Nerd or Beauty?
Main Casts : Oh Sehun and Xi Luhan (GS)
Support Casts : Find it by yourself
Genre : AU, Fluff, Marriage Life, Romance
Length : Oneshot
2017©Summerlight92
Warning : Mature Content!
Luhan berjalan seorang diri menyisiri lorong kampus yang mulai sepi. Dia hendak membereskan beberapa barang yang ada di lokernya. Mengingat dua minggu lagi Luhan akan mengikuti wisuda dan resmi lulus dari kampus ternama di Seoul tersebut. Luhan menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, kurang lebih 3,7 tahun. Dia bahkan mendapat predikat sebagai mahasiswi lulusan terbaik, dan dipercaya sebagai perwakilan dari wisudawan untuk memberikan sambutan pada acara wisuda nanti.
Ya, kecerdasan Luhan memang tidak perlu diragukan lagi. Sejak kecil, dia sudah menorehkan berbagai prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Orang tuanya bahkan menyiapkan satu ruangan khusus untuk mengoleksi piala ataupun piagam yang diperoleh Luhan sejak bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah.
Namun semenjak Luhan memulai bangku perkuliahan, orang-orang seolah menutup mata batin mereka, dan enggan mengakui kecerdasan Luhan. Mereka cenderung memberikan tatapan mencemooh, berkat penampilannya yang terbilang kuno alias ketinggalan zaman.
Luhan bahkan dijuluki si kutu buku karena memakai kacamata berbingkai tebal. Belum lagi tatanan rambutnya yang selalu dikepang dua. Benar-benar membuat Luhan seperti gadis dari desa terpencil yang kini terdampar di kota besar. Orang-orang di kampus Luhan menganggapnya sebagai sampah. Karena dianggap mengotori pemandangan kampus dengan penampilannya yang tidak modis.
Sayangnya, mereka tidak tahu jika Luhan adalah definisi dari kata sempurna.
Luhan itu sebenarnya cantik seperti bidadari. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat wujud asli Luhan. Kacamata berbingkai tebal itu menyembunyikan mata rusa Luhan yang bening. Warna hitam itu menyembunyikan rambut cokelat madu Luhan yang begitu halus. Lalu di balik pakaian super kunonya, Luhan memiliki bentuh tubuh s-line sempurna, dengan payudara sintal dan bokong kencang.
Lantas apa yang membuat Luhan berpenampilan demikian?
Semua dia lakukan karena sikap posesif suaminya, Sehun.
.. Nerd or Beauty ..
Satu minggu sebelum hari wisuda Luhan.
Pagi ini, Luhan ada janji bertemu dengan salah satu dosen di kampusnya. Dia masih bergelung nyaman di balik selimut tebalnya. Tidak peduli jam digital warna silver miliknya sudah memperlihatkan angka 7 lebih 15 menit. Alam bawah sadar Luhan masih menahan gadis itu untuk segera terbangun dari mimpi indahnya semalam. Tubuhnya sedikit mengerang lantaran hawa dingin yang menyambut bagian bawah kakinya. Suara gemirisik terdengar ketika Luhan menarik selimut dengan sedikit kasar. Berguling-guling membungkus tubuh mungilnya.
Sebentar lagi memasuki musim dingin, dan penghangat ruangan selalu siaga untuk dipakai setiap waktu. Ya, meskipun benda itu tidak terlalu berguna bagi Luhan. Sebab dia memiliki alternatif lain untuk menghangatkan tubuhnya setiap malam ataupun pagi.
Kehangatan dari pelukan suaminya.
Coret kata pelukan itu, lebih tepat jika Luhan menyebutnya gairah panas keperkasaan suaminya di ranjang.
BRAK!
Luhan hampir saja melompat dari ranjang. Telinganya berdengung karena suara debuman keras yang entah berasal dari mana. Semula Luhan pikir itu hanya suara benda terjatuh dan dia sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk mengkhawatirkannya. Namun begitu mendapati sisinya kosong, mata yang semula sayu itu kini terbuka lebar-lebar.
"Shit!"
Kali ini Luhan mendengar suara seseorang—seperti mengumpat. Arahnya dari ruang wardrobe, dan Luhan sudah bisa menebak siapa oknum yang baru saja mengusik pagi tenangnya itu. Dengan gerakan menyerupai rusa lincah, Luhan berlari menuju sumber suara. Dia kembali mendengar umpatan kasar itu.
Luhan menemukan siluet suaminya—Sehun, sedang berjongkok di depan salah satu lemari pakaian mereka. Tangan Sehun terus bergerak mengusap kepala, dan Luhan melihat ada beberapa kardus berserakan di sekitar Sehun. Dia menduga kardus-kardus itu menimpa kepala suaminya dari atas lemari. Entah apa yang dicari Sehun, Luhan meyakini bila suaminya itu tidak sengaja menyenggol salah satu kardus yang berakhir mengacaukan tumpukan kardus lainnya.
"Sehun!" Dia kembali berteriak memanggil nama suaminya. Membuat pria berkulit pucat itu menoleh ke arahnya dengan cengiran polos.
"Lu, kau terbangun?" Pria itu masih tertawa kecil, "Maaf, aku membangunkanmu. Tadi aku—"
Dahi Luhan mengernyit heran. Sehun tiba-tiba menatap dengan bola mata seperti hendak mau keluar. Jangan lupakan rahang bawah Sehun yang terjun bebas, membuat mulut pria itu terbuka lebar. Luhan tidak tahu apa yang terjadi pada Sehun. Namun perubahan ekspresi wajah pria itu membuatnya semakin khawatir. Takut bila terjadi hal buruk pada suaminya.
"Sehunnie, kau baik-baik saja?" Biasanya dengan panggilan sayang seperti ini, Sehun akan bereaksi lebih baik. "Apa kau terluka?"
"Ngg ... aku baik, Lu ..."
Sebelah alis Luhan terangkat elegan. Hanya perasaannya saja atau barusan memang suara Sehun tiba-tiba memberat? Luhan kenal betul tipe suara Sehun yang seperti ini.
Itu seperti suara Sehun ketika menggagahinya di ranjang.
"Kau yakin?" tanya Luhan sekali lagi. Dia menemukan sesuatu yang janggal dari wajah Sehun. Butir-butir keringat mulai muncul di pelipis pria itu. Luhan bahkan menangkap kilat penuh gairah dari sorot mata Sehun.
"Ugh ... sekarang aku tidak yakin, Lu."
Luhan berjalan menghampiri Sehun, tetapi pria itu justru jatuh terduduk di lantai.
"Sehun!"
"Jangan mendekat, Lu!"
Mendengar teriakan Sehun yang begitu keras, mata Luhan mulai berkaca-kaca. Padahal semalam pria itu memperlakukannya dengan penuh kelembutan. Kenapa sekarang tiba-tiba Sehun bersikap memberikan penolakn terhadapnya?
