ChanBaek

Romance. Fluffy.

.

"Yak! Park Chanyeol! Sialan, tunggu akuuu!"

Lutut Baekhyun rasanya akan patah sebentar lagi akibat terlalu banyak digunakan untuk berlari. Nafasnya tersengal tidak karuan, pun dengan bulir-bulir keringat yang menetes satu demi satu dari pelipisnya. Hidung kembang kempis, mulut menyumpah serapahi manusia tidak tahu diri yang masih mengayuh sepedanya dengan kecepatan iblis, kadang kepalanya menoleh untuk sekedar menoleh dan memberi satu juluran lidah yang menyebalkan.

Benar-benar setan.

"CHANYEOOOL!"

"HEHE, AYO DONG KEJAR AKU!"

Persetan.

Baekhyun lelah, biar saja sana dia pergi. Biar saja Baekhyun terlambat ke sekolah daripada harus meladeni manusia kurang ajar seperti si Chanyeol itu.

"AKU TIDAK PEDULI SIALAN!!" Pekik Baekhyun yang kemudian disahuti tawa bahagia oleh Chanyeol.

Si jangkung rupanya berubah kasihan melihat wajah letih Baekhyun diujung sana, stang sepedanya ia putar haluan, pedal didayung sekuat tenaga demi mencapai sosok mungil dengan raut datarnya itu.

"Kenapa balik lagi? Katanya mau ninggalin aku? Udah pergi sana." Sinis Baekhyun ketika ban sepeda Chanyeol berdecit halus di dekat ujung sepatunya. Tangan terlipat angkuh, tatapannya tajam seolah mampu melubangi kepala Chanyeol dengan lasernya.

"Nggak jadi, hehe. Yuk buruan naik." Chanyeol menepuk jok belakang sepeda sambil memandang Baekhyun dengan senyum lebarnya. Decihan menjadi respon,

"Nggak bakal!"

"Beneran tidak mau? Yasudah."

Baekhyun melongo saat sitinggi idiot itu langsung mendayung sepeda kembali dan meninggalkan Baekhyun sendiri ditengah jalan seperti ini. Astaga, kenapa Chanyeol tidak peka sekali. Baekhyun itu lagi jual mahal, setidaknya bujuk dengan kata-kata manis atau mengucapkan kata 'maaf' saja karena sudah membuat Baekhyun capek.

Mengapa dulu Baekhyun mau-mau saja diajak pacaran oleh manusia seperti itu, tuhan. Lebih memalukannya, dia mencintai lelaki caplang itu. Astaga, tidak bisa dipercaya sama sekali.

.

.

Pagar besi yang sudah berkarat ditutup rapat ketika Baekhyun tiba disekolah. Ia cemberut, mendengus lelah mengingat ulah Chanyeol yang menyebabkan dirinya terlambat begini. Harusnya Baekhyun tadi pagi berangkat dengan Baekbeom saja, lebih enak, naik motor lagi. Bukannya mengiyakan ajakan Chanyeol untuk berangkat sekolah bersama dengan sepeda jadulnya yang berwarna kuning. Katanya itu milik kakak perempuannya, dan_ memangnya Baekhyun peduli gitu?

Harusnya juga, Baekhyun tidak perlu menghina sepeda kakaknya Chanyeol dengan kata-kata jahat, jadi ia tidak perlu diturunkan oleh sitinggi dan membuatnya mengejar-ngejar lelaki itu seperti orang gila. Ah, penyesalan memang selalu ada diakhir. Karena yang diawal itu pendaftaran. Ya kan?

"Paman Shindong!! Bukain gerbangnyaaa!!" Menjerit adalah salah satu bakat Baekhyun, tidak heran ketika seorang satpam berperut buncit yang duduk di pos langsung terlonjak padahal tadinya ia tertidur dengan telinga tersumpal earphone.

"Ck, sudah terlambat. Tidak tahu diri pula menjerit-jerit, merusak telinga." Omel Shindong, tangan bergerak membuka gembok sambil sesekali melirik sinis kearah Baekhyun.

Masih kesal karena tidurnya terganggu.

Begitu terbuka, laki-laki pendek itu langsung berlari secepat kilat dan menghilang dalam sekejap mata. Shindong sampai berdecak kagum. Memang enak memiliki badan kecil enteng gitu ya.

