Disclaimer : Gintama © Sorachi Hideaki
Rate : K+ (Rating berubah sesuai chapter)
Warning : HijiGinHiji, Ambigu, ngaco, self beta, typo(s)
Fanfic ini nantinya akan diisi dengan kumpulan ficlet/oneshot Gintama dalam berbagai genre. Jadi, setiap chapter kemungkinan akan berubah tag genre dan ratingnya hehe~
Please enjoy :)
.
.
.
"Lepaskan. Tidak ada artinya lagi, 'kan?"
Pertanyaan retoris, yang seharusnya memang tak perlu jawaban. Nyatanya, pria yang menggenggam tangannya erat itu masih mau repot-repot memberi jawaban meski hanya bisikan terbata.
"-arti."
"Hah?" Mata merahnya mengerling tajam, pria ini, apa dia serius?! Sakata Gintoki memutar kepala sembilan puluh derajat hingga dapat melihat ekspresi pria yang masih mencoba mencegahnya pergi. Tatapan seriusnya berubah menjadi belalak tak percaya tatkala menemukan emosi yang terpasang di wajah Hijikata Toushiro. Ragu, tak rela, bersalah.
"A- aku bilang itu sangat berarti!" katanya—Hjikata kemudian, keras dan jelas.
Menghela napas, sosok yang sedikit lebih besar itu menepis genggaman di tangannya paksa. Perasaan kecewa ia coba kubur dalam-dalam. Jadi begitu. Bahkan setelah apa yang terjadi, setelah apa yang coba ia lakukan untuk pria itu, laki-laki ini masih tak bisa—tak rela melepaskan atau bahkan melupakannya, huh?
Ia angkat benda yang dari tadi dipegangnya ke depan wajah pria berponi V. Mata crimson miliknya tajam, dingin. Perlahan, dia goyangkan benda itu ke kiri dan ke kanan.
Benar, ia akan lakukan apapun. Jika memang keputusan Hijikata Toushiro adalah ini, maka ia tidak akan segan untuk menghancurkannya, menghancurkan harapan terakhir yang dimilikinya. Jika memang Hijikata Toushiro masih belum bisa bebas dari apa yang membelenggunya, maka Gintoki rela untuk menghancurkan sumber belenggu itu.
Meskipun itu berarti Hijikata akan membencinya.
Meskipun itu berarti ia harus mengambil peran antagonis.
.
"Benda ini," tangan diangkat makin tinggi.
.
"Aku akan," tenaga difokuskan pada pergelangan.
.
"MENGHANCURKANNYA!"
Bersamaan dengan teriakan itu, sang pria berambut perak melemparkan benda di telapaknya keras-keras ke lantai. Tak cukup, ia injak benda itu seakan-akan bentuk kecil tak bersalah yang sedari tadi coba dilindungi adalah hal paling menjijikkan di dunia. Pria berambut hitam membelalak. Ditatapnya horor dan putus asa benda paling berharga di dunia. Tangannya menggapai udara kosong. Astaga, setega itukah Sakata Gintoki? Mulutnya membuka dan menutup, mencoba menemukan suara di tenggorokannya yang tercekat. Kemudian, tanpa aba-aba, dia berteriak histeris.
.
"TIDAAAAAAAK! ROKOK TERAKHIRKUUU!"
.
Cuih. Rasakan itu! Dasar nicotineaddict!
Gintoki berjalan santai melewati Hijikata yang sibuk mengumpulkan serpihan-serpihan tembakau yang sudah tak terbentuk. Salah sendiri, dia yang minta bantuan agar bisa berhenti merokok, dia sendiri yang melanggar. Dia pikir bagaimana rasanya bekerja seminggu penuh mengurus mayora itu tanpa hasil, hah?!
/End
.
A/N : Tadinya, ini merupakan prompt dari teman saya, prompt-nya adalah, "Lepaskan. Tidak ada artinya lagi, 'kan?" Saya minta prompt untuk latihan bikin angst, karena entah mengapa, sejak saya menghuni fandom ini, saya jadi tidak bisa lagi membuat fic angst. Teman saya pun dengan baik hatinya memberikan sebuah kalimat angst agar saya lebih mudah mengeksekusinya. Tapi lihatlah, saya malah ngetroll gini :"D Gomenasai~
.
Yosh, mind to read and review? Kritik dan saran sangat diterima ^^
See you in next chap~