"Hiks ... Sehunnie kenapa—"
"Oh, tidak! Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bermaksud membentakmu," Sehun menggigit bibir bawahnya gelisah. "Tapi ... aku benar-benar berharap kau tidak mendekatiku sekarang."
"Kenapa?!" Luhan memekik frustasi. Bibirnya mencebil imut dan mata rusanya siap mengeluarkan cairan bening kembali.
"Ugh ... coba kau lihat penampilanmu, Sayang."
"Huh?" Luhan terlihat kebingungan. "Ada yang salah dengan penampilanku?"
Sehun mengangguk. Luhan dengan cepat menundukkan kepala, melihat ke bawah untuk memeriksa penampilannya. Dalam hitungan detik, jeritan histeris itu lolos dari bibirnya.
Luhan berlari keluar dari ruang wardrobe. Meninggalkan Sehun yang menghela napas penuh kelegaan. Namun penderitaan Sehun belum berakhir. Sebab 'adiknya' terlanjur bangun karena penampilan istrinya yang luar biasa.
Luhan telanjang bulat.
Iya telanjang, setelah pergumulan panas yang mereka lakukan semalam.
"Sial!" Sehun mengumpat kesal. "Kurasa 'dia' tidak akan tertidur lagi sebelum kembali ke sarangnya."
..
..
..
Sedikit cerita tentang awal pertemuan Luhan dan Sehun sebelum mereka menikah.
Luhan itu sosok gadis polos dan lugu. Namun semenjak menikah dengan Sehun, ada beberapa sifat dalam kepribadian Luhan yang mengalami perubahan besar. Salah satunya sifat liar Luhan yang hanya berlaku bila sedang bersama Sehun. Luhan akan berubah menjadi sosok gadis manja dan gemar menggoda suaminya.
Terkadang Luhan tidak pernah menyangka bahwa dia akan berakhir menghabiskan hidupnya bersama Sehun. Dulu saat pertemuan pertama mereka, Luhan menganggap Sehun adalah sosok pemuda tampan yang memiliki kepribadian hangat dan menyenangkan. Luhan bahkan menganggapnya sebagai sosok kakak impian—mengingat usia mereka terpaut 7 tahun dan Luhan adalah anak tunggal.
Namun sering berjalannya waktu, hubungan antara Luhan dan Sehun tidak bisa dikategorikan lagi sebagi kakak-adik. Luhan menyadari perasaan itu ketika dia menginjak usia 14 tahun. Usia di mana seorang gadis sedang memasuki masa pubertas dan mulai mengenal apa itu cinta.
Jantung Luhan berdebar-debar setiap berada di dekat Sehun. Dia bahkan harus menahan napas setiap kali Sehun melakukan skinship dengannya, meskipun hanya sekedar usapan lembut di kepala, pelukan hangat, dan kecupan manis di kening. Semua perlakuan Sehun di mata Luhan terasa seperti perlakuan seorang pria terhadap wanitanya.
Cinta pertama Luhan adalah Sehun. Fakta yang tidak bisa terbantahkan sampai kapanpun. Hanya saja, kala itu Luhan memilih menyembunyikan perasaannya dari Sehun. Bayangkan saja, Luhan masih duduk di bangku SMP, sementara Sehun sudah duduk di kursi perusahaan milik ayahnya. Belum lagi wajah Sehun yang termasuk boros. Bahunya yang lebar membuat Sehun tampak seperti pria berusia 30an, tubuh atletis dengan dada bidang yang sempurna, ditambah suaranya yang berat, tapi juga seksi di telinga Luhan.
Kalau mereka menjalin hubungan, Sehun akan terlihat seperti pria pedofil karena mengencani anak SMP.
Namun, siapa yang menyangka jika cinta Luhan tidak bertepuk sebelah tangan. Saat dia merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-17, Sehun menghadiahi Luhan sebuah cincin. Bukan sekedar cincin biasa, melainkan simbolis dari ungkapan isi hati Sehun untuk mengikat Luhan sebagai miliknya. Pria itu melamar Luhan di hadapan orang tua, kerabat, dan sahabat mereka.
"Oppa ingin menikah denganku?" tanya Luhan waktu itu. Ekspresinya benar-benar mencerminkan seseorang yang baru saja mendapatkan jackpot besar. Terkejut luar biasa, tapi memancarkan kebahagiaan yang tak terhingga.
Sehun mengangguk. Senyum tipis terukir di sudut bibirnya. "Sebenarnya aku sudah lama menyukaimu, sejak pertemuan pertama kita. Sayangnya, waktu itu kau masih berusia 10 tahun. Tidak mungkin aku menyatakan cinta pada bocah ingusan."
Mata Luhan melotot lucu. Sedikit tidak terima dengan ucapan Sehun. "Aku bukan bocah ingusan!"
Sehun tergelak dan menyentil gemas hidung Luhan. "Itu hanya kiasan untuk anak yang masih di bawah umur, Sayang."
Kali ini wajah Luhan merona parah. Astaga, sejak kapan kata 'sayang' yang keluar dari mulut Sehun terdengar sangat seksi dan menggoda?
Luhan kemudian sadar akan statusnya yang masih pelajar. Mustahil bila mereka akan menikah sekarang. "Tapi aku masih sekolah, Oppa."
"Kita menikah setelah kau lulus sekolah."
"Apa tidak terburu-buru?" Luhan tampak ragu. Selama hampir 7 tahun, mereka berinteraksi layaknya kakak dan adik. Sekarang tiba-tiba Sehun melamar dan berniat menikahinya. Tentu ini akan berdampak pada perubahan interaksi mereka dengan status baru.
"Tentu saja tidak. Kita sudah saling mengenal selama 7 tahun. Aku akui, kita tidak pernah melakukan skinship seperti pasangan kekasih pada umumnya. Kita bahkan cenderung berinteraksi layaknya kakak dan adik."
Ah, rupanya Sehun memiliki pemikiran yang sama dengan Luhan.
"Kenapa Oppa ingin kita segera menikah? Aku ingin Oppa mengatakannya dengan jujur," tuntut Luhan. Dia butuh diyakinkan oleh Sehun bahwa pria ini serius, bukan hanya isapan jempol belaka.
Sehun menangkap sinar keraguan dari sorot mata Luhan. Pria itu terkekeh pelan dan kembali menyentil hidung Luhan. "Alasan utama, tentu saja karena aku mencintaimu."
Luhan terdiam. Dia merasakan aliran darahnya serasa naik ke atas, membuat wajahnya sekarang merah padam dan terasa panas. Bagaimana bisa Sehun mengatakan kalimat itu dengan santai? Apa dia tidak tahu bahwa ucapannya berhasil membuat kinerja jantung Luhan tidak normal?