Mungkin ini hari sial Baekhyun, karena saat tiba dikelas, Pak Lee sudah duduk anteng dikursinya.

Anjir

Dan si brengsek Park Chanyeol yang duduk dipojokan kelas sana malah menahan tawa sambil memandang Baekhyun geli. Beneran minta dicekik itu orang. Awas saja, istirahat nanti tidak Baekhyun biarkan dia lolos.

"Pak Lee!" Chanyeol tunjuk tangan.

"Ada yang terlambat, pak."

Pak Lee menurunkan kaca matanya, kepala ditelengkan kearah pintu masuk dan menangkap sosok Byun Baekhyun yang sedang menunduk sambil menautkan jari-jemarinya.

"Byun Baekhyun! Kemari." Titah guru tersebut. Suaranya yang tegas dan menakutkan langsung membuat bahu Baekhyun menegang. Si pendek mengangkat kepala, melangkah satu-satu ke meja Pak Lee.

"M-maafkan saya, pak.." lirih Baekhyun melas.

"Kenapa kamu terlambat? Sudah tahu, kan saya paling tidak suka melihat murid tidak disiplin."

"Iya, maaf Pak Lee. Tadi saya dikerjai orang gila. Makanya saya terlambat."

Mata Chanyeol sontak melotot sebal, secara tidak langsung Baekhyun mengatainya orang gila, kan. Dan, apa-apaan dengan seringai jelek yang diam-diam Baekhyun sunggingkan itu. Tapi Chanyeol heran, menyeringai pun masih saja imut. Duh.

"Yasudah duduk sana, besok jangan diulangi lagi. Kalau dikerjai orang gila tidak usah diladeni, nanti pikir orang kamu juga gila."

Ini guru kalau ngomong suka betul. Hehe.

.

.

Weekend ini keluarga Park rombongan pergi reksreasi ke pulau Jeju. Dan tahu apa yang paling menyakitkan?

Chanyeol tidak diajak.

Alasannya klasik sekali, karena ia harus sekolah besok.

Tapi yang namanya Chanyeol tidak perlu terus berlarut-larut dalam kesedihan, dalam beberapa menit senyumnya sudah lebar kembali setelah selesai menelepon Baekhyun agar datang kerumahnya dan bermain game bersama. Chanyeol tahu, bersama Baekhyun tidak akan mengenal apa itu namanya bosan. Dan juga, apa itu yang namanya waras.

Ah, itu dia sudah datang.

Pintu Chanyeol buka lebar, Baekhyun berdiri dihadapannya sambil tersenyum bocah. Dia memakai kaos biru tua yang oversize dan_ oh! Sepertinya itu milik Chanyeol. Mungkin tertinggal dirumah Baekhyun ketika ia menginap, dan sekarang sudah dianggap sebagai bajunya sendiri oleh simungil. Biar sajalah, berbagi itu indah.

"Nggak bawa makanan, gitu? Masa dateng kerumah orang tangan kosong." Chanyeol menutup pintu kembali ketika Baekhyun sudah masuk kedalam. Lelaki pendek itu langsung mendaratkan bokongnya diatas karpet bulu-bulu yang ada diruang tengah. Dia berguling seolah tengah berada di padang rumput.

Kesal omongannya tak disahuti, Chanyeol menendang pantat Baekhyun sengaja. Tidak kuat kok, tapi tetap saja Baekhyun merasa risih ketika bokongnya disentuh dengan jempol kaki Chanyeol. Rasanya geli, bikin merinding.

"Idiot." Maki simungil tak senang.

"Makanya orang ngomong disimak. Ini malah dikacangin."

Baekhyun bangkit duduk tegak. Mengadah menatap Chanyeol yang berdiri menjulang dihadapannya. Bibir dimajukan, "Harusnya kamu dong yang ngasih jamuan sama tamu. Gimana sih." Balasnya tidak mau kalah.

"Ambil sendirilah, biasanya juga gitu." Chanyeol cuek, ia duduk selonjoran dikarpet dengan kepala tersanggah pada kaki sofa. Stik playstation disambar,

"Baek, sekalian ambil snack dikulkas ya. Yang banyak." Pesan sitinggi acuh tak acuh.

