Seseorang mengatakan bahwa hidup adalah suatu karya yang di dalamnya terdapat jutaan warna. Warna-warna gelap yang mewakili sisi terburuk dalam hidupmu, terang yang mewakili sisi terbaik dan kebahagiaan. Seberapa banyak warna yang kau dapat, pada akhirnya kau hanya akan kembali ke masa-masa klasik. Dimana hitam dan putih adalah pilihan utama yang mewakili semua unsur dalam hidupmu, kau hanya dibutuhkan untuk menjawab 'ya' atau 'tidak' dalam kasus ini.
Kemana kau akan pergi, dunia yang penuh warna hanyalah selimut bagi dunia yang sebenarnya. Sejak awal kau jatuh ke dunia, opsimu hanya ada dua. Begitu pula ketika kau kembali ditarik dari dunia, opsimu hanya ada dua.
Seorang detektif muda kelas atas, pemilik 124 kasus yang terselesaikan dengan sempurna dan berkelas, Stephen Oh.
Baru saja memperkenalkan bagaimana seharusnya kau memperlakukan hidup dan menentukan pilihan dengan cerdas.
.
.
Proudly present..
Title : Madcap Mademoiselle
Main Cast : Oh Sehun, Lu Han (go go HunHan!)
Other Cast : find it by yourself he he
Length : chapter
Genre : romance, crime, AU, mystery, warn! Yaoi
.
enjoy the story
.
.
.
"Kau akan datang malam ini?"
Pemuda yang diajak bicara hanya mengangguk sebagai jawaban. Perhatiannya teralihkan pada sebuah pemantik yang dirancang khusus dengan ukiran-ukiran sulit di beberapa bagian. Memperhatikan ukiran tersebut lamat-lamat, padahal tidak mengerti sama sekali apa arti dari ukiran itu sebenarnya.
"Oh ayolah, Steve. Jawablah aku dengan kemampuan bicaramu yang hebat itu." ucap seorang pemuda lainnya yang merupakan rekan satu profesi, Kim Jongin.
"Kau jelas mengerti pada saat apa aku harus menunjukkan kemampuan bicaraku yang hebat itu." Pemantik mahal itu tergeletak kembali di atas meja, pemuda bermarga Oh yang baru saja menyentuhnya kembali duduk dengan tenang di sebuah sofa dalam ruangan megah milik Jongin.
"Omong-omong, kau dapat dari mana pemantik seperti itu?" Jongin tersenyum miring, "Sekarang kau tertarik untuk merokok?"
"Aku masih waras untuk itu. Jangan sesekali menularkan virus merokokmu kepadaku, teman."
Setelahnya suara Jongin yang sedang tertawa memenuhi ruangan tersebut. "Lucu sekali," Jongin berkata sambil terkekeh, "Kau bahkan memanggilku teman dengan intonasi yang menyebalkan."
Kali ini Stephen yang tersenyum miring, "Anggap saja itu keahlianku mulai dari sekarang."
"Baiklah, Sehun. Jadi, apa yang membuatmu tertarik dengan pemantik itu? Apa itu ada hubungannya dengan kasus yang sedang kau jalani saat ini.. karena terang saja kau bukan seseorang yang tertarik dengan nilai estetis pada pamantik itu bukan?"
"Kau terlalu banyak bicara, tapi sialnya kau mengatakan hal yang benar tentangku." Stephen Oh atau yang biasa dikenal dengan Oh Sehun itu meminum kopinya dengan gesture yang elegan. "Apa kau pikir seseorang punya motif lebih dari dua untuk melakukan suatu pembunuhan?"
"Kau seseorang dengan tingkat intelektual yang tinggi."
"Jawabanmu sama sekali tidak membantuku, beri aku yang lain."
"Kau detektif jenius, dude."
"Aku menyesal telah merelakan waktuku untuk bertanya padamu." Jongin kembali tertawa mendengarnya, "Dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagiku untuk menjawab pertanyaan tuan detektif."
"Sadarlah, kau juga seorang detektif, tuan."
