BETWEEN LOVE AND SORROW
.
.
.
Park Chanyeol & Byun Baekhyun (gs)
Kris, Sehun, Jongin, Kyungsoo (gs)
.
.
Chapter 1
"kau ini bisa kerja atau tidak?!" seorang pemuda dengan jas mahalnya sibuk menghardik seorang gadis yang tengah duduk tak jauh di depannya. Diantara orang oang yang menundukkan kepala, miliknya lah yang paling rendah. Seperti tanaman padi yang sudah berisi, jika dilihat lihat. Byun Baekhyun, Marketing Manager perusahaan prestigious K.J Enterprise, sedang mendapatkan siraman rohani dari bos besarnya. Park Chanyeol.
Seorang eksekutif muda yang sudah menduduki posisi General Manager di usia dua puluh tujuh tahun. Otak cemerlang nya di absahkan oleh gelar yang ia miliki: MBA dari Harvard Bussiness School dengan nilai Suma Cumlaude. Sayang, meskipun pria itu cerdas luar biasa, tabiatnya membuat orang berfikir dua kali untuk segan padanya. Alih alih segan, para bawahan yang lain malah cenderung takut.
Pria itu benar benar boss pemarah yang suka mengatur ngatur. Perfeksionis. Tidak suka orang yang kerjanya lambat ataupun eksekusi yang cacat. Semua harus sempurna. Actual harus benar benar sempurna. Jikapun perkiraan meleset, ia tidak mentolerir perubahan diatas sepuluh persen. Singkatnya, Chanyeol adalah Tipikal bos yang membuat para bawahan bergidik ngeri.
Khususnya Byun Baekhyun. Entah kenapa, dia selalu menjadi objek langganan amukan Chanyeol.
Suasana ruang rapat megah itu tak ubahnya seperti pemakaman di malam hari. Hening, mencekam. Padahal, jika ditengok kearah jendela, matahari pagi masih bersinar terang diatas sana.
"apa kau bisa memberikanku alasan yang logis kenapa revenue kita jeblok sampai lima persen Nona Byun?" sebelum menjawab.
Baekhyun sempat melirik kearah Jongin yang duduk didepannya. "apa? kau mau menyalahkan rekan kerjamu?!" Chanyeol mendamprat seketika itu juga saat menangkap basah gelagat Baekhyun.
"eh. Tidak. Bukan begitu sajjangnim.."
"Lalu apa?!" jantung Baekhyun berdegub keras, dia merasa pening dan berkeringat dingin. Dibalik meja ia meremas tangannya kuat kuat, berharap dapat meredakkan kegugupannya sekarang.
"saya.. saya tidak mengerti kenapa revenue dibebankan pada saya. Jika kita membahas soal closing bulan ini, bukan kah itu tanggung jawab Jongin-sshi selaku Sales Manager?" Baekhyun berkata pelan sekali. Nyaris seperti mencicit. Jongin yang didepannya juga sudah tertunduk, menyadari bahwa ini memang benar kesalahannya.
Mata Chanyeol memicing lurus. Ia mendengus pelan tapi terdengar sangat menusuk.
"kau lupa? bulan ini adalah tanggung jawab tim mu untuk menggelar event. Mendatangkan client prospektif yang akan berdampak pada revenue. Lalu kau mau menyalahkan Tim Jongin? bagaimana Jongin dan anak anaknya bisa bekerja kalau event yang kau buat saja gagal total!"
Baekhyun makin menundukkan kepalanya beberapa inci.
"berapa target yang kami minta dari acara itu?" Chanyeol bertanya dengan nada lugas. Tidak tinggi, tapi cukup membuat mu keringat dingin. Tatapannya tajam setajam elang lapar.
"seratus orang sajjangnim." Baekhyun mencicit. Suasana sunyi senyap berhasil membuat suaranya terdengar jelas meskipun pelan sekali. Chanyeol mengalihkan pandangannya pada Jongin, tatapannya masih berkilat emosi, namun tidak setajam seperti yang diberikan pada Baekhyun.
"Jongin. Berapa target pemasukan yang kuminta dari acara tersebut?"
Jongin sedikit tergagap sebelum akhirnya berhasil menjawab.
"sepuluh juta won sajjangnim"
"dan berapa tamu yang berhasil kau datangkan, Baekhyun?" Chanyeol mendesis kearah Baekhyun. Mata nya seolah menguliti gadis bermarga Byun itu. Remasan tangan Baekhyun dibalik meja tampaknya tdiak membantu sama sekali. Bukannya reda, situasi semakin kacau dan dia semakin panik.
"ti-tiga puluh orang." Jawab Baekhyun.
BRAK!
Suara gebrakan meja terdengar dari arah Chanyeol. Para bawahan yang lain terlonjak dari kursinya dengan degub jantung tak beraturan. Suasana rapat tak lain seperti sesi introgasi tindakan kriminal. Chanyeol sedikit memajukan tubuhnya saat ia mulai meghujani Baekhyun dengan amukan amukan yang lain.
"kau beranggapan Jongin berhasil mendapatkan uang sebanyak itu dari tiga puluh orang?!"
