Hehe….Yoriko lagi nih…meski banyak tugas tp pengin publish fic ini. Hitsu-Hina ketiga Yoriko! Yup, Yori adalah pecinta Hitsu-Hina. Mungkin diantara readers ada yg mengenali judul ini? Yup, salah satu judul karya Kahlil Gibran yang dlm indonesian = Sayap-Sayap Patah. Mm..sebenernya sedikit terinspirasi juga sih, tapi beda kok.

Summary: Hitsugaya dan Hinamori dekat sejak kecil. Namun, salah satu diantara mereka sebenarnya menyimpan sebuah rahasia, apakah rahasia itu sebuah kepalsuan? atau sesuatu yang tidak pernah terfikirkan?

Warning: OOC, AU, ada karakter2 yg dibuat "seumuran" (soalnya kalo ngga 'mereka', kayanya cerita ngga bs jalan.)

Author's note: Special thanks to Welly, temenku yg pertama kali ngenalin aku ma karya2 Kahlil Gibran, he..pas pertama kali baca aku ngga mudeng lo! Soalnya Yori ngga begitu suka sastra sih.

Disclaimer: Bleach ©Tite Kubo. Sayap-Sayap Patah/The Broken Wings © Kahlil Gibran. Yoriko cuma nebeng karakter ma judul doang.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Chapter 1

**Baik-Baik Saja, Tapi….**

"Jika aku besar nanti, aku ingin yang menjadi pengantinku adalah Momo,…" ucap anak laki-laki bermata emerald.

Mata gadis itu membulat, "Nee?"

"Karena aku ingin melindungi Momo apapun yang terjadi."

"Janji ya Shiro-chan?" ucap gadis kecil itu.

"Uhm.."

Sepasang teman kecil itu tersenyum satu sama lain, mereka lalu berkejaran di pantai. Sunset mengiringi canda tawa mereka.

-10 tahun kemudian-

Jam sekolah telah usai. Gadis itu menatap kearah lapangan, matanya tak henti mengikuti gerak-gerik pemuda berambut salju yang sangat lihai dalam mengocek bola. Lewat jendela kelasnya di lantai tiga, sedari tadi ia melihat klub sepakbola yang sedang berlatih. Namun, mata hazelnya juga mengamati seseorang yang menjadi satu-satunya anggota wanita di klub sepakbola, Kurosaki Karin.

"Hinamori…" panggil seseorang.

Hinamori menoleh kearah seseorang itu.

"Kotetsu-senpai, ada apa?"

"Ayo, kita ke ruang kesehatan sekolah dulu, kau kan belum sembuh benar dari sakitmu."

Hinamori menoleh kearah lapangan lagi. Namun, kali ini dia melihat Karin yang sedang memberikan botol air mineral pada Hitsugaya yang duduk di sampingnya.

"Ayo,.." Hinamori beranjak dari kursinya.

Mata hazelnya masih saja menatap ke arah jendela.

"Hinamori…" panggil Isane lagi

"I…iya…"

---Di Ruang Kesehatan---

"Tadi..,kau memperhatikan siapa sih?" tanya Isane.

"Eh?..tidak, tidak memperhatikan siapa-siapa kok?" Hinamori gugup.

"Eh, kau tahu Kurosaki Karin yang kelas 2-4 itu?"

"Iya, aku tahu…hebat ya dia! Lihai sekali bermain bola." ucap Hinamori.

"Kabar yang aku dengar dari adikku.., dia menyukai seseorang."

"Oh..ya, Kiyone kan sekelas dengan Karin. Memangnya siapa seseorang itu?" Hinamori tersenyum kecut.

"Aku juga tidak tahu, mungkin rekan se-klub sepakbolanya."

"Hitsugaya-kun…??" tanya Hinamori, suaranya terdengar agak bergetar.

"Mungkin, hehe..aku juga tidak tahu." ucap kakak kelas Hinamori itu sembari terkekeh.

Meski belum tentu seseorang yang disukai dan dekat dengan Karin adalah Hitsugaya tapi Hinamori merasa hatinya tersayat.