Jongin mengibaskan tangannya sambil menyesap vodka dari gelas kecil koleksinya, "Aku malas memikirkan kasus di tengah waktu bersantai."
"Sejujurnya kau membutuhkan lebih banyak waktu untuk bersantai, Sehun. Hidupmu bukan untuk menikmati kasus-kasus menyusahkan yang berisi tentang kisah ironi milik orang lain." lanjut Jongin.
"Sayang sekali, aku menikmatinya." Sehun mengucapkannya dengan tegas. "Aku akan menghadiri sebuah pesta malam ini. Mungkin bisa dikatakan sebagai media lain untuk menikmati hidup. Benar?"
Ini yang membuat Jongin berdecak malas. Percakapan antara dua detektif tidak akan pernah berakhir dalam waktu singkat. Keduanya punya alibi yang kuat, disertai dengan alasan yang kuat pula.
"Terserah padamu. Semoga kau menikmati pestanya."
"Kau tau, aku akan melakukannya."
.
.
.
Malam ini, di sebuah gedung mewah milik Akiomi Hashiri seluruh detektif terkenal akan berkumpul untuk menyaksikan siapa yang mendapat penghargaan sebagai detektif paling disegani. Sejujurnya, itu adalah untuk detektif yang paling banyak menyelesaikan kasus dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Namun kelihatannya Sehun punya kosa kata tersendiri untuk menyebutkannya. Dalam ajang seperti ini, jelas saja nama 'Stephen Oh' masuk ke dalam nominasi. Siapa yang tak kenal dirinya? Namanya yang fenomenal selalu menjadi sorotan dalam jejeran para detektif ternama. Salahkan saja kemampuan otaknya yang melebihi batas normal.
Pria itu datang dengan setelan jas mahal yang terkesan elit. Tatanan rambutnya dibuat semenarik mungkin sehingga orang-orang akan menarik kesimpulan apa itu arti dari kesempurnaan yang sebenarnya -ketika melihat ke arah dirinya, tentu saja. Pria itu ingin terlihat berkelas, sama seperti cara-caranya dalam bersikap di hadapan orang banyak. Dan poin tambahan untuk wajahnya yang terbilang begitu tampan, dia juga termasuk buruan para wanita selain klien dan korban kecerdasannya yang menuntut balas dendam.
"Detektif Oh."
Oh ya, begitulah cara mereka menyebut namanya.
Sehun membalikan badannya dan mendapati seorang detektif senior tersenyum dengan seorang wanita yang berdiri merapat di sampingnya.
Dan tidak perlu bertanya kalau wanita itu adalah istrinya.
Ya, istri yang genit.
"Tuan Ryoushi, aku tidak menyangka kita akan bertemu kembali dalam acara seperti ini." Sedikit basa-basi dari Oh Sehun disertai senyuman yang membuat istri seniornya itu menatap dengan penuh permohonan.
Sehun tidak bodoh untuk menangkap sinyal bahwa wanita itu menatap dengan permohonan akan sentuhan darinya.
'Cih, ahjumma dengan wajah seperti badut dan dada melon sama sekali bukan tipeku.'
"Ah, ya." Detektif Ryoushi tertawa sejenak, respon yang terlalu biasa diberikan oleh seorang pria lanjut usia. "Detektif Oh, rasanya lama sekali tidak bertemu denganmu. Bagaimana kabar kejahatan di Seoul?"
"Sama sekali tidak menarik. Hanya beberapa kasus pembunuhan berantai dan balas dendam keluarga." jawab Sehun sambil tersenyum main-main. Dan itu berhasil membuat Ryoushi kembali tertawa karena balasan Sehun yang dipenuhi makna-makna tersirat, khas seorang detektif.
"Kau tidak berubah rupanya," Ryoushi menepuk pundak Sehun, "Bersiaplah untuk membawa piagammu malam ini."
Sehun tersenyum singkat kemudian membungkuk, "Aku sudah lebih dari siap untuk itu."