"Alasan lainnya, karena kau sekarang adalah bunga yang sedang bermekaran. Akan ada banyak lebah yang saling berlomba untuk mengambil madumu. Aku ingin menjadi lebah yang pertama, dan satu-satunya yang bisa menikmati itu semua kenikmatan darimu, Lu."
Kening Luhan mengerut dalam. Sehun ini bicara apa sih?
"Oppa, aku tidak mengerti ucapanmu. Apa hubungannya antara bunga, lebah, dan madu? Aku bingung."
Ini dia tantangan terberat Sehun ketika dihadapkan dengan kepolosan Luhan. Seharusnya dia sadar bahwa pikiran Luhan masih bersih. Bukan seperti dirinya yang sudah terkontaminasi oleh berbagai hal yang berbau mesum. Salahkan saja Jongin, sepupunya yang sejak SMA sudah meracuninya dengan majalah dewasa, komik hentai, atau blue film.
Sehun memang sudah menyukai Luhan sejak mereka pertama kali bertemu. Persetan dengan usia Luhan yang waktu itu masih 10 tahun. Sehun memilih bersabar sampai Luhan dewasa dan siap untuk dia nikahi.
Kesabaran Sehun mencapai batasnya saat dia tidak sengaja menyentuh payudara Luhan—tepat saat gadis itu baru memulai sekolahnya di bangku SMA. Sejak insiden itu, Sehun mulai terkena insomnia. Hampir setiap malam dia tidak bisa tidur nyenyak karena terus-menerus dihantui oleh kenyataan bahwa Luhan memiliki payudara yang sangat bagus. Pikiran Sehun bahkan tidak bisa dihentikan untuk membayangkan masa depan kelak, di mana saat usia Luhan mulai memasuki angka 20, payudara gadis itu akan semakin sintal, ditambah bokongnya yang kencang. Sehun bertaruh, Luhan akan memiliki s-line sempurna yang menjadi incaran para pria di luar sana.
Pemikiran inilah yang membuat Sehun bertekad akan melamar Luhan saat usianya 17 tahun. Dia tidak rela bila ada pria lain yang mendekati Luhan, ketika mereka mulai menyadari pesona gadis ini di usianya yang memasuki gerbang kedewasaan.
"Oppa?" Luhan bergidik ngeri mendapati seringaian penuh arti di wajah Sehun.
Sehun berdeham pelan, sedikit malu karena kembali melamunkan alasan kuatnya yang mengarah pada hal kemesuman. Namun, dia hanya seorang pria biasa yang tidak bisa menahan diri terhadap gairahnya yang begitu besar.
"Karena kau sudah berusia 17 tahun, kau harus terbiasa dengan bahasan yang lebih dewasa." Sehun mencuri satu ciuman singkat di bibir Luhan. Mengabaikan ekspresi kaget Luhan, pria itu kembali berbicara, "Aku ingin bercinta denganmu, Sayang."
Kalimat Sehun ini membuat Luhan menyadari satu hal. Sehun sekarang tak ubahnya seperti paman-paman mesum di luar sana.
..
..
..
Sehun sudah tampil rapi dalam balutan kemeja dan celana panjang. Di tangannya tersampir jas formal, bersiap untuk berangkat kerja yang sudah menjadi rutinitas keseharian pria itu. Seorang pelayan menyambut kedatangan Sehun di ruang makan. Pria itu melirik sosok perempuan yang sudah duduk di sana. Luhan sudah menunggunya dengan wajah tertekuk lucu.
Nerdy, kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana penampilan gadis itu. Kacamata dengan bingkai tebal menghiasi wajahnya. Rambut yang kembali dikepang dua, serta pakaian yang sedikit kebesaran di tubuh Luhan.
"Maaf, sudah membuatmu lama menunggu, Lu."
"Sehunnie lama~"
Sehun melangkah mendekati Luhan, memeluknya dengan erat, sebelum mendaratkan kecupan mesra di bibir ranum itu. "Aku senang kau selalu menuruti kemauanku untuk berpakaian seperti ini, Luhan ..."
Luhan melipat tangan di dada. Mencebilkan bibirnya yang terpoles lip balm. "Tapi aku tidak. Aku sudah tidak tahan ingin melepas kacamata jelek ini. Sampai kapan aku berpenampilan nerdy seperti ini, Sehunnie?" rengeknya.
Sehun menyentil gemas hidung Luhan, "Tahan sebentar lagi, Sayang. Setelah kau resmi wisuda minggu depan, kau boleh berpenampilan seperti biasanya."
"Benarkah?" tanya Luhan memastikan.
"Sesungguhnya aku ingin kau berpenampilan seperti ini terus, Lu," kata Sehun dengan wajah dibuat memelas.
Mata Luhan melotot lucu. Bibirnya hendak mengeluarkan kalimat protes, tapi Sehun berhasil menyela dengan satu kecupan manis.
"Aku tidak rela membagi pesona istriku di tempat umum, Sayang," lanjut Sehun dan sukses membuat rona merah menghiasi pipi Luhan. Gadis itu berdiri, kemudian memposisikan bokongnya duduk manis di atas pangkuan Sehun. Kedua tangannya melingkar mesra di tengkuk leher suaminya itu.
"Aku suka sekali melihatmu cemburu, Sehunnie," kikik Luhan dengan nada tertawa yang menggemaskan. "Aku yakin, jika sejak awal aku berpenampilan biasa, pasti aku memiliki banyak penggemar di kampusku."
Seketika aura posesif Sehun muncul, "Jangan coba-coba untuk memancing kemarahanku, Lu."
Bukannya takut, Luhan justru semakin tergelak melihat reaksi Sehun. Dia mencium bibir tipis suaminya itu, lantas mengedip nakal. "Aku hanya milikmu, Tuan Oh."
Iseng, Luhan dengan sengaja menggesek-gesekkan butt-nya yang ada di atas paha Sehun. Dia menyeringai saat menemukan peluh mulai muncul di kening suaminya itu.
"Ugh ... jangan menggodaku, Lu. Nanti aku bisa terlambat ke kantor," pinta Sehun dengan desahan kecil yang terdengar sangat sensual di telinga Luhan. Keisengan yang dilakukan Luhan justru berbalik menimpanya sendiri. Suara Sehun yang sedemikian seksi adalah kelemahan Luhan. Sebelum membangunkan sisi beast Sehun—yang begitu buas ketika mereka bergumul di ranjang, Luhan buru-buru bangkit dari pangkuan Sehun.
SRET!
Terlambat, beast dalam diri Sehun sudah bangun.
"Kau harus bertanggung jawab, Sayang." Sehun memeluk erat tubuh Luhan. Dengan sengaja mencium cuping telinga Luhan yang kini memerah.
"Ti-tidak, Sehunnie. Aku harus ke kampus pagi-pagi sekali," pinta Luhan dengan wajah memelas. Dia berusaha keras untuk menahan gairahnya sendiri karena perbuatan Sehun.