Baekhyun pergi kedapur tapi sebelumnya menyempatkan satu cubitan di perut Chanyeol. Membuat lelaki itu mengerang berlebihan, padahal Baekhyun yakin rasanya tidak lebih seperti digigit semut. Kulkas Baekhyun tarik pintunya, didalam sana sudah seperti minimarket. Snack bertumpuk-tumpuk dengan berbagai varian rasa, ada susu kotak, es krim, ah, pokoknya puas sekali jika ingin ngemil. Baekhyun dengan senyum lebarnya langsung mencomoti berbungkus-bungkus snack, minuman kaleng, susu kotak rasa stroberi dan secup es krim.

Ia kembali dengan tangan membopong makanan-makanan ringan itu ditangan kepayahan. Bukannya membantu, Chanyeol malah tertawa kejam.

Baekhyun ikutan merebahkan diri disamping Chanyeol, membuka minuman kaleng dan meneguknya beringas guna membasahi kerongkongan nya yang terasa kering.

"Jajan-nya banyak banget, yeol."

"Punya Kak Yura, hehe."

"Terus nggak papa kalau kita makan sebanyak ini?" Baekhyun melirik tumpukan snack dihadapan mereka.

"Kalau kubilang kamu yang makan, percaya deh dia cuma ngomong 'oh, yaudah'. Jadi kamu selalu aku gunain sebagai alasan." Cengir Chanyeol, hingga bola mata si pendek terputar bosan.

"Duel yuk!"

Ajakan Chanyeol langsung diangguki oleh Baekhyun, dua lelaki itu sekarang sudah disibukkan dengan jari yang menekan nekan stik sedangkan mata memandang lurus pada layar didepan mereka. Sesekali tangan Baekhyun mencomot keripik kentang, juga kakinya tidak bisa diam barang sebentar. Ada saja yang diperbuat, kadang menimpa paha sitinggi, kadang bergoyang-goyang kecil, kadang menendang udara kosong. Entah, Chanyeol juga bingung kenapa Baekhyun se-absurd itu tapi diam-diam gemesin.

"YHAA!! NO NOO_ AISH! MENYINGKIR KAU IDIOT! MATI KAU MATI SANA!!"

Percaya deh, itu Baekhyun lagi jejeritan sama karakter di video game. Untuk beberapa saat, Chanyeol menatap datar si kecil itu. Ia berdeham, mengode Baekhyun agar diam mulutnya. Tapi tidak ampuh juga.

"Baekhyun" sampai akhirnya dia menyebut nama kekasihnya, masih dengan wajah lempeng.

Baekhyun menyahut apa, dengan tak ikhlas. Chanyeol gemas sendiri hingga menarik ujung dagu lelaki itu guna membuat wajah mereka berhadapan. Jika ini di ftv, kalian bisa mendengar suara hati Baekhyun yang menjerit-jerit ketika melihat tatapan penuh pesona milik Park Chanyeol. Jarang-jarang sih, Chanyeol nunjukin auranya yang begini, karena biasanya otak si idiot itu selalu dipenuhi hal-hal tak guna yang bisanya membuat orang naik pitam saja.

"Mau ngapain, yeol?"

Chanyeol tidak menyahut. Alih-alih memiringkan kepala, mencapai bibir tipis Baekhyun untuk dikecup. Tidak sampai pada tahap lumat lumatan atau hisap hisapan, hanya kecupan basah yang dalam dan mampu menggerogoti jantung Baekhyun dengan tidak manusiawinya.

Ciuman singkat itu diputus, "Berisik. Main dengan tenang."

Itu kata Chanyeol setelah melepas pagutan, lalu ia kembali tenang dengan game-nya. Wajahnya santai-santai saja seolah tak merasa bersalah telah membuat jantung Baekhyun meloncat-loncat seperti katak.

"Chanyeol?" Panggil Baekhyun pelan. Entah kenapa suaranya tak bisa kembali normal hanya karena ciuman singkat yang wajar-wajar saja itu. Akibat gugup dan kepayahan mengontrol detak jantung, berimbas pada suaranya yang berubah serak.

"Oy."

"Jangan sok romantis ya, bajingan. Ngapain coba tadi nyium-nyium, bikin orang jadi sesak nafas aja." Baekhyun mendengus. Bibirnya dimonyong-monyongin, bersikap sok imut didepan Chanyeol. Ah, dia lucu kalau lagi gugup.

