YIFAN X JUNMYEON (GS)
.
PROMISE
(CHAPTER 1)
.
a/n : remake-an ini tidak sama persis dengan aslinya. Menyesuaikan feel author yang sekarang. Ah.. ini aslinya juga FF aku kok..
.
.
AUTHOR SIDE
.
"PERTARUNGAN MALAM INI KEMBALI DIMENANGKAN OLEH MASK..! ITU ARTINYA MASK AKAN BERTARUNG DENGAN KANG MINHYUK DI SEMI FINAL..!" wasit itu berteriak di tengah-tengah ring. Mengangkat tangan sang pemenang pertandingan, pria yang menutupi sebagian wajahnya dengan topeng. Seluruh penonton bersorak meneriaki namanya. Senyum yang terlihat setengah diwajahnya menandakan kepuasan.
Mask berjalan menuju ruangannya bersama sang pelatih. Tak ada yang pernah melihat wajah asli laki-laki itu, selain keluarga dan pelatihnya.
"Fan.."
"Hyeong, tak ada yang boleh memanggil namaku selain berada dirumah..!" tatapan tajam itu langsung dilayangkan oleh Mask.
"Maaf..." ucap si pelatih dengan senyum terkulum.
"Bukan masalah, Hyeong. Hari ini aku pulang ke rumah tidak ke apartemen.."
"Hati-hati. Jangan sampai ada yang mengikutimu.."
Mask meraih kunci mobil yang terletak diatas meja kaca. "Hyeong aku membawa mobilmu. Kau bawa mobilku dan tidurlah di apartemenku.."
"Ya.."
Mask melepas topengnya, diganti dengan masker dan topi bewarna hitam. Mask berjalan keluar, tak banyak yang menyorot kearahnya dengan tampilan seperti ini. Dengan langkah panjang di capainya mobil hyundai pengeluaran terbaru itu. Tujuan Mask adalah kerumahnya. Rumah yang sebenarnya dimana ada sang istri yang menunggu disana.
.
GANGWON-DO
.
Mask telah memasuki kawasaan Gangwon-do. Mobil itu mengarah pada bukit kecil di dekat pantai. Sebuah rumah yang tak begitu besar dengan udara yang sejuk telah terlihat. Jam menunjukan jam 4 pagi. Mobil terparkir dan Mask bergegas masuk kedalam rumah.. Langkahnya mengendap-endap memasuki rumah. Kakinya melangkah kelantai dua dimana hanya ada kamar mereka yang terbuka. Lantai dua digunakan hanya untuk kamar mereka. Sisi kanan kamar yang menghadap kepantai hanya ditutupi kaca tinggi yang lebar. Mask melepas jaket kulitnya. Perlahan dinaikinya tempat tidur ukuran king size dengan alas bewarna putih. Seorang wanita dengan piyama tidurnya masih terlelap.
Mask menarik wanita itu mendekat dengan tubuhnya. Jari-jari panjangnya membelai lembut wajah putih wanita itu. Senyum manis itu tergambar diwajahnya yang banyak luka lebam ketika wanita itu mulai mengerjapkan matanya. Dikecupnya sekilas bibir kecil pink itu. Mata bulat itu terbuka sempurna.
"Oppa..?" suara lembut itu mengalun indah di dalam ruangan.
"Mmhh.." Mask hanya tersenyum menerima panggilan itu.
Tangan wanita itu tergerak untuk menyetuh lebam di wajah suaminya "Apakah ini tak bisa dihentikan..?" suaru itu terdengar menyedihkan.
"Sabarlah. Sebentar lagi aku akan keluar dari dunia tinju.."
"Benarkah..? Kau selalu berjanji tuan Wu Yifan.."
"Aku selalu menepati janjiku, Wu Junmyeon.."
Junmyeon tersenyum lembut "Nanti ku obati luka-luka itu.." setelahnya mencium ujung bibir Yifan yang memar.
"Good Morning.." sapa Yifan. Laki-laki itu mulai mendekatkan wajahnya pada sang istri. Mengerti akan gerak-gerik sang suami, Junmyeon mengalungkan lengannya di leher Yifan. Pagi ini Junmyeon mendaptkan ciuman hangat suaminya.
Junmyeon melepas ciuman itu. "Jam berapa sekarang..?"
Yifan melihat jam di atas nakas "Jam setengah lima.."
"Masih ada waktu.." Junmyeon mendorong tubuh Yifan dari atasnya. "Ayo melihat matahari terbit di pantai.." dan turun dari kasur.