Isane melepas tensimeter yang ia kenakan pada Hinamori.

"Sepertinya kesehatanmu mulai membaik, banyak istirahatlah…kau ini murid yang paling sering mengunjungi ruang kesehatan sekolah, Hinamori."

Hinamori tersenyum.

"He..iya..aku memang sering sakit ya? Baiklah terima kasih, Kotetsu-senpai."

Hinamori keluar dari ruang kesehatan. Ia melihat sekeliling, koridor sudah sepi karena para siswa telah kembali ke rumahnya masing-masing. Hinamori mengambil tasnya di kelas. Lalu, menuruni tangga, menuju loker di lantai satu. Pikirannya menerawang, hubungan khususnya dengan Hitsugaya memang tidak diketahui siswa-siswa di sekolahnya. Banyak yang menyangka bahwa hubungan Hitsugaya dan Hinamori hanyalah teman sedari kecil.

Langkah Hinamori terhenti ketika melihat Hitsugaya bersandar di depan loker miliknya.

" Ayo pulang, Hinamori."

Hinamori terdiam.

" Hey, ayo..segera ganti sepatumu lalu kita pulang."

Namun, bukannya berjalan kearah loker. Hinamori malah berlari menjauh. Hitsugaya mengejar Hinamori, tepat ketika akan menaiki tangga, Hitsugaya berhasil meraih lengan gadis itu.

"Lepaskan…" ucap Hinamori.

"Kau kenapa?" tanya Hitsugaya.

" Aku….aku…. tidak apa-apa."

Hitsugaya mendekatkan wajahnya pada Hinamori, ia menatap mata hazel gadis itu.

"Katakan saja, Hinamori."

"A….ano..Hitsugaya-kun…Ka..Karin-chan..uhm-" ucap Hinamori terbata-bata.

Hitsugaya menghela napas, "Aku tahu apa yang kau khawatirkan, sudahlah jangan bersikap konyol seperti ini. Aku dan Karin hanya teman satu klub."

"Tapi…"

"Kau tidak percaya padaku?"

Ucapan Hitsugaya begitu mengena dan menentramkan hati Hinamori, sehingga sebuah senyuman terukir di wajah manisnya.

"Ayo pulang! Aku perlu menjaga gadis yang sakit-sakitan ini agar tidak pingsan di jalan." ledek Hitsugaya.

Hinamori cemberut, "Enak saja! Aku juga tidak mau sakit-sakitan seperti ini, Shiro-chan!"

"Hey…sudah kubilang jangan memanggilku Shiro-chan lagi.., kita kan sudah kelas 2 SMU."

"Memangnya kenapa kalau kita sudah kelas 2 SMU?"

"Kita bukan anak umur 6 tahun yang suka berlarian di pantai lagi." jawab Hitsugaya datar.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Hitsugaya menatap koleksi buku di rak buku kamarnya.

"Sepertinya…aku butuh buku bacaan baru. Mungkin aku harus ke toko buku besok."

Pemuda bermata teal itu, meraih ponsel lipat berwarna silvernya. Lalu, ia men-dial nomor yang ingin dihubungi.

"Halo..Hitsugaya-kun.." terdengar suara lembut dari seberang sana.

"Hinamori, temani aku ke toko buku besok."

"Nee?? Uhm…baiklah."

"Tunggu aku di dekat telepon umum di ujung jalan itu ya, pukul 09.00."

"Uhm.."

"E..maaf ya mengganggu, kau kini sudah sehat kan?"

"Tidak apa-apa Hitsugaya-kun, iya kini aku sudah sehat."

"Hinamori, jangan sakit lagi ya? Aku……e….sangat khawatir jika kau sakit."

"Iya..terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Selamat malam Hitsugaya-kun."

"Malam."

Hitsugaya tersenyum, ia menatap foto dirinya dengan Hinamori yang tertempel di dinding.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Hinamori melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, jarum panjang menunjukkan angka 3.

"Sudah lama?" sebuah suara mengagetkan Hinamori.

"Hitsugaya-kun! Kenapa kau datang diam-diam begitu? Mengagetkanku saja."