"Terus ngapain manyun manyun gitu? Mau dicium lagi?" Goda sitinggi, menoleh sekilas hanya untuk menebar seringai nakalnya.

Ugh, Baekhyun tambah sebal.

Chanyeol tertawa ganteng saat Baekhyun membuang muka, si pendek lanjut main game, tapi kaget ketika ia sudah game over.

Dan sekarang Chanyeol ketawa jahat.

"Kamu kalah! HaHaHaHaaa!!"

"Semuanya gara-gara kamu, panyol! Aku nggak terima, kamu mainnya curang. Ngambil kesempatan dalam kesempitan. Aku nggak sukaaaa!"

Bantal bentuk hati disofa Chanyeol sambar cepat untuk melindungi dirinya dari serangan bertubi-tubi dari Baekhyun. Lelaki itu jadi bringas, meninju bahu Chanyeol keras-keras, menggeplak kepalanya, menjambak rambutnya, mencubiti perutnya, astaga_ kenapa Chanyeol jadi seperti korban bully begini.

"Akh_ a-ampun, Baek! Ih, sakiiit Baekhyuuunn, udah cukup! Iya iya aku minta maaf, aduh! Udah dong sayang_

"Tunggu, semenit lagi."

"Astaga, Baekhyun. Kamu makannya apa sih kok bisa jadi kayak gini. Huhuu, sakit tahu!"

.

.

"Baek, awas ih! Risih tau!"

Bukannya sakit hati dengan sentakan kasar Sehun, Baekhyun malah semakin betah menggoda anak ayam itu dengan bergelayutan manja dilengan si pucat. Sehun hampir saja menghisap ubun-ubun si pendek yang pas sekali berada didepan matanya, tapi urung saat mata bulat Chanyeol mengawasi tepat dihadapan. Dia mendengus,

"Demi tuhan, pacarmu didepan lho. Masa manja-manjaannya sama aku sih?"

"Enggak mau, Hun. Bosenlah sama dia terus, sekali-kali nyium aroma cowok lain gitu. Kebetulan aromamu enak, hehe." Cengir Baekhyun, sebelumnya ia sempat melirik pacarnya yang duduk dihadapan mereka. Sitinggi itu kelihatan enjoy saja sembari menggerogoti potongan paha ayam. Sama sekali tidak tertarik dengan perselingkuhan terang-terangan yang terjadi didepan matanya.

"Dih, emangnya aromaku kayak apa sih?" Tanya si termuda jengah. Tidak lagi banyak protes dan membiarkan saja si mungil itu berbuat sesuka hatinya.

"Eumm, aromanya macem anak bayi. Bau minyak telon, wkwk."

Bibir Sehun cemberut satu senti. Masa badan sebongsor ini dibilang bau anak bayi sih.

Refleks Sehun membaui badannya sendiri, apalagi dibagian ketiaknya, hidungnya mengerut lucu, ini sama sekali bukan bau minyak telon, Sehun pakai parfum mahal setiap hari. Memang dasarnya saja Baekhyun yang selalu bicara dengan mulut lemesnya itu. Ck.

"Terserahmu, cebol."

Sehun mengalah walau matanya berputar tanda jika ia sudah terlalu jengah.

"Woy woy!! Kyungsoo manis! Sini duduk sini!" Chanyeol melambai-lambai konyol dengan cengiran bodoh pada sosok pendek bermata bulat yang tengah kebingungan mencari tempat duduk sambil celingukan.

Kyungsoo mengerutkan dahi, dengan wajah kalemnya ia berjalan mendekati bangku dimana Chanyeol duduk bersama Baekhyun dan Sehun. Ah, kebetulan disebelah Chanyeol ada tempat kosong. Ketika Kyungsoo tiba, lelaki itu langsung mendaratkan bokong disamping Chanyeol. Ia tak banyak bicara, usai menyapa teman-temannya, Kyungsoo segera fokus pada hidangan makan siang miliknya.

"Soo soo! Nanti ajarin aku soal Matematika yang tadi ya!" Pinta Baekhyun ceria, matanya sengaja dikerjap-kerjapkan seperti puppy agar Kyungsoo memperhatikannya.