Sehun menggeleng-gelengkan kepala, tanda memberi penolakan atas permintaan Luhan. "Kau sudah membangunkan 'adikku' dua kali. Jadi, sekarang 'adikku' harus kembali ke sarangnya."
Luhan memekik panik saat Sehun tiba-tiba mengangkat tubuhnya. "Tu-Tunggu! Sehunnie, turunkan aku!"
"Satu ronde cukup, Sayang." Sehun mengabaikan rengekan Luhan dan terus berjalan menuju tangga kamar mereka. "Tapi, aku tidak keberatan jika kau ingin menambah jumlah rondenya."
"APA?!" Luhan semakin panik karena mereka sudah naik ke atas tangga. "Sehunnie, berhenti!"
Beberapa pelayan hanya bisa mengulum senyum melihat kelakuan majikan mereka. Majikan mereka memang sama-sama mesum karena hampir setiap pagi perdebatan di ruang makan akan berakhir di kamar dengan suasana panas pada ranjang mereka.
Dan para pelayan itu harus menyumpal telinga mereka dengan apa saja, supaya tidak mendengarkan desahan-desahan pasangan suami-istri itu yang asyik bercinta di kamar.
Oh Sehun dengan segala keposesifannya, bahkan dengan sengaja membuat kamar mereka tidak kedap suara. Seolah pamer kepada semua orang bahwa perempuan yang mendesah di bawah kuasanya, adalah miliknya secara mutlak. Gila.
.. Nerd or Beauty ..
"Luhan selama ini menjadi korban bully di kampusnya."
Kepala Sehun seperti mendapat hantaman palu besar setelah Jongin membeberkan fakta tentang Luhan. Mereka sekarang sedang menikmati jam makan siang sebelum kembali melakukan meeting dengan beberapa kepala divisi.
Secara mengejutkan, Jongin bercerita soal kondisi Luhan selama di kampus. Jongin mengaku tahu dari Kyungsoo—kekasihnya yang juga merupakan sahabat Luhan sejak bangku SMA. Ah, Jongin memang tidak jauh berbeda dengan Sehun mengencani perempuan yang usianya jauh di bawah mereka.
Hanya yang membedakan, Jongin baru bertemu dengan Kyungsoo ketika ulang tahun Luhan yang ke-17. Momen di mana Sehun melamar Luhan, Jongin dengan nekat mengajak Kyungsoo untuk berkencan dengannya.
Tentu saja perjalanan cinta Jongin tidak mulus. Mengingat Kyungsoo sosok gadis yang irit bicara tapi bermulut pedas, Jongin harus ekstra sabar menghadapi segala bentuk kemarahan dari gadis itu. Setidaknya perjuangan Jongin tidak berakhir sia-sia. Kyungsoo akhirnya bersedia menjalin hubungan dengan Jongin setelah satu semester mengikuti perkuliahan.
"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang, hah?!"
Jongin bergidik ngeri melihat kilatan api kemarahan dari sorot mata Sehun. Dia mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada sepupunya untuk bersikap lebih kalem. "Hei, tenanglah. Paling tidak Luhan selalu pulang ke rumah dalam kondisi selamat dan masih utuh. Mereka hanya melakukan bully lewat verbal. Bukan fisik seperti yang kau pikirkan, Hun."
"Tetap saja aku tidak terima istriku diperlakukan seperti itu."
"Kau pikir siapa yang harus bertanggung jawab atas kondisi Luhan itu? Wahai sepupuku yang super posesif."
Sehun bungkam seketika. Ia pandangi Jongin yang memasang wajah serius. Oke, Sehun merasa pria berkulit tan ini sedang menyindir dirinya sekarang.
"Jika sejak awal kau tidak menyuruh Luhan bersembunyi di balik kacamata bingkai tebal dan pakaian kuno, istrimu tidak akan mendapat perlakuan seperti itu, Sehun. Dia akan disanjung, dipuji, digemari banyak orang, bahkan semakin disegani jika semua orang di kampusnya tahu bahwa dia adalah istri Oh Sehun."
Jongin benar. Luhan bukan hanya menyembunyikan wujud aslinya yang rupawan seperti bidadari. Gadis itu bahkan juga menyembunyikan status pernikahannya dengan Sehun, sosok pria yang dikenal sebagai pebisnis muda yang handal dan sukses. Terlebih setelah Sehun menggantikan posisi kepemimpinan di perusahaan ayahnya. Tak ada yang tahu status pernikahan Luhan dengan Sehun, selain para petinggi kampus. Sehun bahkan menempatkan pengawal pribadi—catat, wanita—di sekeliling Luhan, di mana mereka turut menyamar menjadi mahasiswa selama Luhan berkuliah.
Semua Sehun lakukan demi permintaan Luhan yang tidak ingin statusnya terbongkar karena keberadaan para pengawal itu yang terkesan mencolok. Tidak heran jika Sehun sangat marah usai mendengar cerita tentang Luhan yang mendapat perlakuan bully selama berkuliah. Sehun merasa kecolongan. Namun di satu sisi, dia juga merasa bersalah.
Sehun dilema.
"Kau tidak mengerti, Jongin." Sehun mendesah frustasi. Kembali ada perasaan bersalah yang bercampur kekhwatiran dalam suaranya. "Setiap mata akan selalu tertuju pada Luhan. Dia memiliki kekuatan magnet yang mengerikan. Pesona kecantikannya itu benar-benar mampu menarik perhatian siapa saja. Tidak peduli bocah laki-laki ingusan hingga kakek-kakek peyot yang bergantung pada tongkat untuk berjalan. Semua akan terpesona pada kecantikan Luhan."
Tawa Jongin tersembur keluar. Dia sudah tahu apa alasan Sehun menyuruh Luhan berpenampilan nerd selama berkuliah. Namun, Jongin tidak menyangka jika kadar sifat posesif sepupunya ini sudah melewati batas wajar.
"Ya, kuakui Luhan memang sangat cantik. Dia bahkan memiliki tubuh yang sangat bagus. Benar-benar menyerupai gitar Spanyol yang—" kalimat Jongin menggantung di tenggorakan karena mendapat tatapan tajam Sehun seperti pisau. "Aku hanya memberikan pendapat, dude. Bagiku, Kyungsoo tetap yang terbaik."
Sehun memutar bola matanya jengah. Dia kemudian memikirkan berbagai hal untuk menebus kesalahannya pada Luhan. Sungguh, Sehun hanya ingin menjaga Luhan dari incaran pria-pria hidung belang di luar sana.
Luhan milik Sehun. Hanya dia yang boleh menikmati setiap pesona yang dimiliki Luhan. Titik.
"Aku akan memecat mereka!" Sehun berbicara tentang orang-orang suruhannya yang bertugas untuk menjaga Luhan setiap waktu. Dia menganggap orang-orang itu telah lalai karena menyembunyikan kondisi Luhan darinya.