"bagaimana kau menjalin hubungan dengan relasi kita Baekhyun?!, bagaimana kau mengurus staff marcom dan PR mu?! apa saja yang kau kerjakan di balik meja itu!"
Baekhyun merasa matanya sudah berkaca kaca, ia menggigit bibirnya agar tidak ada isakan yang keluar dari sana. Sebisa mungkin, Baekhyun menahan diri agar tidak bergerak sedikit pun. Taku takut, tetes air matanya bergulir. Menangis di ruang tapat-terlebih dengan Park Chanyeol-akan menimbulkan situasi lebih buruk.
Chanyeol baru saja ingin kembali menyemprot Baekhyun dengan kalimat kalimat menohoknya sampai seorang pria tinggi berambut cokelat gelap akhirnya menginterupsi.
"Tuan Park." kata pria itu-Kris. Diantara bawahan yang lain, hanya kepala Kris yang masih tegap menatap lurus kedepan. Hanya Kris yang masih bisa bernafas dengan tenang. Hanya Kris yang tidak meremas remas tangannya dibawah meja. Dan hanya Kris yang berani memotong ucapan seorang Chanyeol.
Chanyeol mendelik kearah Kris, Center Manager-sekaligus sahabatnya-yang sedang duduk tepat disamping kanan kursinya.
"Mohon maaf sebelumnya, tapi mengenai acara tersebut, kami baru mendapatkan approval dari anda satu bulan sebelum hari H. Nona Byun mungkin kesulitan mempersiapkan acara dalam waktu seminim itu?" Kris sempat melirik kearah Bakehyun sekilas saat mengucapkan kalimat terakhir. Baekhyun merasa, pria itu seperti malaikat yang menyelamatkannya dari bahaya. Ada sebuah kelegaan saat mendengar bos nya yang lain membantu dirinya dari si bos besar pemarah.
"lalu kenapa kalian tidak mengajukkan nya lebih awal?" Chanyeol bertanya tajam. Tapi Kris adalah pria dengan emosi tenang. Dia tidak bercuucran keringat dingin saat terkena semburan Chanyeol saat ini.
"karena anda sedang berada di Belanda, Tuan." kata Kris sopan.
"lalu kenapa kalian tidak memberitahu lewat sekertarisku?"
Pertanyaan itu tidak bisa dijawab oleh Kris. Dia tahu, saat Chanyeol ke Belanda beberapa waktu lalu, sang General Manager sempat menghabiskan malam panas dengan sekertarisnya. Tidak bisa disalahkan juga, sekertaris Chanyeol sudah memberi sinyal 'suka' pada sang pimpinan. Sementara, Chanyeol sendiri tetaplah pria dewasa yang memiliki kebutuhan. Jadi, bagaimana mungkin dia menolak wanita cantik? ah, ini hanya sebatas nafsu.
Kris masih cukup waras untuk tidak keceplosan bicara yang nantinya akan menjungkir-balikkan situasi rapat sekarang.
Sadar dengan ekspresi Kris yang terdiam, Chanyeol menghela nafasnya dalam dalam. Pria itu mencoba mengatur emosinya kembali.
"Tinggalkan aku dengan Tuan Wu berdua." katanya tegas. Dan dengan sigap para bawahan yang lain segera bangkit dari kursi lalu pergi meninggalkan ruangan rapat yang mencekam itu.
Mereka juga sudah tidak betah berlama lama disana.
.
.
.
.
"noona… maafkan aku." Jongin berkata pelan pada Baekhyun sambil mensejajarkah langkahnya. Setelah keluar dari ruangan, Baekhyun segera beranjak menjauh dengan langkah cepat cepat. Baekhyun bahkan mengipas ngipas wajahnya agar tangis yang dia tahan tadi tidak meledak keluar.
"ah tenang lah Jongin. Ini bukan salahmu. Memang si bos sialan itu saja yang mencari cari alasan untuk mengamuk!" kata Baekhyun, tanpa memperlambat langkahnya sedikitpun. Kedua rekan kerja itu terus menyusuri koridor sampai akhirnya mereka tiba di ruangan keduanya yang saling berdampingan.
"tapi jika dipikir piki,. ini memang salahku." kata Jongin murung. Wajahnya menyesal sekali. Meskipun acara itu gagal, tetap saja- jika kita membicarakan revenue-itu adalah tanggung jawab Jongin. Bagaimana pun juga.
Baekhyun masuk keruangannya, diikuti oleh Jongin. Si Marketing Manager mendudukkan dirinya dikursi kerja dengan helaan nafas yang panjang. Lelah. Sementara Jongin duduk didepannya. Bakehyun sedang memijit mijit pelipis yang dari tadi sudah pening luar biasa saat tiba tiba suara ketukan heels terdengar sedang mendekat.
"siapa yang kena amukan hari ini?" Kyungsoo menghambur masuk dengan mata membulat. Tanpa ragu, Kyunsgoo ikut mendudukan dirinya disamping Jongin. Entah sejak kapan ruang kerja Baekhyun menjadi tempat langganan bergosip mereka. Baekhyun melirik kearah Kyunsgoo, Kepala HRD-yang ruangannya jauh dar ruang kerja Baekhyun-menyempatkan diri untuk repot repot bertanya hal yang tidak perlu dijawab lagi.