"Iya." Jawab Kyungsoo seadanya.

Hal itu membuat bibir Baekhyun agak cemberut karena sahutan Kyungsoo yang terdengar tidak ikhlas. Ia tambah kesal ketika Chanyeol terlihat menahan tawanya, lelaki itu pasti diam-diam tengah meledek.

Chanyeol memiringkan tubuh besarnya, agar menghadap ke arah Kyungsoo yang tengah menikmati sup.

"Eh, eh. Soo! Bagi ayamnya dong.." lalu mengeluarkan wajah sok melas.

"Aku laper, yeol. Kamu kan udah makan tadi.." Kyungsoo tak menoleh.

"Satu gigitan aja, soo.. liat kamu makan kok jadi kepengen lagi, ya."

Kyungsoo menampilkan wajah bosan, tapi tangannya tetap mengarahkan sepotong paha ayam didepan mulut Chanyeol. "Janji segigit aja, ya."

"Ehehehe.."

Sesuai perjanjian, hanya segigit. Setelah itu Kyungsoo kembali makan dengan tenang. Tapi kali ini Baekhyun yang tidak bisa tenang. Dia menatap Chanyeol dan Kyungsoo datar, lalu beralih menggigit lengan Sehun dengan geram. Membuat si kulit pucat mengerang pedih. "Arrgh, Baekhyun!"

"Huft.. pergi yuk, hun. Belikan aku es krim." Tangan Sehun ditarik seenak pantat oleh Baekhyun hingga Sehun berdiri. Mau protes, tapi tidak jadi ketika melihat aura tak sedap dari si bogel.

"Pacarmu, yeol!" Sehun tidak punya pilihan lain, ia akhirnya mengadu pada si idiot yang malah asik-asikan bercengkrama dengan Kyungsoo, padahal sih Kyungsoo-nya kelihatan acuh saja.

Chanyeol menoleh sesaat, ia mengkode Sehun lewat gerakan bibir. Menyuruh si kulit putih membawa Baekhyun pergi, dan belikan es krim. Sehun hanya bisa mendengus, tidak ada gunanya juga dia mengadu sama Chanyeol. Mengingat otak Chanyeol dan Baekhyun itu terbuat dari bahan yang sama. Sama-sama tidak waras. Huh.

"Buruan Sehun!" Teriak Baekhyun yang sudah jalan terlebih dahulu.

Pasrah deh. Sehun hanya bisa mengikuti langkah pendek Baekhyun. Sudahlah, sekalian saja jadikan Sehun ini pelayanmu, Baekhyun.

"Hun, kok aku jijik ya liat tampang si Chanyeol itu." Baekhyun mendumel selama perjalanan.

"Well, dia pacarmu ngomong-ngomong." Kata Sehun penuh sarkasme. Dia melirik si mungil, wajahnya yang sesungguhnya sangat_ ehem, Sehun akui dia imut_ itu tampak datar.

"Tadi kamu mau belikan aku es krim kan?"

Sekarang raut datarnya sudah hilang diganti oleh raut anak anjing. Licik sekali ya si pendek satu ini, ada maunya saja manis-manis. Benar-benar deh, kayaknya memang cuma Chanyeol saja yang tahan dengannya.

.

.

Baekhyun menjerit heboh saat Sehun berhasil memasukkan bola basketnya ke dalam ring. Ia tengah menonton Sehun latihan, katanya lagi malas pulang karena bosan dirumah. Tidak juga sih, alasan terselubungnya mungkin karena Chanyeol hari ini ada rapat osis sampai sore, tidak bisa pulang bareng jadinya.

Alibinya, menemani Sehun latihan sambil makan beberapa cup es krim rasa stroberi.

Ditengah asyiknya sedang menjilati sendok es krim, entah darimana datangnya seseorang sudah ikut-ikutan menjilat sendok es krimnya. Baekhyun mendelik, buru-buru mengangkat pandangan dan menemukan wajah idiot Chanyeol yang sudah ada didepan wajahnya. Menyengir lebar seperti onta.

Baekhyun baru mau membuka mulut setengah, tapi tidak jadi waktu Chanyeol sudah menyosor bibirnya duluan dan menjilati lelehan es krim di sekitaran bibir si mungil. Ah, meleleh juga hati Baekhyun, astaga.