Ryoushi hanya membalas Sehun dengan senyuman dan anggukan. Setelah itu dia beranjak pergi, masih ditemani wanitanya yang baru mendelik ke arah Sehun karena tidak mendapat respon yang bagus dari pria tampan itu.
"Menyusahkan." lirih Sehun. Pria itu beranjak menaiki lift menuju ke sebuah ballroom di atas sana.
Ruangan utama yang terletak di lantai delapan gedung tersebut adalah tempat yang dianggap strategis untuk menyelenggarakan pesta bagi para detektif. Sehun diundang melalui sebuah surat pribadi dimana nama Kuronichi Shiki menjadi pelengkap di bagian akhirnya. Sebenarnya Sehun tidak tahu siapa orang yang mengaku mengiriminya surat tersebut, tapi begitu mengetahui bahwa acara yang akan dihadirinya adalah suatu acara bergengsi maka Sehun memutuskan untuk hadir saat itu. Apalagi namanya masuk dalam nominasi.
"Oh Sehun!" Sehun kenal suara itu, Kim Junmyeon.
"Oh, hey hyung." Junmyeon mendekati Sehun dengan langkah yang dibesar-besarkan, terlihat menggelikan di mata Sehun.
"Hyung, kau terlalu bersemangat." Junmyeon terkekeh pelan, "Seperti yang kau katakan. Yah, aku tidak menyangka kau akan datang juga."
"Menyebalkan sekali ketika orang-orang mengatakan hal yang sama sepertimu."
"Oh, memang sudah berapa orang yang kau jumpai sampai masuk ke ruangan ini?"
Sehun pura-pura berpikir, "Hm, mungkin 21? Entahlah."
Junmyeon tertawa dan selanjutnya mereka berbicara sesuatu yang berkaitan dengan undangan dan nama aneh Kuronichi Shiki. Sehun cukup beruntung mendapat teman mengobrol yang pas seperti Junmyeon, mengingat dirinya terlalu malas untuk berinteraksi dengan orang-orang yang hanya terlihat baik karena terobsesi pada dirinya.
.
.
Acara kemudian dimulai, semua orang yang hadir bertepuk tangan ketika pembawa acara muncul di atas panggung. Sehun duduk di sebuah meja bundar bersama para detektif lainnya. Suasana dibuat semewah mungkin dengan tatanan barang-barang seni yang luar biasa indah di beberapa sisi.
Ya, seperti yang saat itu dia katakan pada Jongin. Sehun menikmati pesta ini.
Tak lama, tepukan tengan kembali terdengar ketika sosok seorang -ugh Sehun tidak bisa memastikan apakah dia wanita atau pria karena wajahnya yang terlihat cukup manis dari jarak pandangnya saat ini.
"...aku adalah Kuronichi Shiki, orang yang mengirimkan undangan kepada kalian para detektif untuk hadir pada acara malam ini. Yoroshiku, onegaishimasu."
Dan Sehun merasa tidak normal karena pandangannya hanya terfokus pada sosok tersebut. Kuronichi Shika, seorang pria bermata rusa dengan wajah cantik dan postur tubuh kecil untuk ukuran seorang pria. Namanya yang unik dan -agak mirip perempuan- memang sinkron dengan wajahnya yang nyaris menipu.
Sial. Tipe Sehun sekali.
Apakah di Jepang memang terdapat banyak pria cantik seperti itu?
Hingga sosok itu turun dari panggung, Sehun masih menatap tajam sampai sesuatu di dalam dirinya bergejolak. Sehun mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri, tapi tak berusaha melakukan apapun untuk menghadapinya. Sial sekali, di mata Sehun sosok bernama Kuronichi Shiki itu begitu sempurna. Sudah lama sejak terakhir kali dia jatuh pada pesona seseorang, akhirnya dia bisa merasakannya lagi saat ini.
Sehun merasa idiot untuk itu, seorang detektif yang biasa mengandalkan kemampuan berpikir di atas rata-ratanya harus menerima kenyataan bahwa menyukai dan jatuh karena paras seseorang membuatnya seperti orang bodoh. Belum lagi rasa menginginkan yang begitu terasa, Sehun harus menahannya kuat-kuat.
