Kau belum pulang, Lu?" tanya Yifan terheran mendapati sang adik justru berada di lapangan basket. "Apa Dongwook belum menjemputmu?"

"Belum, Ge. Aku bosan kalau menunggu saja di depan gerbang. Jadi aku mengajak mereka untuk bermain basket," jawab Luhan dengan nada riang. "Gege ikut bermain dengan kami, ya? Jadi partner -ku."

"Gege masih ada jam pelajaran tambahan, Lu."

"Sebentar saja, Ge ...," rengek Luhan sambil menghadiahi deer eyes andalannya.

Ini dia salah satu jurus mematikan yang dimiliki Luhan. Siapapun tidak akan bisa melawan serangan deer eyes milik Luhan yang sangat menggemaskan.

Yifan berusaha bertahan. Dia hampir berhasil, jika Luhan tidak memberikan ancaman seperti ini.

"Atau aku akan pulang sendiri tanpa menunggu Dongwook."

"Andwae! Kau tidak boleh pulang sendirian! Kau harus pulang bersama Dongwook!" cegah Yifan sambil berseru lantang. "Baik, Gege akan ikut bermain denganmu."

Seharusnya Luhan merasa senang karena ancamannya berhasil. Namun dia justru terusik dengan reaksi kakaknya yang terkesan berlebihan. "Kenapa Gege tidak suka jika aku pulang sendirian?"

"Gege tidak mau terjadi sesuatu yang buruk padamu," lanjut Yifan seraya membuang muka.

"Gege takut Jing Boran melakukan sesuatu padaku?" tanya Luhan langsung mengerti sikap kakaknya tersebut. "Memangnya apa yang akan dia lakukan?"

Yifan mendesah, "Aku tahu persis sifatnya, Lu. Dia itu berbeda dari mantan-mantan kekasihmu yang dulu. Boran tidak akan melepaskanmu begitu saja. Dia pasti akan melakukan hal buruk untuk membalas apa yang kau lakukan kemarin."

Luhan meneliti raut wajah Yifan. Kakaknya itu terlihat serius dan tidak main-main dengan ucapannya. Tak ada alasan bagi Luhan untuk tidak percaya pada Yifan. Karena kakaknya dan Boran memang telah saling mengenal sejak lama—saat bertemu dalam pertandingan basket antar sekolah tingkat SMP dulu.

"Baiklah, aku ikuti saran Gege. Tapi ... Gege jangan melarangku untuk pergi bersama Taecyeon malam ini," ujar Luhan kemudian dan disambut tatapan kaget dari Yifan.

"Taecyeon? Kau ingin pergi dengannya malam ini?!"

Luhan mengangguk dengan senyuman lebar. Dia berjalan menuju tepi lapangan basket sambil mengedipkan mata pada Yifan.

"Luhan!" Yifan dibuat gemas oleh pengakuan Luhan tentang rencananya yang akan pergi bersama Taecyeon. "Jelas-jelas hubungan kalian sudah berakhir, kenapa kau ingin pergi dengannya?"

Luhan hanya mengedikkan bahu. Gadis itu malah menjulurkan lidah ke arah Yifan.

"Aish, kau ini memang keras kepala!" gerutu Yifan lalu bergegas menghampiri Chanyeol dan Baekhyun yang hanya tersenyum geli melihat interaksi keduanya. Yifan menyuruh Chanyeol untuk melempar bola basket padanya.

Tak lama kemudian, Jongin dan Kyungsoo kembali dengan botol-botol minuman mereka. Keduanya menyapa Yifan yang segera dibalas lambaian tangan oleh lelaki itu. Luhan yang baru saja selesai mengikat rambutnya, segera bergabung dengan Yifan yang sudah menempati posisinya. Jongin menjadi wasit, sementara Kyungsoo memilih menjadi penonton, duduk di tepi lapangan basket.

Permainan basket berlangsung seru. Mereka tampak menikmatinya dan begitu kompak dengan tim masing-masing. Luhan yang terlihat paling bersemangat dalam permainan basket itu. Sesekali terdengar tawanya yang begitu ceria, membuat Yifan diam-diam tersenyum melihat ekspresi wajahnya.

Ekspresi keceriaan Luhan yang amat Yifan rindukan.

"Gege, kita harus mengalahkan Chanyeol dan Baekhyun!" teriak Luhan bersemangat.

Yifan mengangguk, "Ayo kita kalahkan mereka."

Chanyeol dan Baekhyun menyoraki Yifan dan Luhan dengan heboh. Permainan pun semakin sengit dan terasa semakin menyenangkan dengan diwarnai gelak tawa.

Dari kejauhan, Sehun yang baru saja ingin pulang sekolah, berhasil menangkap suasana ramai di lapangan basket. Sehun memperhatikan keempat orang yang tengah bertanding basket. Menyadari salah satu dari mereka adalah gadis yang menarik perhatiannya sejak pertama kali melihat, Sehun lekas berjalan cepat mendekati lapangan basket.

Mata Sehun terus tertuju pada Luhan. Ekspresi wajah Luhan yang begitu ceria saat bermain basket membuat Sehun tersenyum tanpa sadar. Pandangan Sehun tak beralih sedetik pun dari sosok Luhan.

Di tengah permainan, bola basket tanpa sengaja terlempar cukup jauh dan mendekati posisi Sehun. Luhan berusaha mengejar bola tersebut. Dia baru mengetahui keberadaan Sehun yang hanya berdiri diam, tanpa menyadari bola basket yang siap mengenai kepalanya. Luhan pun mempercepat laju larinya dan berteriak ke arah Sehun.