Baekhyun menghela nafasnya lagi. "tutuplah, aku tidak mau ada yang mendengar." kata Baekhyun sambil menunjuk pintu dengan dagunya. Jongin, langsung bangun dan menuruti titah seniornya itu. Dari raut wajah Baekhyun sekarang, sepertinya Kyungsoo sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaanya.
"wow Baek, kau memecah kan rekor terbaru. Belum ada karyawan yang disemprot selamat tiga bulan berturut turut olehnya." kata Kyungsoo serius sekali. Ada nada ngeri dan kasihan saat melihat wajah sahabat nya yang sudah tertekuk bahkan dipagi hari seperti ini.
"aku tahu." Baekhyun menyahut singkat. Dia sendiri juga heran kenapa Canyeol tampaknya suka sekali membuat hari harinya di Kantor bagaikan di neraka. Mungkin Baekhyun harus memastikan sejarah leluhur keduanya. Jangan bilang,dia memiliki dosa berat pada Chaneyol di kehidupan sebelumnya.
"sudah.. jangan berkecil hati. Bagaimana setelah pulang kantor, kita pergi minum?" Kyungsoo memberi usul dengan senyuman berbentuk hati yang terpancar di wajah manisnya. Jangan tertipu dengan gadis itu. Meskipun dari luar tampak manis sekali, Kyungsoo adalah wanita yang dapat meminum alkohol dengan handal.
"ey! she can't handle alcohol!" Jongin memprotes saat itu juga, tapi Kyungsoo malah menoleh ke arah nya dan memberikan seriangaian penuh arti "nah bagus, kalau begitu kau juga ikut saja. Biar kau bantu aku memapahnya jika dia pingsan." Jongin mendengus sebal. Lagi lagi, sebagai maknae dia hanya diajak untuk dimanfaatkan.
"tidak perlu Soo. Aku rasa aku hanya perlu pulang dan beristirahat." kata Baekhyun dengan senyum kecil. Tidak yakin juga sebenarnya dengan yang ia ucapkan. Tapi besok hari kerja. Pergi ke bar malam Selasa tampaknya bukan keputusan bijak. Bagaimana kalau dia teler esok pagi di kantor?
Kyungsoo mengerang kecewa. "ahhh ayolahhh! kau bukan sahabatku jika menolak!" lagi lagi ancaman itu. Baekhyun menghela nafasnya yang sudah ketiga kali. Sebenarnya, Kyungsoo ini benar benar sahabatnya atau bukan? Seharusnya dia memberikan solusi yang lebih baik. Bukannya memberikan solusi yang akan menimbulkan masalah lain. Baekhyun nyaris menolak tapi saat ia menatap wajah memohon Kyungsoo –yang cukup lucu- akhirnya ia menyerah dan setuju juga.
"yeay! itu baru temanku!" Kyungsoo bersorak gembira. Mau tak mau membuat Baekhyun mendengus geli. "oke Jongin! malam ini, kita bersenang senangggg!" Kyungsoo melanjutkan sorakannya sambil berdiri dari bangku dan melangkah pergi dari ruangan Baekhyun. Kembali ke tempatnya sendiri.
"tapi kau yang traktir ya?!" Jongin bertanya penuh harap sambil mengekori gadis pendek itu.
"kau lelaki, tidak malu jika aku yang traktir?" Kyungsoo mendengus seraya membuka pintu ruangan Baekhyun dan melenyapkan dirinya dibalik sana.
"ayolah, aku tidak akan mendapat komisi bulan ini" suara Jongin sayup sayup terdengar begitu keduanya semakin melangkah menjauh. Tinggalah Baekhyun sendiri diruangannya dengan setumpuk berkas penting disudut meja.
Beberapa detik kemudian, sebuah notifikasi email masuk dari perusahaan rekanan tertera di layar laptonya. Baekhyun menatap layar itu, kemduian rasa panik yang tadinya hilang kembali menjalari tubuhnya.
"ah! ottokhae" Baekhyun meringis. Tangannya mengetik cepat diatas keyboard. Mencoba membenahi kesalahan fatalnya-yang lain.
Astaga, dia baru saja mengirim email yang –lagi lagi-salah pada rekanan penting. Jika Chanyeol tau, sudah pasti dia akan menendang Baekhyun keluar dari jendela ruangannya saat ini juga.
.
.
.
.
Ruangan rapat itu hening. Hanya menyisakan dua pria dengan tinggi yang sama disana. Yang satu, berdiri menghadap pemandangan gedung gedung pencakar langit dari balik jendela besar. Sementara yang satu, masih duduk dikursinya dengan kaki menyilang. Santai sekali.
"untuk apa kau membelanya?." Chanyeol bertanya. Datar. Dingin. Tegas. Tangannya yang bebas ia masukkan ke saku celana semantara matanya menatap lurus ke pemandangan di depan. Pria itu sudah tidak mengamuk, tapi aura menyeramkan masih saja menguar dari sana.
Kris, yang masih duduk, kemudian memutar kursinya agar bisa menatap Chanyeol yang memunggunginya. Pria itu tersenyum miring dengan dengusan remeh yang terdengar pelan.