Yifan tak dapat membantah kalau sudah menemukan kata matahari terbit dan terbenam. Istrinya sangat mencintai dua hal itu yang menyebabkan Yifan membuat rumah di sini sebagai rumah sesungguhnya.
"Gantilah pakaianmu."
"Setelah dari pantai kita berbelanja ke pasar..?" pintanya.
"Ya. semuanya akan kuturuti.." Yifan tidak pernah tersenyum begitu hangat, hanya kepada istrinya.
Tiba-tiba Junmyeon melompat kembali keatas kasur dan memeluk tubuh Yifan erat "Sarangahe oppa.." dan berlari cepat menuju kamar mandi mereka. Yifan berjalan kekamar mandi dan saat pintu terbuka, terlihat
Junmyeon ingin melepas piyamanya.
"OPPA..!" pekiknya kaget.
"Apa..? Aku hanya ingin mencuci muka dan menggosok gigi. Tak perlu takut aku akan mengintip. Lagi pula aku sudah berkali-kali melihat semuanya.." ucap Yifan dan meraih sikat gigi di dekat wastafel dan saat bersamaan dia menerima lemparan piyama Junmyeon dari ruang shower.
"Jangan berfikiran mesum pagi ini.." kesal Junmyeon.
Yifan hanya terkekeh sambil menggosok giginya.
.
JUNMYEON SIDE
.
Hari ini suamiku pulang. Saat ini aku sedang berjalan dalam gandengannya menuju pantai. Ini salah satu kebahagiaan yang ku punya. Aku mengangakat pandangan untuk melihat wajah lebamnya. Dia membuatku bahagia dan sakit disaat bersamaan. Kami sudah tiba di pesisir pantai. Segera kuambil posisi yang pas untuk melihat matahari terbit. Kujatuhkan kepalaku di bahunya.
"Oppa, kapan janji itu akan ditepati..?" tanyaku.
Kurasakan tangannya membelai ujung rambutku. Bibirnya mencium puncak kepalaku.
"Aku sudah membicarakannya pada Luhan hyeong. Ini pertandingan terakhirku. Aku masuk semifinal. Jika semifinal ini kalah itu pertandingan terakhir. Jika masuk final berarti final pertandingan terakhirku, sayang.." jelasnya. Sejujurnya aku mengharapkan dia kalah di semi final. Tak mungkin ku ucapkan karna akan mengecewakannya.
Kuangkat kepalaku dan menatapnya. "Oppa ingin menang atau kalah..?"
"Akan kujadikan ini kemenangan terakhirku untuk membanggakan baby Wu nanti.." jawabnya.
Sesuatu yang jauh disana mulai menyilaukan. Ku tolehkan kepalaku pada ujung pantai. Matahari sudah mulai terbit dari tempatnya. Semakin lama cahaya itu semakin menyilaukan.
Sudah berkali-kali aku melihat matahari terbit semenjak aku berkencan dengan Yifan oppa. Tiga tahun yang lalu hingga sudah menjadi istrinya satu tahun yang lalu tetap saja setiap matahari terbit yang ku lihat akan memiliki pesonanya sendiri. Matahari telah keluar sempurna dari persembunyiannya.
"Sudah selesai melihatnya..?" tanya Yifan oppa.
"Sudah. Ayo ke pasar.." aku bangun dari dudukku.
Yifan oppa menahanku. "Tunggu saja disini. Aku akan menjemput mobil dulu.." dan dia sudah mulai berjalan menjahuiku.
.
SOMEONE SIDE
.
Laki-laki dengan kaos hitam, jeans, kacamata hitam, dan topi tampak mengintai gerak gerik Yifan dan Junmyeon
"Bos sepertinya benar dugaan saya.." serunya yang sedang berhubungan dengan seseorang lewat telpon.
"Benar bagaimana maksudmu..?"
"Yang pulang pertama setelah pertandingan malam tadi adalah Mask bukan pelatihnya.."
"Kau yakin..? karna orang suruhan ku yang mengikuti Mask hingga apartement nya juga menyatakan itu Mask.."
"Saya akan memastikannya lebih dulu.."
"Baiklah, hubungi aku lagi kalau ada berita baru.."
.
AUTHOR SIDE
.