Hey, gengsi Detektif Oh di atas segalanya.
Acara kembali berlanjut. Di depan sana tersaji sebuah hiburan yang dibawakan oleh kelompok pemusik aliran jazz klasik. Semua orang begitu menikmati musik tersebut, terkecuali Sehun atau mungkin ada beberapa yang lain. Bukan karena dia tidak menyukai musik jazz, tapi karena pikirannya yang masih terganggu karena sosok mungil itu. Ini sulit dimengerti ketika kau hanya mendapati sosok yang mengagumkan di matamu dalam waktu singkat tapi bayangannya membekas cukup lama dalam pikiranmu.
Jujur saja jika Sehun membenci kondisinya saat ini. Dia merasa tidak cukup cerdas untuk menyelesaikan masalah sepelenya itu. Tampak Joonmyeon yang sedang tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti tempo musik, ah ya Sehun juga sempat melihat Jongin yang duduk di meja paling depan bersama seorang wanita yang Sehun ketahui bermarga Jung. Pria itu berdecih pelan mengingat bahwa Jongin yang mengaku sebagai sahabat terbaiknya tidak punya keinginan sama sekali untuk menyapanya.
Tapi baiklah, itu bukan masalah penting.
Satu-satunya yang dianggap penting saat ini adalah bagaimana cara Sehun menghentikan pikirannya yang semakin bercabang. Merasa tak punya jalan untuk itu, Sehun berpamitan kepada Junmyeon untuk pergi ke toilet. Setelah Junmyeon mengangguk tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya, Sehun pergi menuju toilet mengabaikan sepasang mata yang sedari tadi memandanginya intens.
Detektif Oh tidak menyadarinya, sama sekali.
Benarkah?
.
.
.
"Kelihatannya kau sedang mendapat masalah, detektif."
Sehun memejamkan matanya kemudian mendesah malas. Nalurinya memang selalu benar akan segala bentuk kejahatan yang mengintai.
Yah, mari kita beri judul 'kejahatan' untuk peristiwa yang dihadapinya saat ini dan begitu pula selanjutnya.
"Mantan ketua kelompok investigasi khusus kepolisian Tokyo, anak dari inspektur terkenal Tokio Akibichi dan pemilik sah 20% saham di Yunteiju corp. Mendapat penghargaan sebagai investigator terbaik berturut-turut dalam kurun waktu tiga tahun, bahkan kau baru saja mengembangkan sahammu untuk bisnis yang lain di New York bersama Mr. Kennedy, berharap untuk satu sentuhan dari seorang pria yang bahkan baru akan memasuki umurnya yang ke dua puluh tahun ini. Apa kau terlalu menyukaiku, nona Moriyou?"
Suara tepukan tangan menggema di ruang toilet yang terdapat Sehun dan seorang wanita genit bernama Moriyou Akibichi di dalamnya. Ya, Sehun tetap memanggilnya si genit sejak wanita itu memberi kode-kode menyebalkan saat Sehun berbicara dengan suaminya, Detektif Ryoushi.
"Aku heran mengapa setiap detektif selalu hapal tentang kehidupan pribadi seseorang, seperti yang sering kulihat di film-film." ucap Moriyou yang tengah berdiri dengan jarak sekitar tiga meter di depan Sehun. Pakaiannya yang terlihat kurang bahan membuat Sehun semakin berdecak. Oh, tentu saja itu memancing amarah Moriyou karena merasa dirinya dilecehkan.
"Seorang detektif harus mengingat seluk-beluk membosankan tentang kehidupan korbannya. Dari situlah semua rahasia yang menyusahkan akan terungkap." jawab Sehun sambil menyunggingkan senyum tampannya.
Moriyou tampak melangkahkan kakinya menuju Sehun dan berhenti tepat setelah dirasa jaraknya antara Sehun cukup dekat. Wanita itu melingkarkan kedua lengannya di leher Sehun sedangkan pria itu hanya memandanginya datar.