"Chanyeol, apakah kau tidak merasa tingkah mu ini sudah berlebihan?"
"berlebihan bagaimana?"
"coba ku tanya, sudah berapa lama kau menyemprotnya setiap rapat? atau bahkan, setiap berpapasan dengannya? jika dipikir pikir, bukankah seharusnya aku yang mengomeli anak buahku?" Secara hirearki perusahaan. Jabatan Kris tepat berada diatas Baekhyun. Baru kemudian dikepalai oleh Chanyeol sebagai General Manager. Tapi entah kenapa, bos besarnya itu suka sekali repot repot untuk menegur Baekhyun secara langsung.
"bagus! kalau begitu kenapa kau tidak omeli saja dia!" Chanyel berkata ketus. Tapi respond yang Kris berikan masih tenang. Pria itu hanya mengdikkan bahu nya santai."aku tidak punya alasan."
Chanyeol memutar tubuhnya dengan tatapan sinis. Lelaki itu bahkan mendengus lucu dengan tatapan dingin khas Bos Besar berhati kejam. "tidak punya alasan?" sindir Chanyeol.
"salah mencetak dokumen! mengacaukan meeting dengan corporate! nyaris membuka rahasia perusahaan karena salah mengirim email. Dan masih banyak lagi! kau masih kekurangan alasan untuk menghardiknya?!"
Kris tertawa pelan sambil bangkit dari kursinya. Lama kelamaan, tawa itu terdengar menyebalkan ditelinga Chanyeol. Jika saja dia bukan sahabatnya, mungkin saja Chanyeol sudah menghajarnya sekarang.
"jka kau yang berbicara, kenapa kesalahannya terdengar seperti dosa besar ya?" Kris berjalan menuju temannya itu, menepuk bahu Chanyeol yang menegang. Sekedar memberi syarat untuk mengendurkan kembali urat syarafnya yang sudah kaku pagi pagi.
"Baekhyun itu kan pegawai baru yang ditarik oleh perusahaan pusat dari anak perusahaan kita. Sudah pasti, dia kerepotan dengan scoop pekerjaan dan juga tanggung jawab yang lebih besar"
"tapi ini sudah tiga bulan Kris!"
"anggap saja seperti masa probation?"
Chanyeol berdecak, lagi lagi bos itu mendengus remeh dengan tatapan memicing.
"kau selalu melindunginya. Jangan bilang kau naksir pada gadis itu?"
Kris membulatkan matanya sebelum tertawa geli. Ia bahkan menutup mulutnya dengan punggung tangan, benar benar tidak habis pikir pertanyaan bodoh Chanyeol barusan. Sementara Chanyeol masih setia menatapnya dengan tatapan tajam. Tidak mengerti dimana letak lucu yang membuat Kris se-tertawa ini.
"pfffttt! … astaga Chanyeol. Kau tau sendiri aku sudah bertunangan!" Kata Kris saat tawanya mereda. Chanyeol mengedikkan bahu. Yeah, siapa tahu kan? hati orang mana ada ang tahu. Lagipula, Chanyeol cukup hafal tabiat Kris. Dia tidak jauh berbeda dengan dirinya. Sama sama pria brengsek. Ah, itu sebuah gelar kebanggaan bagi Park Chanyeol, asal kalian tahu.
"sudahlah, kita pantau saja nanti bagaimana perkembangan Baekhyun." Kris menutup obrolan mereka dengan tepukan di bahu Chanyeol. Dan si Center Manager itu pun keluar dari ruangan tanpa berpamitan lebih dulu.
Chanyeol masih berdiri diruangannya. Masih dengan mata berkilat emosi. Masih sedingin tadi. Tidak ada yang berubah.
Karena menurutnya, tidak ada yang bisa merubah rasa benci Chanyeol pada seorang Byun Baekhyun.
Benar kan?
.
.
.
.
.
Seakan masalah di ruang rapat belum cukup, Baekhyun harus kembali berada dalam situasi tidak mengenakkan siang hari nya. Kala itu, Baekhyun sedang terburu menyusul Kyungsoo dan Jongin yang sudah berada di Cafetaria untuk makan siang. Dia harus terlambat lima belas menit karena urusan dengan rekanan lebih rumit dari yang ia kira.
Suara nyaring heels nya menggema begitu Baekhyun dengan susah payah mengejar Lift yang nyaris tertutup. Begitu dia berhasil menjegah pintu lift yang tinggal menutup dalam beberapa inci, Baekhyun segera masuk kedalam. Tapi di detik kemudian, Baekhyun merutukki dirinya dalam hati. Dia mneyesal luar biasa.
Park Chanyeol, dengan angkuhnya sedang berdiri di dalam lift.
"selamat siang sajjangnim"Baekhyun menyapa Chanyeol sopan. Bungkukkan nya menyentuh sudut sembian puluh derajat. Chanyeol hanya melirik sekilas tanpa berniat untuk menyahut sapaannya. Jangannya merespon, senyum saja dia enggan.
