Keres—Luhan & Thanatos—Sehun
Satu hal yang masuk dalam list paling Sehun benci, adalah saat seseorang mengambil alih pekerjaannya tepat di depan mata. Maksudnya, ia paham. Di dunianya pun memiliki yang namanya persaingan kekuasaan, namun mereka benar berada di satu jalur yang sama, tidak bisakah untuk tidak serakah?!
Di pinggir jalan sepi terhimpit gedung dan pepohonan di sisi lainnya, Sehun melangkah dengan coat hitam. Penampilannya terlihat berkelas walau tak sepenuhnya formal. Ia menghembuskan nafas yang menghasilkan embun tebal di depan wajahnya walau dengan tetesan air deras yang tengah melanda, dingin seharusnya menembus tulang namun Sehun tidak merasakannya. Ia lebih merasa jengkel dengan keberadaan lawan jenis yang berjalan ke arahnya dengan berbalut coat cokelat dan rambut tersampir rendah ke samping.
"Tersesat, nona?" Tanyanya, membuat sang puan menyunggingkan senyum manis.
"Tidak membaca surat dari Moerae, ya? Mereka memintaku terlibat. Jadi sepertinya kau yang salah tempat, Thanatos." Langkah keduanya terhenti, menyisakan jarak normal untuk sebuah percakapan. Salah satu alis Sehun terangkat.
"Benarkah? Kalau begitu maaf, aku enggan memberikan pekerjaan pada orang lain malam ini, Keres."
Luhan terkekeh, "aku mendapat pekerjaanmu bukan karena diberikan olehmu, tapi karena memang dicabut dari listmu."
"Oh ayolah, Eos akan muncul sebentar lagi, mereka—Moerae—mau merusak keindahan fajarnya dengan kematian keji? Ia lebih baik mati di rumahnya."
Luhan berseru mendukung, "Aku tahu, bukan?". Kedua telapak tangannya masih setia berada di dalam kantung coat hingga salah satu terangkat menunjuk pohon di seberang sisi kanannya. Menyebabkan pohon itu tumbang dan menimpa tepat pada kap mobil yang datang dari arah belakang Luhan dengan kecepatan yang para mortal sering lakukan jika sedang bodoh.
Benturan yang terjadi sangat keras, suara dentuman dan pecahan kaca yang dihasilkan pun semakin membuat pukul 3 terasa mencekam ditemani petir milik Zeus. Waktu seakan berada dalam mode lambat untuk beberapa saat, sebelum suara decitan akibat mobil yang sedikit terseret terdengar, lalu sepenuhnya berhenti dengan kepulan asap. Sementara tubuh yang menembus kaca depan mobil masih berguling di atas aspal kasar akibat besar hempasan yang diterima.
"Sayangnya ia tidak memakai sabuk pengaman."
Luhan berjalan melewati sang pemuda sementara Sehun mengikuti pergerakannya dengan tatapan 'sungguh? Di depan mataku?'. Sehun melihat bagaimana sang Dewi sedikit menyentak halus tangan kanannya untuk kemudian menggenggam sebuah palu besar yang amat kontras dengan tubuh mungil nan ringkih yang ia pakai. Si teruna membelalakan mata, dan segera bergerak mencegah.
"Hei, hei—" Luhan menatap lengan yang menahan di depannya sebelum menoleh pada sang pemilik lengan. Tatapannya datar namun terlihat polos dengan kepalanya yang ia miringkan. Bertanya secara non-verbal apa yang pria itu sedang lakukan.
Sehun melirik tubuh itu, tubuh yang sepenuhnya tak berdaya dan hampir tertutupi seluruhnya oleh warna merah. Jika tidak hujan, Sehun yakin darah yang tercecer sudah membuat genangan. Pria itu meringis.
Mereka berdua bekerja di divisi yang sama namun memiliki perlakuan yang berbeda. Sangat berbeda.
"Bagaimana jika aku yang menyelesaikannya? Setidaknya biarkan dia pergi dengan damai. Sebelumnya dia adalah tugasku." Cukup tidak tega karena seharusnya ia pergi di dalam tidurnya akibat obat.