Yifan dan Junmyeon sudah berada di pasar. Hari ini suasana hati Junmyeon benar-benar baik. Setiap berhenti di kios manapun di pasar, dia akan mengenalkan Yifan sebagai suaminya dengan bangga. Padahal sudah beberapa pedagang yang mengetahuinya. Yifan sebagai seorang Wu Yifan bukan penyamarannya yaitu Mask.
"Bibi Jung..!" seru Junmyeon berlari kecil menuju kios ikan di pinggiran pasar.
"Aigo, Junmyeon-i jangan berlari-lari seperti itu. Bagaimana kalau kau terjatuh, aku akan dimarahi suamimu nanti.." cecar Bibi Jung pada Junmyeon.
"Aku tidak akan memarahi Bibi kalau itu memang salah istriku.." jawab Yifan di belakang Junmyeon.
Bibi Jung keluar dari kiosnya. Menghampiri Yifan dan Junmyeon. "Kau berada disini, nak..? Kapan pulang..? Aish wajahmu menjadi kurang tampan lagi dengan warna biru itu. Tapi sepertinya kau akan selalu tampan.." keluh Bibi Jung.
Yifan membungkuk pada Bibi Jung. "Aku baru pulang pagi ini. Dan langsung diajak berbelanja oleh istriku yang manja ini, Bibi. Bahkan dia tak mengobati luka diwajahku dulu.." adu Yifan manja pada Bibi Jung.
"Bibi, kau melupakanku..? bahkan disaat wajah Yifan oppa babak belur saja, Bibi masih meliriknya. Apa tampannya suamiku ini dengan memar biru itu.." kesal Junmyeon dan bersedekap dada kesal.
"Bibi, istriku memang seperti ini.." Yifan merangkul bahu Junmyeon.
"Seperti apa..? manja..? iya..?" tanya Junmyeon kesal menatap tajam Yifan disampingnya.
"Tidak, istriku ini cantik.." Yifan mencium pipi Junmyeon lembut.
"Aish, anak ini jangan bermesraan di pasar.."
"Bibi datanglah kerumah malam ini.." undang Yifan.
"Ada acara apa..?"
"Tidak ada. Hanya ingin berkumpul saja dengan Bibi. Mungkin Bibi ingin melaporkan kemanjaan istriku ini selama dua minggu ku tinggal.."
"Baiklah, aku akan membawa buku kemanjaan istrimu nanti malam.."
"Bibi..!" rengek Junmyeon lucu.
Bibi Jung hanya tertawa. "Aku akan membuat menu ikan special untuk kalian. Nanti malam saja kuantarkan ikan pesanan kalian kerumah. Bagaimana..?"
"Baiklah.." jawab Yifan dan merangkul mesra pinggang Junmyeon.
"Kalian cepatlah pulang. Jangan bermesraan di tempat umum. Aku malu anak-anakku pamer kemesraan di pasar.." usir Bibi Jung.
"Sampai bertemu nanti malam, Bibi.." pamit Yifan dan Junmyeon
.
SOMEONE SIDE
.
"Bos mereka menyebut nama laki-laki itu Wu Yifan dan istrinya Nyonya Wu Junmyeon.."
"Bodoh, kau tau Mask tak memiliki keluarga di Korea. Keluarganya berada di China, dan itu pun hanya kakak nya. Apa kau bilang..? istri..? Mask itu belum menikah bodoh.."
"Tapi Tuan Wu itu sangat mirip dengan Mask, bos.."
"Sudahlah jangan mengada-ngada lagi. Sekarang kau balik ke Seoul. Aku membutuhkan tenagamu disini.."
"Baik bos.." jawab pria itu. "Lihat saja aku akan membuktikan Tuan Wu itu adalah Mask. Meskipun aku tak begitu yakin dengan kemiripan wajahnya. Tapi sebagian wajahnya benar-benar terlihat sama. Aku akan membuktikannya.."
.
AUTHOR SIDE
(DUA MINGGU KEMUDIAN)
.
Dengan bujukan yang susah payah dilakukan Yifan, akhirnya Junmyeon pergi ke Seoul bersama Bibi Jung untuk melihat pertandingan semi final Yifan. Semenjak pacaran Junmyeon tak pernah melihat pertandingan Yifan. Ini adalah pertama kalinya dia datang. Masalah identitas Yifan sebenarnya yang disembunyikan beralasan karna dia tak ingin keluarganya di ganggu oleh rival-rivalnya.