Perjalanan dari lantai ruang kerja mereka dengan Cafetaria sebenarnya tidak jauh. Tapi beberapa menit di dalam Lift, ditambah hanya berduaan dengan Chanyeol bisa dikatakan menit menit terburuk dalam hidup Baekhyun. Chanyeol memang tidak memandang gadis disampingnya itu, tapi dengusan remeh yang terdengar dari Chanyeol semakin membuat Baekhyun kikuk.
Luar biasa bagaimana Chanyeol bisa menegaskan karakter keras nya, bahkan ketika orang itu sedang diam.
Dentingan pintu lift terdengar di lantai tiga. Tak lama, pintu besi itu terbuka, memperlihatkan sosok jangkung lain yang tengah berdiri. Kris, masuk kedalam lift dengan tatapan heran begitu mendapati Baekhyun dan Chanyeol. Hanya berdua.
Reflek, Baekhyun memundurkan tubuhnya, berdiri menyudut di kotak kecil itu.
"kalian makan siang bersama?" Tanya Kris-yang lebih terdengar seperti pernyataan tidak percaya-sambil melirik sekilas kearah Baekhyun yang hanya melempar anggukan kecil.
Chanyeol mendengus jijik. "lebih baik kau bunuh aku saja." kata nya. Pelan tapi sangat menyakitkan. Setelah berbicara pria itu bahkan dengan terang terangan tertawa pada Kris. Membuat Baekhyun semakin tersudut saja.
Akhirnya, lift mereka tiba juga di Lobby. Dan Baekhyun merasa sangat bersyukur atas itu. "kami duluan ya, Baek." hanya Kris yang sudi pamit pada bawahannya itu sementara Chanyeol sudah lebih dulu melangkah menjauh.
"ne sajjangnim. Selamat menikmati makan siang anda." Baekhyun mengangguk sopan sambil ikut keluar dari lift. Chanyeol dan Kris menuju kearah pintu keluar, dimana seorang namja dengan kulit putih dan rahang tegas sedang berdiri. Mungkin menunggu mereka?
Oh Sehun-pria tersebut-adalah sekertaris utama Chanyeol yang baru. Setelah berhasil meniduri sekertaris lama nya-Bang Minah- tampaknya wanita itu mulai mengira hubungan dia dan Chanyeol lebih dari sekedar senang senang. Terlihat sekali dari caranya memberikan perhatian pada Chanyeol. Dan itu tentu saja membuat Chanyeol jijik dan malas untuk berurusan dengannya. Tepat esok pagi, surat pemecatan sampai diatas meja Minah.
Wanita itu menangis tersedu sedu diruangan Chanyeol. Kebingungan dan meminta penjelasan. Alih alih penjelasan, Chanyeol-yang sedang duduk dengan pandangan tak minat dikurisnya-kemudian memanggil security dan menyeret gadis itu keluar. Ah.. itu hanya satu dari kebrengsekan Park Chanyeol yang lain.
Oleh sebab itu, Chanyeol memilih pelamar pria untuk menggantikan poisi sekertaris nya yang lama. Merasa malas jika harus berurusan dengan yeoja sensitive yang mudah terbawa perasaan. Dan pilihannya jatuh pada Oh Sehun. Pria cakap yang bersifat sama dinginnya dengan Chanyeol.
Baekhyun akhirnya berjalan ke cafeteria dengan helaan nafas yang panjang.
.
.
.
"kenapa kau lama sekali!" protes Kyungsoo langsung menyapa telinga Baekhyun saat gadis itu baru saja mendudukan dirinya di bangku. Jongin menyodorkan minuman dan makanan untuk Baekhyun yang sudah dipesan lebih dulu tadi.
"aku ingin cepat cepat pulang dan ke bar saja rasanya." Baekhyun menyahut lemah. Tanpa perlu cerita lebih mendetail, Kyungsoo dan Jongin sudah cukup paham apa alasannya.
.
.
.
.
Satu hari panjang yang berat berhasil dilewati Baekhyun. Dia mengurung dirinya diruangan. Membereskan segala bentuk kekacauan yang dia ciptakan dalam minggu minggu terakhir. Baekhyun tidak akan berbohong, tanggung jawab pekerjaannya sekarang benar benar menyita tenaga dan fokus yang sangat tinggi.
Apalagi, memiliki atasan seperti Chanyeol. Itu adalah bentuk kesialan yang nyata dalam dunia bekerja.
Setelah jam kantor usai, Baekhyun segera masuk kedalam mobilnya. Terima kasih untuk Jongin yang bersedia menyupir dan meninggalkan mobilnya sendiri dikantor. Sementara tuan putri Do Kyungsoo sudah duduk tenang di kursi belakang. Ah, wanita itu tidak pernah membawa mobilnya kekantor. Terlalu sayang mungkin?
sekitar tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di sebuah bar langganan. Baekhyun yang tampaknya sudah menahan emosi dari tadi segera memesan minuman dan bersiap untuk mencurahkan segala umpatan umpatan yang tertahan di mulutnya.
"lalu. Bayangkan saja Soo! dia mendampratku hanya karena revenue kita turun lima persen. LIMA PERSEN!" Baekhyun berujar buas sambil menenggak cairan alkoholnya sampai habis. Tidak perlu lama membuat gadis itu 'naik' . Tak berapa lama setelah mereka minum bergelas gelas alkohol, Baekhyun sudah masuk kedunianya sendiri.