"AWAS!"

Sehun terkesiap mendengar suara peringatan untuknya.

HUP!

Luhan melompat sekuat tenaga untuk menangkap bola tersebut sebelum mengenai kepala Sehun dan berhasil. Namun dia gagal mengendalikan keseimbangan tubuh hingga membuatnya jatuh tersungkur.

"Luhan!" Yifan yang pertama kali berlari mendekati Luhan dengan wajah. Disusul Baekhyun, Kyungsoo, Chanyeol, dan Jongin. Sementara Sehun sedikit terlambat karena terlalu syok dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sehun panik. Dia sudah berjongkok di hadapan Luhan dengan wajah penuh rasa bersalah.

Luhan belum menjawab. Dari raut wajahnya sangat terlihat jika gadis itu tengah bersusah payah menahan rasa sakit.

"Luhan, lututmu berdarah!" Baekhyun menjerit histeris saat menyadari cairan kental berwarna merah keluar dari lutut Luhan.

Mendengar ucapan Baekhyun, Sehun langsung mengeluarkan saputangan dari saku celananya. Dengan hati-hati, dia mengikatkan saputangan itu pada lutut Luhan yang terluka.

"Setidaknya ini bisa menghentikan darah yang keluar," ujar Sehun. "Tapi, tetap harus segera diobati."

Luhan memperhatikan lutut kanannya yang baru saja dibalut oleh saputangan Sehun. Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan Sehun berhasil mengurangi rasa sakit di lututnya.

"Terima kasih," ucap Luhan singkat.

Sehun menunduk, "Maafkan aku. Kau terluka karena salahku yang tidak segera menghindari bola."

Luhan tersenyum tipis. Untuk kali ini, Luhan mencoba tidak bersikap ketus terhadap Sehun. Toh laki-laki itu sudah bertanggung jawab atas luka yang dia peroleh karena berusaha menyelamatkan Sehun sebelum terkena bola basket lemparannya.

Yifan membantu Luhan berdiri. Sementara Baekhyun mengambilkan tas miliknya.

"Kita akhiri saja permainan ini. Sebaiknya Luhan pulang agar lukanya bisa segera diobati," ujar Chanyeol dan dibalas anggukan Yifan.

"Kau benar, kebetulan Dongwook sudah datang. Kita pulang sekarang," ajak Yifan pada Luhan. "Yeol, ini kunci motorku. Tolong kau bawakan motorku pulang ke rumah. Untuk hari ini aku tidak ikut jam tambahan. Aku akan pulang bersama Luhan."

"Baik, Hyung."

Yifan menoleh ke arah Sehun yang masih terlihat merasa bersalah.

"Terima kasih untuk saputangannya," ucap Yifan pada Sehun. "Begitu sampai di rumah, luka di lutut adikku akan segera diobati. Kau tidak perlu khawatir."

Sehun sedikit terkejut mengetahui dua orang itu adalah kakak-beradik. Tadi dia sempat mengira ada hubungan spesial antara mereka—dilihat dari cara Yifan yang begitu perhatian pada Luhan. Sehun pun balas membungkuk ke arah Yifan yang lebih dulu membungkuk padanya. Yifan memapah Luhan menuju mobil BMW hitam yang mulai memasuki gerbang sekolah. Sesekali Luhan melirik Sehun yang masih berdiri terpaku pada posisinya.

Setelah Yifan dan Luhan masuk ke dalam mobil, Chanyeol dan Baekhyun turut bergegas meninggalkan lapangan basket, disusul Kyungsoo dan Jongin. Mereka berpamitan pada Sehun yang segera dibalas oleh lelaki itu.

Mobil yang dinaiki Yifan dan Luhan sudah tidak terlihat, tapi Sehun belum bergerak sama sekali. Hatinya masih diliputi perasaan cemas yang begitu besar pada kondisi Luhan. Di satu sisi, ada perasaan yang menggebu-gebu dalam dirinya.

"Xi Luhan ...," Lelaki itu mengusap wajahnya dan berulang kali mengatur napas. Dia berusaha bersikap tenang. Namun debaran jantungnya yang kian kuat justru membuat lelaki itu salah tingkah.

Bayang-bayang wajah Luhan kembali terlintas dalam kepalanya. Bibir tipis itu sempat melengkung sempurna. Sayangnya, Sehun kembali teringat dengan larangan Chanyeol dan Jongin. Wajah Sehun kembali terlihat datar.

"Apa yang membuat mereka begitu ingin aku menjaga jarak dengan Luhan?" gumam Sehun penasaran. "Mungkin sebaiknya aku mencari tahu sendiri."


TO BE CONTINUED

17 September 2017


A/N : Kalau biasanya Sehun yang playboy, di sini Luhan yang jadi playgirl. Sekali-kali ditukar ya karakternya *peace*

Ini ceritanya lagi suntuk sama FF-FF sebelumnya karena konflik yang berat. Kalau yang ini konflik seputar masalah remaja mengingat genre Friendship dan School-life. Kebetulan cerita lama yang sempat berhenti, dan saya tertarik untuk melanjutkannya kembali dengan cast HunHan.

Saya sedang butuh isi ulang karena sempat blank selesai hiatus. Waktu nulis kelanjutan King's Lover saja susah bukan main. Semoga yang ini bisa fast update. Kemungkinan bakalan fokus ke ini dulu, sebagai pemanasan lagi supaya bisa balik mood menulisnya ya =D

Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di chapter selanjutnya =)