"Itu bukan ide yang bagus. Luhan sengaja menyuruh mereka tutup mulut karena tidak ingin membuatmu khawatir." Jongin berpendapat dengan bijak, "Kupikir Luhan juga tidak senang jika kau memecat mereka. Seharusnya kau berterima kasih karena mereka sudah menjalankan tugas dengan baik, Sehun. Istrimu tetap aman dan utuh selama berkuliah di sana."
Sekali lagi, Jongin mengatakan hal yang benar.
"Kau punya ide? Aku ingin menebus kesalahanku pada Luhan. Dia sudah menderita karena mengikuti kemauanku." Sehun tersenyum kecut, "Aku juga ingin memberikan hadiah padanya karena sudah menyelesaikan kuliah tepat waktu."
"Bagaimana jika kau memberikan kejutan pada Luhan saat wisuda minggu depan?"
.. Nerd or Beauty ..
Siapa yang menyangka saran yang diucapkan Jongin beberapa waktu lalu disanggupi oleh Sehun.
Hari ini, tepat pada hari wisuda Luhan, untuk pertama kalinya Sehun muncul di kampus gadis itu. Dia berpenampilan seperti biasa, dalam balutan jas formal dan sukses menarik perhatian semua orang. Terutama para gadis yang tanpa tahu malu spontan menjeris histeris melihat kedatangannya.
Jongin tergelak mendapati Sehun yang kini sudah duduk di sampingnya. Mereka duduk bersama orang tua Luhan. Sehun yang melihat ekspresi Jongin yang sedang menertawakannya, lama-lama ikut terpancing emosi.
"Kenapa kau di sini? Kau tidak duduk dengan orang tua Kyungsoo?" tanya Sehun menyelidik.
"Kursi di sekitar mereka sudah terlanjur dipakai orang lain. Kau sendiri kenapa datang lebih awal?" Jongin kembali tertawa mengejek, "Ah, jadi ini kejutan untuk Luhan? Kau sengaja ingin menghadiri prosesi wisuda Luhan dari awal hingga akhir.
"Ya."
"Mana buket bunga untuk Luhan?" tanya Jongin berusaha mencari benda yang dia maksud.
"Aku tidak membawanya," jawab Sehun santai.
"Apa?!" Jongin mengerjapkan matanya tak percaya, "Lalu, kau bawa apa? Tidak mungkin kau datang dengan tangan kosong, Sehun."
"Sayangnya, aku memang datang dengan tangan kosong." Sehun memperlihatkan kedua tangannya sambil menyeringai penuh arti. "Saat Luhan naik ke atas podium nanti untuk memberi sambutan, aku akan menciumnya, dan mengaku sebagai suaminya di hadapan semua orang."
Tawa Jongin kembali pecah. Tidak peduli dengan pandangan heran beberapa orang yang beralih ke arahnya, Jongin benar-benar takjub atas ide gila yang disiapkan Sehun.
Menyadari Jongin sudah membuatnya malu, Sehun menggeleng malas, kemudian beralih mengajak mertuanya mengobrol. Dia bisa melihat ekspresi orang tua Luhan tampak berupaya keras untuk tidak tertawa. Agaknya mereka tidak sengaja mendengar obrolan Sehun dan Jongin.
Suara dari MC yang memimpin jalannya acara wisuda mulai terdengar. Sehun mengamati sekelilingnya, menyadari bahwa hampir semua tamu undangan sudah hadir menempati kursi masing-masing. Sebentar lagi mereka akan melihat para wisudawan memasuki hall room—salah satu fasilitas yang dimiliki kampus itu yang kini digunakan sebagai lokasi wisuda.
"Kapan mereka akan masuk?" tanya Sehun berbisik pada Jongin. Dia tidak sabar ingin melihat istrinya dalam balutan toga. Entah mengapa, Sehun memiliki firasat yang tidak enak ketika Luhan meminta menginap di apartemen Kyungsoo. Alasannya karena ingin berangkat bersama-sama dengan Kyungsoo supaya tidak terlambat.
Namun insting Sehun berkata lain. Ada sesuatu yang disembunyikan Luhan darinya.
"Sabarlah, mungkin sebentar lagi." Jongin mengedarkan pandangannya. "Ah, kurasa ini waktunya mereka masuk, Sehun."
Pria itu mendengar MC mengatakan pada tamu undangan untuk berdiri menyambut para wisudawan. Mereka mulai melihat barisan orang dalam balutan toga mulai memasuki hall room. Sehun dan Jongin sama-sama memicingkan mata mereka untuk mencari pasangan masing-masing.
"Astaga! Kyungsoo cantik sekali! Dia benar-benar terlihat semakin dewasa dan seksi!" pekik Jongin heboh mengagumi Kyungsoo. Sehun hanya berdecak kesal di sampingnya. Dia iri karena Jongin sudah melihat Kyungsoo. Sementara dia sendiri masih belum berhasil menemukan Luhan.
"Ck, Luhan di mana sih?" gerutu Sehun mulai frustasi. Dia menebak barisan wisudawan itu hampir mencapai ujung. Namun keberadaan Luhan masih belum berhasil tertangkap oleh pandangan Sehun.
Jongin menarik jas formal yang dipakai sepupunya. "Sehun?"
"Apa?!"
"Kau berencana memberi kejutan untuk Luhan. Tapi ... kurasa justru kau yang mendapat kejutan darinya."
"Huh?" Sehun menoleh dengan ekspresi bingung. "Apa maksudmu?"
"Lihat ke sana." Telunjuk Jongin mengarah pada barisan wisudawan yang menempati deretan kursi paling depan. Mereka adalah wisudawan terbaik dari prodi masing-masing. Salah satunya adalah Luhan.
Namun yang membuat Sehun tidak dapat menyembunyikan raut kagetnya adalah penampilan gadis itu.
Jongin sama terkejutnya dengan Sehun. Matanya bahkan nyaris tak berkedip. "Istrimu sudah membuka topengnya."
Rambut Luhan yang hitam kini sudah berubah menjadi cokelat madu. Tidak lagi dikepang dua, dan sengaja dibiarkan terurai. Wajah Luhan tidak lagi dihiasi kacamata berbingkai tebal, sehingga semua orang bisa melihat mata rusanya yang sangat cantik dan berbinar terang. Bibir ranumnya diolesi lip balm, membuat senyuman yang dipancarkan Luhan semakin memukau.
Hari ini, tepat pada hari wisudanya, Luhan memperlihatkan wujud aslinya di hadapan semua orang.
Sehun menangkap dengungan dari berbagai sudut. Dia menyadari bahwa tidak sedikit wisudawan laki-laki yang terus mencuri pandang ke arah Luhan. Sementara wisudawan perempuan menatap iri pada Luhan, namun juga penasaran.
Ketika nama Luhan dipanggil, semua orang tercengang. Luhan yang selama ini dikenal nerd, ternyata menyembunyikan kecantikan yang amat mempesona. Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan sedetik pun dari Luhan yang kini sudah berdiri di dekat podium.