Meskipun sebagian dari kebohongan publik yang dibuatnya merupakan kenyataan. Kakaknya memang menetap di China bersama keluarganya. Wu Hangeng dan istrinya Wu Heechul. Dia tak terlalu begitu memikirkan keamanan kakaknya atas kelakuan gila rivalnya. Hangeng di China sebagai seorang pengusaha terkenal yang sudah pasti memiliki pengamanan yang ketat.
Yang disembunyikan oleh Yifan hanya istrinya. Kim Minseok yang merupakan dokter pribadi Yifan sekaligus tunangan dari Maneger Yifan –Oh Luhan- pernah di sekap selama 3 hari hanya untuk mengancam Yifan dan Luhan. Bagaimana kalau rival-rivalnya mengetahui tentang istirnya. Tak pernah terbayangkan sedikit pun dalam benak Yifan bahwa sang istri akan tersakiti.
Pertandingan malam ini sudah di mulai. Para peenonton sudah mulai memasuki arena pertandinga. Junmyeon menggenggam erat tangan Bibi Jung. Matanya sudah mulai merah menahan air matanya. Bahkan Yifan dan sang lawan belum memasuki ring. Sebenarnya Minseok berniat ingin menemani Junmyeon juga. Namun di bantah keras oleh Yifan. Jika Junmyeon berada di dekat Minseok, itu dapat mengundang tanda tanya bagi para rivalnya. Ada hubungan apa dokter pribadi dan tunangan maneger Mask dengan Junmyeon.
Junmyeon dan Bibi Jung sudah mendudukan diri pada tempatnya. Mereka memilih tempat di atas, agar Junmyeon tak terlalu dekat melihat Yifan di ring. Wasit mulai masuk kedalam area. Menyapa para penonton. Junmyeon sudah menangis sesegukan dengan tubuh bergetar. Bibi Jung menenangakan Junmyeon, dan merengkuh tubuh itu dalam pelukannya.
"Nona, tak bisakah anda berhenti menangis..? kalau anda takut menonton pertandingan ini tak perlu menonton.." kesal sebuah suara yang berada di bangku bawah Junmyeon dan Bibi Jung.
"Aish.. kau bocah kecil diamlah. Putriku sedang menangis, tak perlu kau urusi..!" bentak Bibi Jung dan memberikan tatapan kesalnya pada remaja itu.
"Maaf Bibi.." laki-laki itu membalikan badannya dengan wajah takut.
Junmyeon yang mendengar bentakan itu berhenti menangis. Melepas pelukan Bibi Jung dan menatap takjub wajah paruh baya itu. "Aku belum pernah melihat Bibi marah seperti tadi..?"
"Karna kau anak yang baik dan manis, jadi aku tak pernah kasar saat di depanmu" jawab Bibi Jung. Jari tangan yang mulai keriput itu menghapus jejak airmata di pipi Junmyeon. "Sudahlah putriku tak boleh menangis lagi. Jika kau menangis Mask akan kalah dalam pertandingan ini nanti.." ujar Bibi Jung menghibur.
"Mwo..?! Bibi dan noona adalah penggemar Mask..? Ternyata kita satu aliran.." celetuk remaja laki-laki tadi kembali berbalik badan melihat Junmyeon dan Bibi Jung.
"Yak bocah kecil kenapa kau kembali ikut campur..?" Kesal Bibi.
"Wah, ternyata noona cantik juga..? Namaku Oh Sehun, noona cantik.." Sehun menjulurkan tangannya ke hadapan Junmyeon.
Tangan itu di tepis Bibi Jung dengan kasar "Putriku sudah memiliki suami.."
"Aku hanya ingin berkenalan saja dengan putri Bibi. Mungkin saja aku bisa jadi selingkuhan nonna cantik ini.."
Belum Bibi Jung ingin membalas perkataan Sehun, seorang laki-laki datang dan langsung memarahi Sehun.
"Yak..! Adik kurang ajar. Mengapa kau tak menungguku hah..! bukankah sudah ku katakan untuk menunggu ku keluar dari kamar mandi. Kau tau aku pusing mencarimu..? aku pribadi tak peduli kau hilang, yang aku perdulikan kelangsungan hidupku saat aku pulang tak membawa anak bungsu keluarga Oh, aku akan di jadikan kimchi saat itu juga oleh eomma.." kesal Laki-laki itu.
"Aish Yeonseok hyeong kau berlebihan sekali. Sudah duduklah, intinya sekarang kau sudah menemukanku.." jawab Sehun santai, kembali berbalik menghadap Junmyeon.