"Harusnya aku benci sekali dengan seorang bocah yang cerewet sepertimu."
"Kau baru saja mengakui kebodohanmu di depan seorang bocah, nona."
Moriyou terkekeh pelan lalu semakin merapatkan tubuhnya dengan Sehun. "Kau terlalu hebat untuk seorang lelaki yang baru akan memasuki usia ke dua puluh."
Sehun masih terdiam, menunggu aksi lainnya yang akan dilancarkan oleh wanita menyebalkan di hadapannya. Moriyou semakin gencar dengan mengelus rahang Sehun dan merapikan kerah Sehun ditambah gerakan sensual.
Uh, menjijikan sekali.
Sehun berharap ini akan cepat berakhir karena dia tidak biasa memperlakukan seorang wanita dengan kasar. Tepat ketika Moriyou berusaha meraih bibir Sehun dengan bibirnya, tiba-tiba saja wanita itu terbatuk-batuk membuat kakinya melangkah mundur dengan sendirinya. Sehun masih enggan bergerak dari tempatkanya, oleh karena itu dia memperhatikan tingkah Moriyou yang membingungkan.
DEG
Sehun membelalakan matanya ketika menyadari sesuatu. Itu...itu adalah...
JDARR
Dengan berakhirnya suara tembakan yang menggema di toilet itu, tubuh Moriyou pun jatuh dan berakhir dengan darah yang keluar dari punggungnya. Terlihat cukup mengenaskan di mata Sehun, karena dia pernah melihat yang lebih mengenaskan daripada ini.
Tapi, yang lebih membuatnya terkejut adalah orang yang menembak Moriyou dari belakang. Sosok itu, Kuronichi Shiki. Sosok yang baru saja ia kagumi karena paras cantiknya, dan sekarang pria itu sedang berdiri di depan pintu dengan memegang sebuah pistol sambil tersenyum miring. Di bibirnya terdapat cairan merah yang Sehun tidak tahu itu apa, seolah pria itu menggunakan lipstik berwarna merah coral. Tapi, untuk apa?
"Terkejut, tuan detektif?" Suaranya yang lembut ikut menggema di dalam toilet tersebut, membuat Sehun lebih berhati-hati terhadap setiap gerakannya.
"Tidakkah kau berniat untuk berterima kasih kepadaku karena telah menyelamatkanmu dari wanita jalang ini?" lanjut Shiki setelah berjalan melewati mayat Moriyou dan berhenti tepat di hadapan Sehun.
Sehun sendiri semakin bingung dengan motif Shiki yang membunuh Moriyou, jelas sekali jika ini pembunuhan berencana. Dan seorang pria mungil yang menjadi pelakunya.
Manis sekali.
"Untuk apa aku berterimakasih kepada seorang pembunuh?"
"Eh? Pembunuh?"
"Dari caramu melakukan kejahatan terhadap Moriyou, kau pasti sudah berpengalaman. Bukan begitu?" Sehun menempatkan telapak tangannya pada pipi Shiki yang terasa lembut. Tapi sayang selembut apapun kulitnya dia tetap seorang pembunuh.
Kelompok orang yang begitu Sehun benci.
Shiki tersenyum manis seolah dia tidak mengerti tentang topik bunuh-membunuh yang baru saja Sehun katakan padanya.
"Kau baru saja memakan cherry?" tanya Sehun dengan matanya yang terkunci pada bibir Shiki.
"Sugoi.. Seorang detektif memang selalu tahu apapun yang orang lain tidak tahu." jawab Shiki dengan tangan yang tiba-tiba menarik dasi Sehun sehingga leher detektif itu tertarik dan membuat wajah keduanya semakin mendekat.
"Dengan cara makan seperti anak kecil?"
"Keberatan untuk membersihkannya?"