Jongin mati-matian menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Dia merasa prihatin pada sepupunya sendiri yang ternyata justru mendapat kejutan dari Luhan. Jongin melihat Sehun berusaha keras untuk tidak meledak. Begitu pun dengan orang tua Luhan yang memang sudah tahu rencana putri mereka dari orang tua Sehun—khususnya ibu Sehun, Jaejoong.
"Mama? Baba?"
Orang tua Luhan menoleh dengan senyuman tertahan. Mereka tahu menantunya tengah menahan emosi.
"Sebelum kita makan malam bersama, aku minta izin ingin menculik putri kalian dan mengurungnya di kamar. Dia harus mendapatkan hukuman."
Predikit menantu mesum memang pantas disematkan untuk Sehun. Pria itu dengan tidak tahu malu, menyinggung soal sex—meski tersirat—di depan mertuanya sendiri.
Dasar gila.
..
..
..
Mari sedikit berbagi rahasia tentang kejutan Luhan untuk suaminya.
Tiga hari sebelum wisuda, Luhan menyambangi apartemen Kyungsoo. Dia bercerita soal rencananya yang ingin membuka topeng saat wisuda nanti.
"Kau yakin ingin melakukannya, Lu?" tanya Kyungsoo was-was. Dia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Sehun. Terkadang Sehun masih memperlihatkan sisi posesifnya, meskipun Luhan masih berpenampilan nerd. Apalagi jika Luhan sudah membuka topengnya. Bisa dipastikan kadar sifat posesif Sehun akan melampaui batas wajar. Sehun pasti akan melakukan apa saja demi melindungi Luhan yang sudah diklaim sebagai miliknya secara mutlak.
Luhan mengangguk, "Aku ingin membalas Sehun karena sudah membuatku menderita dengan penampilan konyol ini. Dan memberi pelajaran pada mereka yang sudah mencibirku. Mereka pasti akan terkena serangan jantung saat Oh Luhan membuka topengnya," dia mengeluarkan suara mengerikan seperti ratu iblis.
"Kau tidak takut mendapat hukuman dari suamimu?"
Luhan menoleh dengan kedipan nakal. "Aku justru senang dihukum olehnya. Kau tahu maksudku 'kan?"
Kyungsoo mendesah pelan. Seharusnya dia tidak mengkhawatirkan Luhan. Sebab sahabatnya ini sudah berubah 180 derajat setelah menikah dengan Sehun. Luhan bukan lagi sosok gadis polos dan lugu. Dia sudah menikah dan pikirannya sekarang semakin matang. Luhan semakin pandai mengimbangi Sehun dalam fase kedewasaan. Termasuk mengimbangi keperkasaan Sehun di ranjang.
"Malam sebelum kita wisuda nanti, aku akan menginap di apartemenmu." Luhan mulai membeberkan rencananya, "Aku akan meminta bantuanmu dan juga Joongie-umma. Lakukan make over besar-besaran padaku, ne?"
Kyungsoo tidak menanggapi apapun ketika Luhan justru bersemangat membahas pakaian dalam yang akan dipakainya nanti sewaktu menerima hukuman dari Sehun. Kyungsoo menggelengkan kepalanya.
Luhan sekarang bukan lagi Luhan yang polos.
Luhan sekarang perempuan manja dan super mesum. Sama seperti suaminya.
..
..
..
"Sial!"
Luhan kesulitan berlari mengenakan high heels yang membalut kaki jenjangnya. Dia berusaha menghindari sekumpulan fans dadakan yang terus mengejarnya semenjak acara wisuda berakhir. Gara-gara kejadian ini, Luhan sampai belum bertemu dengan orang tuanya dan juga Sehun.
Astaga, Sehun pasti akan marah besar. Sudah membuka topeng di tempat umum tanpa izin, sekarang menghilang entah ke mana. Sewaktu naik ke podium tadi, Luhan sempat bertatapan dengan Sehun. Meskipun Luhan dengan sengaja mengerling nakal kepada suaminya, dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya ketika dihadiahi tatapan menakutkan Sehun.
Seperti ada sinar laser yang menyorot ke arahnya.
Luhan hendak kabur ke perpustakaan. Namun tiba-tiba seseorang menarik tangannya ketika melewati persimpangan lorong samping perpustakaan.
GREP!
"KYAAAAAA~" Gadis itu menjerit ketakutan karena merasa menjadi korban penculikan.
"Hentikan teriakan konyolmu itu."
Mata Luhan yang sudah terpejam kini terbuka lagi. Gadis itu menatap binar pada sosok pria yang sempat dia kira sebagai oknum penculik. "Sehunnie!" Luhan menerjang Sehun, memeluknya dengan erat sembari melepaskan perasaan lega karena sekarang berada di tempat yang aman.
"Sehun, tolong aku! mereka terus mengejarku dan itu mengerikan," rengek Luhan dengan bibir mencebik lucu.
"Kau takut pada mereka?"
"Iya. Mereka seperti pemburu."
"Tidak takut pada suamimu?"
Hening.
Luhan mengerjapkan matanya, dan baru menyadari suara berat milik Sehun. Dia mendongak hanya untuk bertemu dengan kilatan api kemarahan dari sorot mata suaminya. Namun lebih dari itu, Luhan menangkap gairah menggebu-gebu dari sepasang mata elang itu.
Dengan cengiran polos, Luhan menggeleng pelan. Dia justru sengaja mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Sehun. "Kau marah, Sehunnie?" tanyanya sok polos.
"Menurutmu?" Sehun melingkarkan kedua tangannya di pinggang Luhan. Sedikit hentakan kecil hingga tubuh gadis itu menempel sempurna padanya. Sehun mengerang tertahan saat dia bisa merasakan gundukan di balik baju toga yang masih dipakai Luhan. "Kau benar-benar ingin dihukum, ya?"
Luhan tertawa. Dia bahkan tidak peduli dengan segala kemarahan Sehun karena melanggar kesepakatan mereka lebih awal. "Hukum aku, Sehunnie."
Sehun kembali menahan diri untuk tidak segera menerkam Luhan. Sial sekali, nada suara Luhan begitu sensual, seperti memanggil gairahnya untuk keluar sekarang juga.
Hanya dalam sekali hentakan, tubuh gadis itu sudah berpindah dalam gendongan Sehun.
"Kita pulang?" tanya Luhan.
"Ya, tapi kita pulang ke apartemenku," Sehun menyeringai penuh arti, "Aku tidak ingin ada yang mengganggu kegiatan kita di ranjang."
Pipi Luhan merona parah. Dia sudah terbiasa dengan ucapan frontal Sehun jika berhubungan dengan gairah-ranjang-desahan. Namun tetap saja, rasanya ada ledakan kembang api dalam tubuh Luhan. Membuat gadis itu suka sekali menghabiskan malam dengan suasana panas di ranjang bersama suaminya.