"Noona siapa namamu..?" Tanya Sehun lagi.
Yeonseok menjewer telinga Sehun. "Yak..! hyeong appo.. hyeong appo..!" ringis Sehun.
Yeonseok berbalik badan menghadap Bibi Jung dan Junmyeon "Maaf atas kelakuan adikku. Dia memang sedikit gangguan jiwa.."
"Mwo..!" pekik Sehun.
"Sekali lagi, maaf.." bungkuk Yeonseok. Selanjutnya di menatap tajam Sehun "Dan kau jangan mengganggu gadis lain, disaat kau tak bersama Jongin calon adik iparku. Mengerti..!" tegas Yeonseok.
"Lepaskan tanganmu dari telingaku.." sungut Sehun.
Junmyeon dan Bibi Jung hanya tertawa melihat kelakuan dua laki-laki itu. Wasit sudah mulai memanggil para pemain. Sampai akhirnya nama Mask diteriakan wasit. Sehun dan Yeonseok berdiri dan bersorak mendukung Mask.
.
JUNMYEON SIDE
.
"Mereka sangat mendukung suamimu.." bisik Bibi Jung tepat di telingaku.
"Ya.." balasku.
Oppa mereka semua sangat mendukungmu. Aku sangat bahagia banyak yang menyayangi dan mendukungmu selain aku dan keluarga yang lain. Aku melihat kau tersenyum saat mengitari ring dan menyapa pendukungmu. Aku melihat kebahagiaan saat kau berada di atas sana. Oppa, apakah aku sanggup menonton pertandingan ini..?
Seorang wanita sudah berjalan mengitari ring sambil membawa papan bertulisakn "Round 1" yang berarti pertandingan akan segera dimulai.
"Jika tidak kuat jangan dilihat, nak.." seru Bibi Jung.
"Aku kuat, Bibi Jung.." jawabku.
Minhyuk dan Yifan oppa memulai pertandingan. Gertakan-gertakan sudah mulai dilancarkan. Tuhan selamatkan Yifan oppa. Air mataku menetes ketika sebuah kepalan tangan dengan sarung tinju itu mengenai wajah Yifan oppa.
"Argh..!" seakan aku mersakan sakitnya.
"Nak,kau baik-baik saja..?" Bibi Jung merangkul tubuhku.
"Aku baik-baik saja.." jawabku. Namun aku memeluk tubuh Bibi Jung kuat, menyenderkan kepalaku pada bahunya. "Bolehkah aku seperti ini..?" tanyaku.
"Tentu saja. Carilah posisi nyamanmu.." sahut Bibi Jung.
.
AUTHOR SIDE
.
Ronde ke-enam sudah terlewati. Saatnya memasuki ronde ke-tujuh. Masing-masing petinju sudah memilik lebam di wajah mereka. Luhan tampak memberi instruksi pada Yifan sambil memijat pelan lengan Yifan untuk meregangkak otot-otot Yifan.
"Kau bisa Mask.."
"Ne, hyeong.."
Gadis pemegang papan Ronde sudah memulai aksinya. Pertandingan semakin sengit. Berulang kali Yifan menghindar dan dengan cepat menyerang Minhyuk. Sampai akhirnya hal itu terjadi. Minhyuk tampak dengan sengaja menendang keras lutut Yifan. Membuat Yifan langsung berlutut dengan sebelah kaki. Luhan yang melihat pelanggaran keras itu langsung memasuki ring dan memeriksa keadaan Yifan. Luhan mengatakan bahwa ini sudah pelanggaran keras. Dengan bukti yang kuat, Kang Minhyuk di diskualifikasi dari pertandingan yang menjadikan Yifan sebagai pemenangnya.
"Oppa..!" pekik Junmyeon tertahan. Di peluknya kuat tubuh Bibi Jung. Menangis tanpa hentinya. Tangisannya tak begitu terdengar karna sorakan para penonton atas pelanggaran Minhyuk.
"Oppa.." lirih Junmyeon.
Bagaimana hati Junmyeon tak sakit melihat itu semua. Saat awal pukulan yang diterima Yifan saja sudah seperti cambuk padanya, apalagi saat melihat kejadian tadi. Terlebih melihat Luhan langsung masuk kedalam ring, membuat Junmyeon semakin menjadi. Itu artinya Yifan dalam keadaan yang parah, sampai Luhan harus masuk kedalam ring dan mengajukan protes keras terhadap wasit, dengan akhir pendiskualifikasian Minhyuk dari pertandingan.
