The Assassin's Assault
Chapter 1 : Klan Pewaris Darah Dewa
Inspiration : Oliver Bowden©—Assassin's Creed 2 : Renaissance, Disney©— Frozen
oOo
Prakata dari Author:
Ah, akhirnya terwujud juga impian saya untuk buat fic genre adventure :D . Dari dulu udah mau di post, tapi lupa diketik -_-; *Anjirrr*. Yah, fic ini terinspirasi dari Disney—Frozen & bukunya Oliver Bowden Assassin's Creed 2 : Renaissance. Karakter utamanya Ezio Auditore da Firenze yang merupakan anak laki-laki kedua setelah kakak lelakinya di keluarga Auditore di Florence, Italia. Ezio mempelajari seni pembunuh bayaran—atau tepatnya pembunuh ahli— ketika ayahnya dikhianati oleh bangsawan Italia. Semua keluarganya dibunuh dengan cara mengenaskan—digantung didepan umum. Yang tersisa dari keluarga Auditore hanyalah Ibunya, Claudia—adik perempuannya, pembantu perempuannya, dan Ezio sendiri. Beserta gulungan misterius yang disimpan ayahnya selama bertahun-tahun dan diburu oleh organisasi hitam—jahat bernama Templars. Tanpa Ba Bi Bu lagi, silahkan membaca—Bagian ini kalau dilewati juga ga apa-apa— :v
oOo
Uzumaki Naruto memandangi makanan yang tersaji dihadapannya dengan pandangan kosong dan hampa. Tidak berarti apa-apa. Kejadian yang terjadi dua hari lalu telah menekan batinnya terlalu dalam. Saking dalamnya, kejadian itu mempengaruhi kesehatan mental maupun fisiknya. Wajahnya yang cerah kini meredup—…
Uzumaki Nagato memandangi adiknya dengan prihatin. Ia menoleh pada dua sahabatnya yang lain. Konan dan Yahiko yang juga menunjukkan ekspresi yang tidak jauh berbeda darinya.
"Naruto, makanlah dulu. Kau tidak makan apa-apa dari semalam,"
Gumam Nagato pada adiknya. Nada prihatin dan khawatir terdengar jelas di suaranya.
Naruto tidak segera merespon. Tangannya gemetaran. Entah karena ketakutan atau amarahnya yang meluap-luap—…Dia sudah tidak tahan dengan semuanya. Wajahnya masih pucat. Seolah-olah tidak ada setetes pun darah kehidupan mengaliri wajahnya yang selalu dibangga-banggakannya itu.
"Naruto—"
"Aku mau sendirian,"
Sela Naruto. Nada suaranya tetap sama. Dingin namun terkesan gemetar.
Nagato hendak mengikuti adiknya. Namun, tangan Yahiko menepuk bahunya dengan pelan. Nagato memandang Yahiko. Lelaki berambut orange itu mengangguk-angguk pelan. Kemudian berkata dengan tenang,
"Dia butuh waktu untuk terbiasa."
Nagato tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat punggung adiknya yang semakin mengecil,
"Aku tahu."
oOo
Naruto menghela nafas dengan panjang. Dia menatap danau yang terbentang luas dihadapannya dengan datar. Tidak sedikit pun kagum atau takjub akan keindahan yang disajikan alam itu kepadanya. Angin berhembus pelan. Memainkan helaian rambut pirangnya yang kusut dan berantakan.
Dia mulai merasa tenang. Suara desiran angin yang lembut sedikit melegakannya, dan ketenangan yang sebelumnya tidak pernah dirasakannya terciptakan disini. Perlahan dia merebahkan tubuhnya diatas hamparan rumput hijau yang lembut. Bau rumput yang segar menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Dia tersenyum lembut saat merasakan sinar mentari yang hangat menyapu kulit permukaan wajahnya yang dingin sedingin es.
"Kau sudah tenang?"
Suara Nagato membuyarkan khayalannya.
"Iya…Rasanya tenang disini…"
Dia bergumam.
Nagato tidak merespon, melainkan tersenyum kecil saat memperhatikan adiknya itu bertingkah seperti anak kecil—dia memang dari awalnya kekanak-kanakan—. Pemuda berambut merah darah itu duduk di samping Naruto. Dia memeluk lututnya lalu kembali menatap sang adik yang sedang bergolek-golek dengan leluasa. Wajah letih Naruto perlahan menghilang.
"Naruto, Ada yang ingin aku tunjukkan padamu,"
Ucap Nagato memecah keheningan.
"Apa?"
Tanya Naruto yang masih bergolek-golekan.
"Duduklah."
Naruto dengan agak malas menuruti perkataan Nagato. Dia memperhatikan Nagato dengan matanya yang seperti mata panda.
"Kau lihat ini,"
Ucap Nagato lalu mengambil sebuah batu berukuran sedang yang ada didekatnya. Lalu meletakkannya didekatnya.
"Apanya?"
"Tunggu sebentar,"
Jawab Nagato dengan tidak sabaran. Dia memejamkan matanya, dan memfokuskan pikirannya kepada batu tadi.