"Ia baru saja merasa sakit hati, Keres. Berbaik hatilah sedikit. Tidak adil ia juga harus mati dengan sadis."
Luhan mengedikkan bahunya, "baiklah." Dan menyerahkan palu raksasa di genggaman kepada Sehun. Si pria menerimanya. Ia masih menatap Luhan saat wanita itu melangkah menjauhi keduanya.
Suara petir kembali terdengar, sangat kencang yang mana membuat bumi sedikit berguncang. Entah si tua itu sedang memiliki mood baik atau bagaimana, yang jelas setelahnya terdengar suara patahan dari batang pohon di atas mereka.
Sehun mendongak, dan bergerak menghindar atau tubuhnya juga akan tertimpa ranting raksasa yang sangat yakin baru saja Luhan patahkan untuk jatuh di atas sang korban.
Sehun mengumpati punggung si Dewi Kematian, "wanita kejam itu." Desisnya. Tinjunya hampir terlempar pada kepala Luhan.
Netra sang pria kembali melihat tubuh itu. Mengenaskan, terlalu mengenaskan dengan Luhan menepati janjinya untuk membiarkan Sehun menyelesaikan pengeluaran arwah. Menyisakan seorang wanita tetap dalam keadaan sadar namun sekarat yang amat menyakitkan. Sekali lagi Sehun mengumpati seorang Keres.
Pupil lemah si wanita bergerak, menatap Sehun dengan semua penyesalan bersatu di sana. Pancaran yang selalu Sehun temui sesaat sebelum ia memaksa kedua kelopak mata itu untuk terpejam dan menarik keluar si penghuni tubuh. Tidak biasanya Sehun begini, namun kali ini ia menempatkan telapak tangannya di atas dada sang manusia. Menuntun si jantung untuk memelankan detakan hingga berhenti.
Ada bagian dari dirinya yang menyayangkan bagaimana wanita ini bertemu kematian. Mungkin ia bisa hidup 50 tahun lagi. Mungkin hanya 10 tahun. Atau setidaknya ia dapat tertidur pulas tanpa terbangun akibat keterlebihan obat. Sesuatu yang lebih baik dibandingkan kecelakaan mengerikan ini.
Namun nyatanya, takdir itu disiapkan dengan berbagai pilihan. Dan manusia sendiri yang menentukan akan mengambil jalur yang mana. Contohnya tidak memakai sabuk pengaman.
Nafasnya menghela. Kematian memang akan tetap datang padamu. Tergantung padamu ingin melaluinya dengan damai, atau penuh darah kekejaman hasil seorang wanita.
Dewi itu.
1) Moerae / Moirai: Fates, takdir. (Sering digambarkan dengan 3 orang dewi).
2) Thanatos: Dewa Kematian, pembawa kematian yang tenang dan damai
3) Keres / Ker: Dewi Kematian, pembawa kematian yang menyakitkan (penuh darah).
4) Eos: Dewi fajar, personifikasi untuk fajar.
5) Mortal: Makhluk tak abadi.
6) Zeus: Dewa Petir/Langit, Raja dari para Dewa dan Dewi.
HAHAHAHHA.
Pertama akan kujelaskan. Bagi yang mengerti mengenai Greek Myth, tolong jangan timpal aku dengan perubahan drastis dari The Keres. Hehe. Ini cuma kumpulan ficlet abal dengan tema dewa-dewian. Dibawa enjoy aja. Jangan terlalu dibawa pusing ke cerita original mitologinya.
Tapi btw, Keres itu bahasa inggris. Di bahasa indonesia disebutnya para Ker, yang artinya nama Luhan seharusnya hanya Ker. Tapi aku ga nyaman nulisnya. Jadi aku pilih Keres (Kiriz) instead hehe.
Dan rencananya member lain akan muncul satu persatu mewakili dewa-dewi lainnya! Tapi niatnya aku ga pakai 12 Olympians biar kalian kenal dikit dewa-dewi kecil(?) di greek myth wkwk. But we'll see.
Also forgive me for the—sucks and cringy—title. I'm so bad at it.
Terima kasih sudah berkunjung. Ppay!