Sehun sepertinya benar-benar bernafsu untuk segera menggagahi Luhan. Mereka menerobos kerumunan orang di bagian depan kampus, yang sebagian besar adalah fans dadakan Luhan. Dengan lantang Sehun memberikan pengakuan kepada semua orang bahwa Luhan sudah menikah dan dia dalah milik Oh Sehun secara mutlak. Sehun bahkan mengeluarkan ancaman kepada siapa saja yang berani menyentuh miliknya, akan berakhir dengan pertaruhan nyawa.
Luhan tertawa menggemaskan mendengar pengakuan Sehun. Dari kejauhan, dia bisa melihat keberadaan orang tuanya bersama Jongin dan Kyungsoo. Mereka ikut terkekeh melihat aksi konyol Sehun yang membongkar status pernikahannya dengan Luhan di hadapan banyak orang. Sungguh malang nasib fans dadakan Luhan yang seketika patah hati karena mengetahui status Luhan yang sudah menikah. Mereka jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Sehun.
Luhan bahkan tersenyum penuh kemenangan menyaksikan orang-orang yang selama ini mencemoohnya, kini bungkam seribu basa. Seperti ada gembok besar yang mengunci mulut mereka, sehingga mereka tidak bisa mengeluarkan kata-kata pedas yang biasa mereka lontarkan untuk Luhan.
"Kau tidak marah jika aku mengumumkan status kita 'kan?" bisik Sehun.
Luhan menggeleng pelan. Sungguh, dia sama sekali tidak marah dengan sikap Sehun tersebut. Dia justru senang, sebab menurutnya Sehun telah membuktikan bahwa dirinya menempati tahta tertinggi di dalam hati Sehun. Sifat posesif Sehun memang terkadang menyebalkan, apalagi jika sudah melampau batas kewajaran. Tapi jauh dari itu, Luhan sangat senang karena itu adalah bentuk perwujudan seberapa besar perasaan cinta Sehun kepada dirinya.
..
..
..
SRET!
Mata Luhan berkedip horor ketika jari-jari tangan Sehun sudah menarik resletingpada toga yang masih dia kenakan. Mereka sekarang sudah berada di apartemen Sehun, tepatnya di kamar pria itu untuk menuntaskan hukuman yang akan diberikan Sehun padanya.
"Sepertinya kecepatan jarimu untuk membuka pakaianku semakin bertambah," cibir Luhan yang sayangnya ditanggapi kekehan ringan oleh Sehun.
"Aku suka dengan pujian itu," balas Sehun santai. Dia kembali melanjutkan kegiatannya. Setelah melepaskan toga, Sehun sedikit melotot saat menyadari potongan blus dan rok span yang dipakai Luhan. Benar-benar melekat pas di tubuh Luhan. Pantas saja lekukan tubuh gadis itu tetap terlihat menonjol meski dibalut dengan baju toga.
"Sehun, berhenti!" Luhan menatap dengan cengiran jahil di bibirnya. "Biar aku yang membuka blusdan rok ini."
"Lalu aku?"
"Kau nanti yang melepas pakaian dalamku."
Sehun menyeringai, "Baiklah, tawaran yang sangat menggiurkan."
Mata Luhan melotot lucu. Memang suaminya ini benar-benar mesum. Dia segera berlari ke dalam kamar mandi. Melepas blusdan rok span miliknya.
Menyisakan lingerie warna hitam yang membalut tubuhnya.
Wow, lingerie.
Ya, Luhan memang sudah menyiapkan lingerie itu dari awal. Untung saja, selesai wisuda tadi Luhan berhasil kabur dari kerumunan fans dadakan yang mengejarnya. Luhan tidak bisa membayangkan kalau dirinya sampai tertangkap dan tangan-tangan jahil mereka menari di sekitar tubuhnya. Hiii ... menakutkan.
Pintu kamar mandi dibuka secara perlahan. Luhan menelan ludahnya susah payah ketika menemukan Sehun sudah duduk di tepi ranjang, dengan kondisi telanjang dada. Six pack sempurna milik pria itu benar-benar membuatnya terlihat hot dan seksi. Luhan ingat usia Sehun sekarang hampir angka 3, tapi Sehun benar-benar memiliki tubuh atletis yang sangat bagus dan selalu terjaga dengan baik.
Dengan gerakan anggun, Luhan berjalan menghampiri Sehun. Pria itu menoleh ke arahnya dan seketika menatap Luhan bak serigala kelaparan. Tak tahan lagi mengendalikan gairahnya yang menggebu-gebu, Sehun lebih dulu menghampiri Luhan. Dia membopong tubuh Luhan, kemudian membaringkannya dengan penuh kelembutan ke atas ranjang.
"Kau indah, Sayang."
Luhan merasakan pipinya panas. Sehun itu memang pandai sekali memancing gairahnya, dengan kata-kata manis yang membuat Luhan terbuai. Dia sedikit menggeliat ketika Sehun mencium dan menggigit cuping telinganya. Hingga ciuman itu berpindah secara perlahan ke bagian leher Luhan.
"Ugh ..."
Sehun menyeringai puas ketika dia berhasil mengantarkan rangsangan pertamanya untuk sang istri. Sekarang jemari tangan Sehun bergerak lembut, melepas lingerie yang membalut tubuh Luhan. Mata elang itu berkilat penuh gairah saat mendapati dua bongkahan kenyal di hadapannya.
Lagi, desahan penuh kenikmatan itu lolos dari bibir Luhan ketika Sehun meninggalkan love bite pada leher sebelum beralih pada payudaranya. Dia meringis kesakitan, tetapi juga menikmati sensasi menyenangkan dari gigitan Sehun—menghisap seperti vampir.
Sehun menggerakkan tangannya turun ke bawah, tepat pada bagian kewanitaan Luhan yang telah basah sepenuhnya. Dia memasukkan kejantanannya ke dalam lubang surgawi milik Luhan.
Bibir Sehun melengkung sempurna, mendengarkan desahan Luhan yang begitu seksi. Rasanya energi Sehun semakin bertambah, membuatnya bergerak semakin cepat, dan memaksa tubuh Luhan menggelinjang hebat. Desahan itu semakin tidak terkontrol, bahkan Sehun harus meringis ketika merasakan bagian punggungnya sedikit terkena cakaran kuku Luhan. Termasuk rambutnya yang berantakan karena diremas kuat-kuat oleh gadis itu.
Sehun kembali membuat jejak kepemilikkan di setiap bagian tubuh Luhan. Gadis itu bergerak mengikuti irama Sehun, membusungkan dadanya di tengah teriakannya memanggil nama sang suami dan peluh keringat yang membasahi tubuh mereka.
Suara geraman penuh gairah mendominasi kamar tidur itu, disusul seruan nama satu sama lain setelah Sehun mulai menumpahkan cairan miliknya dalam kewanitaan Luhan.