"Eh—"
Naruto bergumam takjub ketika melihat batu itu melayang—terbang—diudara. Seperti tidak ada gravitasi yang menariknya untuk tetap berada ditempatnya. Dan anehnya, benda disekitar batu itu tidak ikut melayang.
"Kenapa bisa?"
Tanya Naruto heran. Lalu menyentil-nyentil batu itu dengan heran.
"Aku adalah seorang Mage, Naruto."
Jawab Nagato datar.
"Hah?"
"Mage adalah sebutan untuk orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus sepertiku."
Jelas Nagato.
"Kemampuan khusus?"
"Well, banyak jenis Mage yang tersebar diseluruh dunia. Aku jenis Mage yang mengendalikan gravitasi, Naruto."
"Lalu, dimana Mage yang lain?"
Tanya Naruto.
Nagato tidak segera menjawab. Dia menengadahkan kepalanya menatap langit biru diatasnya. Angin berdesir lembut menerpa wajahnya. Membuat sebagian rambutnya yang menutupi setegah wajahnya terbang sedikit. Naruto dapat melihat ekspresi Nagato dengan jelas. Walau hanya sesaat, Dia melihat kalau Nagato—…Menangis.
"Mereka semua dimusnahkan."
Jawab Nagato dengan datar.
Naruto tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Matanya melebar dua kali lebih besar dari normalnya. Bibirnya terbuka sedikit. Beberapa menit selanjutnya, Naruto segera sadar dan berkata;
"Siapa yang memusnahkan mereka?"
"Templars. Mereka juga ikut bertanggung jawab dalam beberapa kejadian. Contohnya penyerbuan Konohagakure,"
Ujar Nagato.
Naruto tidak bisa berkata apa-apa. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menggertakkan giginya hingga bergemerutukan. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannnya dengan pelan. MEncoba untuk meredam amarahnya yang semakin menjadi-jadi.
"Kenapa? Kenapa mereka menyerang Konoha?"
Tanyanya dengan nada yang terkesan ditahan-tahan.
Nagato memandang Naruto sejenak. Lalu segera melanjutkan,
"Mage. Kemungkinan mereka mengincar Mage di Konoha."
"Untuk apa!? Mereka sudah cukup menghancurkan Konoha, bukan!? Lalu kena—"
"Naruto."
Potong Nagato. Nada suaranya menjadi lebih berat dan dingin. Dia manatap Naruto dengan tajam.
"Semua Mage didunia ini. Tidak terkecuali aku—Kami semua berasal dari darah kerajaan, Naruto. Diantara Mage itu, ada yang memiliki darah keturunan Rikudou Sennin. Mage pencipta semua aliran bela diri didunia ini."
"Tch."
Naruto mendecih.
"Semua ini tidak masuk akal."
Sambungnya.
"Ya. Dan aku salah satu ketidakmasuk akalan itu."
Ujar Nagato sembari tertawa kecil.
"Rikudou Sennin memiliki dua anak. Anak yang sulung bernama Indra dan adiknya bernama Ashura. Entah karena alasan apa, saat Rikudou sekarat, dia mewariskan kekuatannya pada adik Indra, Ashura. Karena mengira dirinya yang akan ditunjuk sebagai pewaris kekuatan Rikudou, Indra marah besar dan dengki dengan adiknya sendiri. Dari sana, mereka berdua melahirkan peperangan abadi diantara dua klan yang sampai sekarang bermusuhan."
Sambung Nagato.
"Dua klan?"
"Ya. Keturunan Indra disebut dengan Uchiha—"
"Uchiha?!"
"Ya. Uchiha. Dan kau tahu apa klan yang diturunkan oleh Ashura?"
"Apa?"
"Namanya adalah Senju. Klan dari Nenek kita. Lalu salah seorang klan Senju menikah dengan klan yang lain."
"Klan yang lain?"
"Ya. Klan yang mewarisi gen Ashura selain klan Senju adalah kita. Klan Uzumaki."
"Jadi mereka menyerang karena…Karena—"
"Tepat sekali. Mereka menyerang kerajaan kita, Konohagakure karena kita adalah pewaris darah Ashura yang murni!"
oOo
TBC TO CHAPTER 2
oOo
NaruSaku Comeback Project:
Oh, iya. Satu hal lagi. Saya, dan Author Yuki MF Miharu—tau 'kan yang mana?— Berencana buat event NaruSaku's Sugar, nih. Sekaligus buat fandom/ group khusus fans NaruSaku sejati di Facebook –atau dimanalah pokoknya group NaruSaku—. Syaratnya mudah-mudah aja. Yang mau ikut harus benar-benar terbebas dari pengaruh pair NaruHina dan SasuSaku. Semua golongan boleh ikut, kok. Terutama dari Author dan Readers NaruSaku di Fanfiction dan Artist di Deviantart. Yang lain juga boleh ikut, kok! Tidak terkecuali!
Siapa yang berminat, boleh kita rundingkan di Facebook. Bisa lewat facebook saya: Rachel Kisaragi dan facebooknya Yuki MF Miharu : Mithaza Sung. Ajak yang lain juga, ya! Supaya NaruSaku tetap bisa bertahan dan terlestarikan—eh, kaya satwa, ya?—.
See U In The Next Chapter!
oOo