Shiki menempatkan bibirnya yang berlumuran sari-sari cherry ke bibir Sehun. Pria mungil itu tiba-tiba bertransformasi menjadi seorang yang agresif. Sehun yang memang sudah tertarik sejak awal segera membalas lumatan Shiki pada bibirnya. Ciuman panas tak terhindari dengan Shiki yang asik meremas rambut Sehun karena kenikmatan yang ia dapat dan Sehun yang mengelus punggung Shiki sambil tetap melumat. Sebelah tangan Shiki membimbing tangan Sehun untuk turun ke bagian bokongnya.
"Mmh..." desah Shiki yang kemudian membuka matanya sambil tetap berciuman. Menyaksikan betapa hebatnya seorang Oh Sehun yang mendominasi permainannya kali ini. Kedua mata yang tajam itu tertutup dengan lidah yang mulai menginvasi mulutnya yang kecil.
Sehun juga tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini akhirnya. Awalnya dia digoda oleh seorang wanita tak tahu diri dan berakhir dengan tergoda oleh seorang pria cantik yang tengah mendesah kecil karena sentuhannya saat ini. Dan dunia harus tahu bahwa ini pengalaman pertamanya menyentuh orang lain, dengan begitu intim.
Baru saja Sehun berniat membuka kancing kemeja pria di hadapannya itu, tiba-tiba dadanya terasa sakit. Pria itu terbatuk kecil sehingga ciuman di antara keduanya terlepas. Tangannya menekan-nekan dadanya sendiri agar rasa sakitnya berkurang tapi percuma. Dilihatnya Shiki yang berdiri dengan penampilan yang berantakan, sungguh menggoda. Tapi sial seribu sial Sehun baru mempercayai nalurinya yang mengatakan bahwa bentuk kejahatan yang mengintainya belum berakhir sampai dimana dia lebih percaya bahwa Shiki hanya mengincar Moriyou saja, sehingga dia dapat memecahkan kasus barunya itu setelah bercumbu dengan sang pelaku.
Tindakan paling idiot yang Sehun pernah lakukan.
"Maafkan aku, Detektif Oh. Kau begitu hebat sehingga membuatku ingin melakukannya denganmu, tapi terpaksa aku harus mementingkan pekerjaanku." ucap Shiki dengan ekspresi bersalah yang dibuat-buat.
"Uhkk...k-kau, sial!" umpat Sehun ketika baru menyadari bahwa itu adalah racun, bukan cherry. Sekali lagi, dia tertipu.
Shiki hanya tersenyum lalu mendekati Sehun yang mulai jatuh terduduk karena tidak bisa menahan bobotnya. Pria misterius itu menarik dasi Sehun untuk kedua kalinya dan beralih mengecup bibir Sehun dengan gerakan yang cukup sensual.
"Terima kasih karena telah menikmatinya. Seorang detektif sepertimu memang tidak harus mengetahui tentangku dan apa yang baru saja kulakukan secara live di depanmu. Hahaha."
"Merci bien, Monsieur."
.
.
.
to be continued
.
Yoyoyo, salam kenal - author baru di sini. Sebenarnya bukan baru sih, cuma...semacam kembali lagi dan memulai awal yang baru haha. Oh ya ada sedikit yang mau disampaikan, cerita ini terinspirasi dari anime Detektif Conan hehe pasti pada tau pan ya. Saya buatnya sekali jadi/? kalo ada typo dan semacamnya mohon dimaklumi. Dan...ya, mungkin ada yang pernah baca ff The Deadly Sunlight atau Long Kiss Good Bye? Itu memang ff saya dan tidak dilanjutkan dulu (saya hapus) karena saya belum yakin sama kedua cerita itu. Maaf banget labil huhu-v semoga readers suka dengan cerita yang satu ini.
p.s:diharapkan untukreaders yang masih di bawah umur supaya jangan baca dulu wkwk saya gamau mencemari otak kalian walaupun saya sadar sudah mencemari otak readers yang lain. Maafkan juga untuk adegan-adegan dewasanya gaez.
Ya mungkin segitu dulu dah, maaf terlalu panjang/? please leave your reviews and xiexie!
.
luhem7