"lalu, apa yang kau katakan?" kata Kyungsoo. Dia meminum cocktailnya beberapa teguk. Dadis itu masih sadar seratus persen. Berbeda dengan teman wanita di hadapannya sekarang
"dia melempar masalahnya padaku!" Jongin berceletuk. Pria itu duduk disamping Kyungsoo.
"kalau dipikir pikir itu memang salahmu!" timpal si gadis bermata burung hantu. Membuat maknae diantara mereka bertiga mendecih kesal lalu melampiaskannya dengan meminum alkohol banyak banyak.
"kau tahu, terkadang aku jadi merindukkan ruangan mungil ku di kantor yang lama. Gaji nya memang lebih rendah sedikit, tapi aku tidak perlu disuguhi muka sialannya tiap hari!" kata Baekhyun dengan tatapan menerawang.
"kau hanya belum terbiasa. Nanti nya juga dia akan lupa padamu."
"ah aku menunggu sekali saat itu." Baekhyun berujar sungguh sungguh. Jika ada satu doa yang bisa langsung dikabulkan, pastilah doa itu yang akan Baekhyun panjatkan. Doa agar Chanyeol merasa bosan mendampratnya. Doa akan ada target baru untuk Chanyeol. Seandainya Kyungsoo dan Jongin bisa dijadikan tumbal, Baekhyun dengan senang hati akan melakukannya.
"aku benar benar berharap Park sialan itu menemukan mangsa baru untuk ditindas."
"jika saja dia bukan bosku, sudah kulindas tubuhnya dengan truk pengangkut pasir!" lanjut nya dengan menggebu gebu. Dia bahkan meraih gelas Jongin saat mendapati alkohol miliknya sudah habis. "hey!" Jongin memprotes tidak terima tapi sama sekali tidak Baekhyun hiraukan.
"ah.. wajah tampannya akan rusak nanti." Kyungsoo berkata dengan raut sedih yang dibuat buat. Membuat Jongin mendengus kesal. Semua orang kantor tahu kalau Jongin menyukai Kyungsoo, tapi sialnya malah sang wanita itu sendiri tampaknya telalu tumpul rasa kepekaannya.
"tidak perduli! masa bodoh! aku benar benar membencinya!" ujar Baekhyun penuh emosi, dia meminum alkohol Jongin sampai habis. Mau tak mau sang pemuda satu satunya itu memesan kembali minuman mereka.
"dia sama sekali tidak berwibawa dimataku. Kau tahu, aku hanya menganggapnya pria yang berlindung dibalik jabatannya.!" Baekhyun masih sibuk mengoceh, suaranya nyaring, mencoba mengalahkan bunyi musik yang berdengung. Pelayan yang menghampiri meja mereka bahkan sempat tersentak kaget begitu Bakehyun sudah mulau marah marah lagi.
"dia tidak sehebat yang orang lain pikir! dia bahkan tidak hebat sama sekali. Pria itu hanya pecundang yang suka memerintah merintah!"
Hebat sekali perpaduan emosi dan tipsy bisa membuat seorang wanita lembut menjadi wanita galak menyeramkan. Tidak cukup sampai situ, Baekhyun melanjutkan kembali curahan perasaannya dengan sederet umpatan yang tidak cocok diucapkan oleh gadis berwajah manis sepertinya.
"sialan!"
"Brengsek!"
"kenapa dia tidak mati saja!"
Dan masih banyak umpatan umpatan lain yang tak layak jika dijabarkan. Kyungsoo dan Jongin hanya tertawa sambil memberikan tatapan provokasi. Melihat Baekhyun seperti ini merupakan pemandangan yang jarang dan salah satu bentuk hiburan. Bisa dikatakan juga, ini merupakan cara agar kekesalan Baekhyun pada bos mereka terlampiaskan.
Awalnya, Jongin dan Kyungsoo masih sibuk memandang Baekhyun yang setengah teler sambil terkikik. Tapi, begitu menyadari sosok yang sedang berada di dekat meja mereka, ekspresi keduanya berubah.
"Park Chanyeol benar benar pria paling bajingan di muka bumi!" Jongin dan Kyungsoo menatap horror baekhyun yang maish sibuk mengumpat. Keduanya tiba tiba bergelagat aneh sekali. Kyungsoo yang menendang nendang kaki Baekhyun sementara Jongin mengerucutkan mulutnya. Memberi kode "ssshh" tanpa suara.
Tapi Baekhyun tidak sadar. Dia malah mendengus penuh rasa jijik sambil menenggak lagi minumannya. "dia benar benar pecundang. Berlindung dibalik jabatannya. Dasar Chan-hey! kalian kenapa sih?" kalimat penuh makian Baekhyun terpotong saat Kyungsoo makin menendang Bakehyun keras keras. Heels nya sempat mengenai mata kaki Baekhyun dan itu cukup sakit. Baekhyun yang daritadi tidak menghiraukan keduanya, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang tersisa lalu memperhatikan baik baik wajah Jongin dan Kyungsoo yang sedang panik.