"Op… oppa.." suara itu tersekat dan kepala Junmyeon jatuh terkulai di bahu Bibi Jung.
"Junmyeon-i..? nak..?" panik Bibi Jung yang melihat Junmyeon yang pingsan di bahunya.
"Mask..! sadarlah..!" Luhan mengguncang tubuh Yifan untuk mengembalikan kesadarannya.
"Junmyeon-i.." ucap Yifan sebelum benar-benar hilang kesadarannya.
Ruangan dengan nuansa putih itu di selimuti ke khawatiran Bibi Jung yang menggenggam tangan Junmyeon.
"Eugh.." lenguh Junmyeon setelah mendapat kesadarannya. Perlahan kelopak mata itu terbuka. Mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya lampu dengan matanya.
"Junmyeon-i.." panggil Bibi Jung.
Junmyeon menoleh kearah suara itu "Bibi Jung.." sahutnya.
"Kau sudah sadar, nak. Apa masih pusing..? aku akan memanggil Minseok-ssi kemari.." ucap Bibi Jung lembut.
"Minseok eonni..?" ulang Junmyeon. Detik berikutnya matanya membulat "Yifan oppa..? Yifan oppa dimana..? Bagaimana keadaannya..? apa dia baik-baik saja..? Bibi aku hanya bermimpi bukan..?" tanya Junmyeon yang kini sudah terisak.
Bibi Jung memeluk tubuh yang bergetar itu lembut. "Tenanglah, nak. Yifan sedang beristirahat di kamar inapnya bersama Luhan-ssi.."
"Bibi aku ingin bertemu dengannya.." pinta Junmyeon dan mencabut jarum infus di punggung tangannya. "Argh..!" erangnya saat benda tajam itu sudah tak melekat lagi di kulitnya.
Cklekk..
Pintu terbuka memperlihatkan seorang gadis dengan balutan dress putih beserta blazernya. "Junmyeon-i.." panggilnya yang melihat Junmyeon berusaha turun dari ranjangnya.
"Eonni, Yifan oppa dimana..? bagaimana keadaannya..?" Buru Junmyeon dan berjalan tertatih mendekati Minseok.
"Junmyeon-i kau belum bisa bertemu dengan Yifan. Masih banyak wartawan di sekitar rumah sakit. Kau tenang saja, Hangeng dan Heechul sudah berada disana untuk menjaganya.."
"Oppa dan eonni tiba dari China..?"
"Luhan oppa langsung mengabari Hangeng. Beliau beserta istri dan putrinya langsung terbang kesini.."
"Eonni aku mohon. Aku ingin melihat keadaan Yifan oppa.."
Minseok mendesah kesal "Apa yang akan kau berikan jika aku mengizinkanmu bertemu dengan Yifan..?" tanya Minseok.
Junmyeon terdiam akan pertanyaan Minseok.
"Junmyeon-i bersabarlah sebentar saja. Jika aku mengizinkanmu bertemu dengan Yifan, maka saat dia bangun aku sudah di bunuh olehnya. Kau tega membiarkan Luhan oppa frustasi karena ditinggal tunangannya..?" Tutur Minseok yang membuat Bibi Jung tersenyum geli mendengarnya.
"Sampai berapa lama eonni..?" Tanya Junmyeon yang mencoba mengalah.
"Tunggu beberapa jam lagi.." Jawab Minseok.
Tok..tok..
Sebuah ketukan dari pintu mengalihkan pembicaraan ini. Seorang suster masuk kedalam kamar inap Junmyeon.
"dokter Kim.." Salam suster itu dan membungkuk pada Minseok.
"Kau ingin memeriksa keadaan Junmyeon..?" Tanya Minseok.
Junmyeon memperhatikan suster itu teliti. "Eonni bagaimana kalau aku menyamar sebagai seorang suster..?" ucap Junmyeon dengan mata tak lepas dari suster itu.
"Mwo..!" Kaget Minseok.
.
.
To Be Continue
.
.
a/n : ketemu lagi dengan GS.. dan kali ini remake. Ini FF dari tahun 2013. Awal mula masih ikutan ujian masuk universitas sekarang lagi tugas akhir. Silahkan diberi pendapat atas FF ini. Kalau mau dilanjut mah hayuk.. kalau nggak mah juga hayuk.. sesukannya kalian aja yang baca..
.
.