Chanyeol menyudahi ciumannya, gawat kalau lama-lama. Masih dilingkungan sekolah. Ya walaupun penghuninya sudah sepi sih, tapi tetap saja kan tidak enak kalau dipergoki sama anak-anak yang lagi latihan basket diujung sana. Si tinggi melirik Baekhyun yang menunduk, lucu juga dia kalau lagi nerveous.

"Enak nggak?" Tanya Chanyeol iseng.

"A-apanya?" Loh, Baekhyun jadi gagap.

"Es krimnya, enak nggak?"

"Iya." Baekhyun jawab seadanya, sangat pelan.

Si tinggi mengangguk-angguk. Ia tertawa kecil melihat Baekhyun yang tengah tersipu, kelihatan menggemaskan dengan pipi tomatnya. Mereka tidak bicara apa-apa lagi, hanya duduk berdua sambil menikmati angin sore yang santai. Sampai tak sadar kepala Chanyeol sudah terkulai nyaman dibahu sempit pacar mungilnya.

Siapa saja, tolongin jantung Baekhyun. Hiks.

"Kamu suka nggak liat aku dekat-dekat sama Kyungsoo kayak tadi?" Chanyeol bersuara mengungkit kejadian dikantin beberapa jam yang lalu.

Baekhyun cemberut mengingat itu, tadi ia mengajak Sehun pergi dari sana karena sebal melihat Chanyeol terus-terusan menggoda Kyungsoo. "Enggak." Ia menjawab jujur.

"Ya terus? Kamu pikir aku suka liat kamu deket-deket sama Sehun, hm? Pakai bilang bosen sama aroma aku segala. Emangnya bener kamu bosen?"

"E-enggak, Chan.. a-aku bohong kok. Ya abisnya kamu tiap aku deketin Sehun biasa aja, kayak nggak peduli gitu. Aku sempat mikir kalau kamu udah nggak sayang aku." Ujar Baekhyun, panjang. Tahu-tahu kepala Chanyeol sudah tegak lagi, lalu tangannya membingkai wajah adem Baekhyun.

Sebelumnya, menyempatkan satu senyuman ganteng. "Bukannya aku nggak peduli, Baek.. aku cuma tidak mau kalau aku terlalu possesive, jatuhnya malah membuat kamu nggak nyaman. Sama Kyungsoo nggak usah cemburu, kamu kan tahu dia cuma sepupu aku. Dari kecil aku emang suka gangguin dia, lagipun Kyungsoo kan udah punya si item Jongin." Lalu mengecup sudut bibir Baekhyun halus.

Duh, kenapa Chanyeol jadi maniak bibir Baekhyun sih hari ini. Nggak bagus banget buat jantung Baekhyun.

"Maaf, ya Chan.. aku malah mikir yang enggak-enggak tentang kamu. Tapi percaya deh, cuma kamu yang aku cinta. Cuma aroma kamu yang bikin aku mabuk, bukan Sehun. Sehun itu kayak anak ayam, jadi kadang aku gemes sama dia" Baekhyun melengkungkan bibir, lucu.

Si tinggi tertawa renyah, lalu memeluk Baekhyun dan mengelus-elus surai lembut si pendek.

"Nah, gitu dong.. mesra. Baru namanya pacaran." Sehun datang dengan bola basket ditangan, tubuh bagusnya terbentuk sempurna dengan seragam basket tanpa lengan itu. Matanya mengerling menggoda pasangan didepannya.

"Kalau kami umbar kemesraan terus, nanti jomblo pada mimisan. Yakan, Baek? Udah ah, yuk pulang. Keburu sore, nanti aku dimarahi sama Mama Byun. Hun, duluan yah.. cepet-cepet cari pacar sana, biar nggak mimisan liat kita. Hahahahah!"

Chanyeol dan Baekhyun bak vampire di tv-tv, berlarinya seperti kilat tiba-tiba sudah menghilang dari pandangan. Menyisakan Sehun yang saat ini tengah menyeka darah yang keluar dari lubang hidungnya.

Bajingan, dia benar-benar mimisan.

Astaga, jomblo.

.

.

.

end/

Apasihhh apaaa, huhu. aneh.

Mau riview ga kalian:((