Hening selama beberapa menit. Tak ada suara yang mereka keluarkan selain hembusan napas yang saling beradu. Napas keduanya tersengal setelah puncak orgasme yang dirasakan keduanya. Luhan tidak mempunyai tenaga walau hanya untuk sekedar memanggil nama Sehun. Ah, pria ini benar-benar memiliki kekuatan yang super mengerikan ketika berada di ranjang.
"Istirahatlah." Sehun mengecup kening Luhan yang penuh dengan peluh keringat. "Kau semakin hebat, Sayang."
Luhan tidak mengatakan apapun. Dia memilih melesakkan wajahnya di ceruk leher Sehun. menyesap aroma memabukkan pria ini.
"Kau tadi mengeluarkan di dalam, ya?" tanya Luhan mengingat lagi.
Sehun mengangguk, "Apa kau marah?"
"Tentu saja tidak, Sehunnie." Luhan tersenyum senang, "Aku sedang dalam masa suburku dan sudah hampir 2 minggu ini aku tidak meminum pil pencegah kehamilan."
Sehun mengangkat wajahnya dan memandangi Luhan lamat-lamat. "Mungkinkah kali ini ..."
Luhan hanya terkekeh pelan melihat reaksi penuh antusias suaminya. Dia kembali memeluk tubuh pria ini. "Semoga saja, Sehunnie. Semoga saja kali ini kita bisa mendapatkannya ... anak pertama kita ..."
Sehun tersenyum bahagia, dan kembali menghujani kecupan bertubi-tubi di wajah istrinya. Dia usap wajah Luhan dengan penuh kelembutan. Menyeka peluh keringat yang masih membasahi wajah cantik istrinya itu. Sesaat, Sehun teringat lagi dengan kesalahannya.
"Maafkan aku, Lu."
Kali ini kerutan samar muncul di kening Luhan. Dia mendongak, terkejut mendapatkan sorot mata penuh bersalah dari suaminya. "Maaf soal apa, Sehun?"
"Karena mengikuti kemauanku, kau mendapat perlakuan bully selama berkuliah di kampusmu. Maaf."
"Kau sudah tahu?" tanya Luhan kaget.
Sehun mengangguk, "Jongin sudah menceritakannya kemarin sebelum hari wisudamu. Aku juga sudah memastikannya sendiri lewat pengakuan pengawal-pengawal pribadimu."
Luhan menunggu Sehun menyelesaikan ceritanya.
"Hari ini sebenarnya aku ingin memberimu kejutan dengan datang lebih awal. Aku bermaksud ikut menyusulmu naik ke atas podium dan menciummu di depan semua orang." Sehun terkekeh pelan menyadari idenya yang terbilang nekat, "Tapi justru kau yang memberiku kejutan lebih dulu sampai aku lupa dengan rencanaku sendiri."
Mau tak mau Luhan tertawa mendengarnya. "Itukah sebabnya kau tadi mengumumkan status kita di depan kampusku?"
"Ya." Sehun membelai kepala Luhan. "Aku mana tahan melihatmu dikerubungi laki-laki lain, Lu. Jika tidak ada orang tuamu, aku pasti sudah membunuh mereka."
Luhan tergelak, "Jangan seperti itu, Sehunnie. Aku tidak mau mempunyai suami seorang pembunuh."
"Aku bisa berubah menjadi pembunuh kalau sampai kau jatuh ke tangan pria lain."
Luhan menghela napas sejenak. Diusapnya dengn lembut rahang tegas milik Sehun. "Aku milikmu, Tuan Oh. Kau adalah cinta pertama dan juga terakhirku, tidak mungkin aku akan berpaling pada pria lain. Jadi, jangan pernah khawatirkan masalah itu."
Sehun terharu mendengar ucapan Luhan. Direngkuhnya tubuh sang istri dengan penuh kelembutan, "Aku mencintaimu, Lu."
"Aku juga mencintaimu, Sehunnie."
Sehun tersenyum senang, kemudian satu ide jahil kembali muncul di kepalanya. "Barusan kau sudah bicara cukup banyak. Apa energimu sudah kembali?"
Mata Luhan melotot lucu. Dia menangkap alarm bahaya dari Sehun. "Jangan bilang kau—"
"Satu ronde lagi, ya? Ya? Ya?"
"Aku mengantuk, Sehunnieeee~"
"Ayolah, Lu. Sebentar saja."
"Tidak, aku—ARGH! APA YANG KAU LAKUKAN?!"
"Kau lama, Sayang. Aku akan memasukimu lagi."
"DASAR PAMAN MESUM!"
..
..
..
OMAKE
"Jadi, mereka belum kembali?"
Pelayan itu hanya mengangguk kecil. Di hadapannya sekarang ada orang tua Sehun dan Luhan yang baru saja tiba di rumah majikan mereka. Dia hendak mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Sehun ataupun Luhan, namun sebuah suara kembali menyela.
"Ah, biarkan saja. Kami akan menunggu sampai makan malam tiba."
"Ini bahkan sudah waktunya jam makan malam, Boo."
Wanita dengan doe eyes itu terkekeh pelan mendengar suara protes suaminya. Kemudian menoleh ke arah pasangan yang merupakan besan mereka.
"Eonni, bagaimana jika kita makan malam bersama saja di sini? Biar aku yang memasaknya untuk kalian."
Heechul terkekeh mendengar ucapan Jaejoong, "Kita masak sama-sama, Joongie. Percuma menunggu mereka. Aku yakin mereka akan lupa waktu karena keasyikan bercinta."
Jaejoong ikut tertawa dan segera pergi menarik Heechul ke dapur. Meninggalkan suami-suami mereka di ruang tamu.
"Hyung, kau kenapa?" tanya Yunho pada Hangeng yang kini tersenyum getir.
"Aku kasihan pada putriku. Dia harus mengimbangi keganasan putramu di ranjang." Hangeng menggeleng pasrah, "Sehun benar-benar mirip denganmu, Yun."
Selanjutnya hanya terdengar suara gelak tawa Yunho yang memenuhi isi rumah. Well, dua pasangan suami-istri itu memang orang tua yang sangat memahami kebiasaan putra-putri mereka.
THE END
21 Desember 2017
A/N : Happy HunHan Day! Telat satu hari tidak masalah ya hehe
Kali ini saya mencoba memakai narasi lebih banyak. Semoga pada paham sama alurnya yang sedikit lompat-lompat ya. Dan saya maaf kalau kurang memuaskan terutama untuk bagian ahem-ahem kkkkk~
Thanks for reading and review, see you next time =D
.
Last, selamat jalan Jonghyun-oppa ...
Buat Shawol, kalian harus tetap kuat. Masih ada Onew-Key-Minho-Taemin yang butuh dukungan kalian. Semangat dan bangkit kembali untuk mendukung idola kalian =)