Tidak perlu waktu lama untuk menjelaskan kenapa kedua temannya bertingkah aneh, sebuah tepukan di pundak membuat Baekhyun menoleh. Dia masih cukup sadar untuk mengenali siapa orang itu. Jantungnya mencelos saat melihat dua pemuda familiar tengah berdiri disampingnya.
Tapi, salah satu dari mereka lah yang menjadi masalah besar disini. "sampai bertemu dikantor. Byun Baekhyun." Park Chanyeol, berkata dengan tatapan mata dingin sedingin titik beku, kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana. Diikuti Kris yang tersenyum miring dengan gelengan kepala yang-entah kenapa-membuat mereka sadar bahwa ketiganya dalam bahaya.
Jongin dan Kyungsoo bahkan cukup yakin kalau mereka akan ikut terseret dalam masalah yang ditimbulkan Baekhyun ini.
Baekhyun memalingkan kembali tatapannya pada Kyungsoo dan Jongin
"aih.. kenapa kalian tidak member tahuku tadi?" dia mendesah frustasi.
"We did sweetheart. We did." Kyungsoo ikut ikutan mendesah pasrah. Dan ketiganya pun semakin menenggelamkan diri mereka pada alkohol. Tahu, bahwa bahaya sudah menunggu di depan mata.
.
.
.
.
.
.
"jangan bilang kau sakit hati hanya karena mendengar omongan Baekhyun barusan."Tanya Kris. Keduanya sekarang sudah berada di bar lain. Tadi, entah karena posisi duduk Kris dan Chanyeol yang memunggungi ketiganya –atau mereka memang terlalu bodoh- Jongin, Kyungsoo dan Baekhyun tidak sadar kalau , Kris dan Chanyeol sudah berada disana sejak awal. Terima kasih untuk suara nyaring Baekhyun, Chanyeol bisa mendengar jelas apa saja yang dibicarakan bahkan meski musik bar cukup keras.
Chanyeol tidak berniat untuk beranjak, dia masih asik mendengar celotehan bawahan tidak bergunannya itu. Tapi ketika Zitao-tunangan Kris-mengirim pesan pada Kris untuk menemuinya di bar lain, Kris dan Chanyeol akhirnya pergi. Chanyeol sendiri tidak keberatan, selama di bar tersebut ada wanita cukup oke untuk diajak one night stand, kenapa tidak?
Chanyeol yang mendengar pertanyaan Kris tersebut hanya bisa tertawa lucu. "untuk apa? aku sudah terbiasa mendapat badmouthing seperti itu"
Dia meraih gelas vodka nya lalu kembali membuka suara. Lebih dingin dari yang terdengar sebelumnya. "dia tidak sepenting itu untuk aku pikirkan."
"lalu?" Chanyeol melemparkan pandangan kearah Kris. Sebuah seringaian penuh arti terukir disana. Seringaian yang tidak kalah menyeramkan dari tatapan berkilat Chanyeol."kau lebih tahu aku bagaimana Kris."
Kris terkekeh. "aku mengendus aura gelap disini." kata nya sebelum ikut menenggak cairan bening tersebut. Zitao datang tidak beberapa lama. Bersamaan dengan Chanyeol yang sudah menemukan mangsa untu kmalam ini.
Tiba tiba, sebuah rencana hebat terpintas di benaknya. Rencana untuk seorang Byun Baekhyun.
.
.
.
Entah karena semalam Baekhyun pulang dalam keadaan mabuk berat, atau dia kurang tidur, atau memang dia hanya sedang tidak mood. Hari ini, Baekhyun merasa malas sekali pergi ke kantor. Langkah kakinya berat, hatinya enggan, sesekali ia malah merasa sangat gelisah.
Awalnya,dia berfikir ini adalah efek alkohol kemarin, tapi begitu melihat Jongin dan Kyungsoo yang tampak biasa biasa saja, Baekhyun mempertanyakan lagi alasannya. Sepertinya, ia merasakan ada firasat buruk hari ini. Tapi apa?
.
Semua menjadi jelas ketika deringan telfon kantor diatas mejanya berbunyi. Baekhyun mengangkat gagang telfon lalu menjepit nya diantara bahu dan telinga, sementara kedua tangannya sibuk menari nari diatas keyboard.
"Byun Baekhyun speaking."
"Nona Byun, anda dipanggil Park sajjangnim keruangannya." Nona Kim, asisten Baekhyun memberi tahu dari seberang telfon. Gerakan jemari Baekhyun terhenti. Tiba tiba jantungnya berdegub cepat.
"memangnya, kita ada rapat hari ini?" tanya nya takut takut, ia bahkan menggengam gagang telfon dengan kedua tangannya.
"setahu saya tidak ada nona. Hanya saja Park Sajjangnim ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan anda."
"berdua saja?"
"saya kurang tahu, Nona."
Baekhyun menghela nafasnya dengan mata terpejam. Ini pasti bukan hal yang bagus.
"baiklah, saya akan segera kesana."
.
.
.
.
.
Jarak ruangan Chanyeol dan Baekhyun memang tidak begitu jauh. Tapi dia memerlukan waktu lebih dari sepuluh menit untuk mencapai ruangan tersebut. Sebenarnya ia masih ingin mengundur waktu lebih lama lagi, tapi mengingat Chanyeol akan semakin mengamuk, Baekhyun mengurungkan niatnya.
