That time, unforgettable
Disclaimer : Naruto always belongs to Masashi Kishimoto
Warning : Hanya drabble sebagai pelampiasan author
If you think this is not what you're looking for, just click "Back"
Seorang pemuda bersurai hitam panjang diikat satu dengan garis di kedua sisi hidungnya kini tengah duduk di kusen jendela kamarnya sambil menatap langit malam ini. Ia memandang bulan yang ada jauh diatas sana dengan pandangan sendu. Ia teringat akan seseorang yang tak mungkin dapat ia rengkuh ke dalam pelukannya lagi. Sembari menyusun ulang memori-memori yang ia lalui bersama orang tersebut, ia menggoreskan pena ke atas kertas putihnya. Mencurahkan segala perasaan yang ia rasakan saat ini, merangkainya dalam untaian kata-kata nan indah namun menyayat hati.
Pernahku memilikimu, dulu. Betapa polos dan bodohnya aku dulu karena tak menyadari betapa besarnya rasaku padamu. Dan setelah semua berakhir, ku tetap menunggumu.
3 tahun sayangku, waktu yang singkat untuk memendam rasa. Tapi, terasa begitu lama karena kau di dekatku. Berulang kali ku mencoba menjalin kasih dengan orang lain. Namun, hanya bayangmu yang selalu datang meski aku mengingkari semua ini. Semua sia – sia, di setiap kesendirianku, bayanganmu selalu datang, meghantuiku lagi dan lagi. Meski telah kucoba mengubur semuanya dalam – dalam. Namun, rasa ini kembali meyeruak ke permukaan mengalahkan segala logikaku.
3 tahun sayangku, mencoba selalu mengejarmu, mendekatimu, mendapatkanmu kembali. Tetapi, yang kudapat hanya perih. Melihatmu mencintai orang lain. Sakit, menahan perih luka yang semakin lama semakin menganga lebar.
3 tahun sayangku, saat ku kehilangan pegangan dan terpuruk jatuh, kau kembali datang memapahku tuk kembali berdiri menyalakan kembali cahaya harapan yang telah hilang. Tetapi mengapa sayangku? Saat cahayamu telah menjadi candu untukku. Kau menghilang, membawa serta cahayamu dan meninggalkanku, menenggelamkanmu dalam gelapnya kehidupan. Hingga harusku meraba – raba tuk kembali berjalan.
3 tahun wahai kekasih, kau datang dan pergi sesuka hatimu. Membuat luka demi luka yang dengan bodohnya ku terima begitu saja. Tak mengeluh, bahkan tak berontak. Meski, sayatan demi sayatan luka itu datang bertubi – tubi. Memberikan luka yang semakin lebar dan perih.
3 tahun wahai sang waktu, kau mempermainkan seorang anak manusia yang telah berselimut luka. Kau permainkan hatinya. Kau buat ia merasa hidup tak berjiwa. Dan tidakkah kau lihat, wahai sang waktu? Ia pasrah, ia tak mengeluh barang sedikitpun. Hanya karena setitik harapan yang tertanam jauh di lubuk hatinya bahwa harapannya kan jadi miliknya.
Wahai waktu, tak jengahkah kau? Tak puaskah kau, melihatnya menderita? Tak inginkah kau mengobati hatinya? Tak adakah secuil rasa ibamu tuk membiarkanya hidup tanpa sengsara?
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Sungguh, mengingat kenangan ketika bersama orang terkasihnya itu membuatnya lupa akan hal-hal disekitarnya, hanyut dengan pikirannya sendiri. Betapa sangat berharganya waktu yang ia sia-siakan kala itu dan yang kini dapat ia lakukan hanya diam sembari melihat orang terkasihnya itu tersenyum, mendukungnya dari belakang, selalu menyediakan tempat kapanpun ia membutuhkannya untuk bersandar.
~ Fin ~
Sankyu yang udah baca sampai sini, semoga kalian sedikit terhibur.
Mind to review?
