"Aku.. bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain."
.
.
.
Sehun melongo mendengar ucapan teman barunya di kampus. Ia menghadapkan badannya ke Jimin, "Ookee? Melihat apa? Kau punya indra ke-enam? Melihat hantu? Apa di bangku sebelahku ada hantu?"
Jimin memasang wajah serius, "Kau tidak mempercayaiku?"
Sehun tergagap, "Oh ayolah dude. Aku baru mengenalmu selama 5 bulan."
"Jadi?"
Sehun menatap papan tulis putih di depan, "Aku mempercayaimu Jimin, tapi untuk hal itu aku menjadi pihak netral."
Jimin hanya menatap Sehun dengan pandangan kosong, kemudian dalam sekejap ia memasang senyum pasrah di wajahnya, "Oke, kalau tidak percaya juga tidak apa-apa."
Sehun mengangguk, kemudian membuka ponselnya. Ada nama Si Luhaen tertera di layarnya. Jimin ikut mengintip, Sehun pun tak tampak memperlihatkan tanda-tanda menyembunyikan pesannya dari Jimin.
"Itu kekasih?"
Sehun mengangguk, "Ya, kami bersama sejak SMA. Sekarang dia ada di China, kau tau beasiswa itu loh."
"Hmm, dia pasti perempuan yang menarik ya."
"Bukan, dia lelaki Jimin."
Jimin terkejut, "Sehun tunggu."
Sehun menatap Jimin, "Aku mengalami trauma Jimin, aku tahu ini aneh, tapi aku tidak bisa menyangkalnya, semakin ku hindari, itu semakin menyakitiku, kau tahu, rasanya seperti ada rasa tertahan ingin berteriak namun tak bisa."
Jimin mengangguk dan kembali menatap ponsel Sehun yang kembali memunculkan pesan dari Si Luhaen, "Ya, aku mengerti, terserah kau saja. Aku tak mau sok mengguruimu. Tapi Sehun.."
"Ya Jimin?"
"Foto kontak yang kau pasang itu Luhaen?"
Sehun terkekeh, "Luhan.. Jimin, aku menulis seperti itu agar lucu saja. Dan ya itu memang dia."
Jimin menatap Sehun seraya mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Sehun, membuat Sehun terkesiap dan memundurkan tubuhnya, "Kau mau apa hei?"
Jimin masih menatap Sehun, "Ada Luhan di bangku depan meja dosen, ia menatapmu."
"Jangan bercanda, kau mau menakuti dasar bodoh." Sehun kembali menatap ponselnya.
Jimin berdehem, "Di lehermu, ada bercak merah, Luhan setiap malam datang ke rumahmu. Kau pasti bermimpi ada Luhan di kamarmu."
"Ya memang aku bermimpi, ayolah Jimin tidak ada bercak merah di leherku, tapi memang leherku sedikit ngilu sekarang, setiap hari sih."
Jimin secara tiba-tiba menyentuh lehernya dan refleks Sehun terpekik, "Aw- sakit Jimin."
"Disana, Sehun kau ditempeli makhluk yang –"
BRUK
Secara tiba-tiba Sehun terjatuh pingsan. Jimin segera menatap ke depan dan berusaha mengontrol jantungnya saat tiba-tiba di depannya, tepat di depan mukanya, ada wajah yang sama dengan di ponsel Sehun, wajah Luhan yang menatapnya marah.