Baekhyun menghampiri meja Sehun yang berada di depan pintu "aku ditunggu oleh Park sajjangnim" kata Baekhyun pada pria itu. Sehun meraih telfonnya dan mengabari Chanyeol di dalam ruangan bahwa orang yang ditunggu sudah datang.
"masuklah." kata Sehun singkat sambil memberi gesture kearah pintu besar itu. Baekhyun menghela nafasnya dalam dalam.
.
.
.
.
Ruangan itu besar. Sangat mewah, dengan aksen warna abu abu yang futuristik. Kaca besar, sofa megah untuk menyambut tamu penting. Perlengkapan kerja dengan teknologi canggih. Serta segelintir fasilitas lain yang Baekhyun tidak miliki.
Disana, dibalik meja dengan papan nama "Park Chanyeol—General Manager", seorang pria sedang duduk membelakangi pintu. Tampaknya sedang menatap pemandangan? Entahlah. Yang terlihat hanya lah pucuk kepalanya dari kursi bersandaran tinggi. Baekhyun ragu ragu, apakah dia harus memanggil Chanyeol? ataukah berdehem? semuanya terasa serba salah jika berhadapan dengan Chanyeol.
Tapi tiba tiba, Chanyeol memutar kursinya hingga sosok pria itu terlihat. Duduk sambil melipat tangannya dengan tatapan penuh intimidasi. Langkah Baekhyun terhenti tiba tiba.
"kau lama sekali." ada yang berbeda dengan teguran Chanyeol. Pria itu tidak memaki, menghardik, atau menghujaninya dengan kata kata pedas. Chanyeol menegur Baekhyun dengan tenang. Dan itu malah semakin membuat Baekhyun bergidik.
"ma-maafkan saya sajjangnim, tadi saya pergi ke toilet sebentar."
"duduklah." Chaenyol menunjuk kursi di depan meja dengan dagunya. Baekhyun mengangguk singkat lalu-dengan hati hati-mendudukan dirinya disana.
"well.. well.. well.. Byun Baekhyun." Chanyeol kembali berujar dengan nada tenang yang ganjil. Ada sebuah smirk mencurigakan diwajahnya. Jika dipikir pikir, Baekhyun memilih untuk dimaki maki saja sekarang
"aku ada tugas untukmu. Kurasa, dengan kehebatanmu itu, ini bukanlah hal berat." Baekhyun tergagap, otaknya kebingungan untuk merespon. Maksudnya?
Chanyeol sedikit memajukan tubuhnya, ia lalu mengeluarkan setumpuk map besar yang diambil dari laci meja.
Bruk!
"tugasmu" ujar Chanyeol sebelum Baekhyun bertanya. Gadis itu mengernyitkan dahinya keheranan.
"kau harus melaksanakan project yang ada di map itu. Dalam waktu kurang dari enam bulan." kata Chanyeol sambil bangkit dari kursinya lalu menghampiri Baekhyun. Sang bos besar berdiri tepat di depan Baekhyun dengan tubuh menyender ke sisi meja.
"dan jika kau sampai gagal." kata Chanyeol, melipat kedua tangannya dan menatap Baekhyun dengan tatapan setajam elang.
Baekhyun merasa jantungnya nyaris keluar saat Chanyeol membungkukkan dirinya. Sejajar dengan telinga Baekhyun.
"kau akan aku hukum dengan hukuman yang tidak bisa kau bayangkan. Sampai kau akan memohon padaku untuk memecat saja dirimu." bisik Chanyeol. Nadanya datar namun sarat akan ancaman. Mata Baekhyun yang terbelalak belum juga kembali normal saat Chanyeol sudah menarik lagi tubuhnya.
"pergilah, dan pelajari berkas itu."
"aku tidak main main dengan perintahku." Chanyeol lalu melangkah lagi ke kursi itu sempat berbalik dan menatap Baekhyun dengan tatapan 'kenapa-kau-masih-disini?' yang berhasil membuat Baekhyun gelagapan lalu akhirnya bangkit juga.
Baekhyun mengambil map tersebut-yang ternyata cukup berat-lalu pamit undur diri.
Chanyeol menyeringai penuh makna saat punggung Bekhyun menjauh dan menghilang dibalik pintu. "game on, Byun Baekhyun" batin Chanyeol dengan senyum kemenangan.
.
.
.
.
.
.
TBC/END?
A/N:
halo, maaf ganggu malem malem. hahaha
buat kalian yang kebingungan kenapa aku publish cerita baru (lagi), well sebenernya ini project pertama ku yang aku garap bareg temenku. secara general, ide cerita ini dari co-writerku sementara aku Cuma melengkapi bagian detail dan menarasikan nya aja.
Maaf kalo belum dapet feel nya karena aku ngetiknya buru buru T^T
so, gimana? Let me know your opinion di Kolom review yaaa.
dan, oh ya, untuk Co-writerku, sunnie1307. Selamat buat sidang skripsi nya ya! maaf tadi gabisa dateng Karena full meeting huhuhu. :"( Selamat buat gelar Sarjana Ekonominya!
Thanks for reading!
gomawo:*
-Moza