"Maaf, aku terlambat ya?"

Hinamori mengangguk, "Kau terlambat 15 menit. Ya sudah, tidak apa-apa. Ayo!"

Mereka berdua berjalan menuju toko buku. Hinamori terlihat sudah sehat, wajahnya tampak ceria. Ia berjalan 10 meter di depan Hitsugaya.

"Hoi, Hinamori! Aku tahu kau sudah sehat, tapi jangan terlalu bersemangat seperti itu!" teriak Hitsugaya.

"Aku ingin cepat sampai di toko buku, Hitsugaya-kun! kata Rukia-chan hari ini ada buku bagus yang baru diluncurkan, jumlahnya terbatas." jawabnya setengah berteriak.

Hitsugaya melihat dahan pohon yang cukup besar akan jatuh.

"Hinamori awas!!"

"Awas? Ada apa Hitsugaya-kun?"

Dahan pohon itu mulai jatuh, Hitsugaya berlari secepat yang dia mampu, mendorong Hinamori sehingga membuatnya terjerembab di aspal.

Krosakkkkkk, terdengar suara dahan yang jatuh.

"Hi..Hitsugaya-kun?" tanya Hinamori cemas.

"Aku tidak apa-apa, Hinamori. Kau sendiri?"

"Aku tidak apa-apa. Terima kasih, kalau kau tidak mendorongku tadi, aku sudah tertimpa dahan itu, terima kasih, Hitsugaya-kun."

"Dou itashimashita."

Hitsugaya melihat luka di lutut Hinamori. Dengan sigap ia mengambil sapu tangan di saku jeans-nya lalu memberikan pertolongan pertama pada Hinamori.

"Maaf Hinamori, kau jadi terluka seperti ini."

Wajah Hinamori bersemu merah, "Ti..tidak apa-apa Hitsugaya-kun."

"Ayo, kita ke toko buku." Hitsugaya membantu Hinamori berdiri.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju toko buku. Tentu saja ini bukan kali pertama mereka pergi bersama. Namun, entah mengapa kali ini Hinamori merasa Hitsugaya begitu berbeda. Berbeda bagaimana Hinamori juga tidak tahu, apakah dirinya mulai meragukan seseorang yang telah ada dihatinya sejak lama itu. Tak lama kemudian, mereka sampai di toko buku terbesar di kota Karakura.

"Aku akan mencari buku best-seller yang dimaksud Rukia-chan….."

"Baiklah, Hinamori….jika kau mencariku, aku ada di bagian kesehatan dan olahraga."

"Uhmm…"

Hitsugaya dan Hinamori berpisah untuk mencari buku yang mereka inginkan. Hinamori melihat rak buku yang bertuliskan New Arrival, lalu mendekatinya. Sementara di bagian lain, terlihat Hitsugaya sedang melihat-lihat buku yang terjajar rapi di rak, ekor matanya menemukan sebuah buku yang ia anggap menarik lalu mengambilnya. Ketika tangannya membuka halaman pertama buku itu, suara seseorang mengagetkannya.

"Hoi! Toushiro….!!"

Suasana di toko buku itu sedang agak ramai sehingga suara seseorang yang setengah berteriak itu tidak begitu terdengar oleh pengunjung-pengunjung lain.

"Karin? Sedang apa kau disini?" tanya Hitsugaya pada gadis itu.

"Tentu saja aku mencari buku tentang sepakbola, kau sendiri?"

"Aku sedang mencari buku baru untuk koleksiku….."

"Oh…begitu, eh kau sudah tahu klasemen sementara untuk Liga Jepang musim ini?" tanya gadis berambut gelap itu.

"Belum, namun sepertinya tim kota kita dapat lolos ke babak semifinal."

"Benarkah…? Wah…ternyata aku ketinggalan info sepakbola ya!"

"Bukannya ketika latihan, kau sering membawa majalah sepakbola?" tanya Hitsugaya.

"Iya..tapi aku belum memiliki edisi untuk minggu ini."

Hitsugaya menaikkan alis kirinya, "Kau ini aneh…"

"Eh itu majalah sepakbola edisi minggu ini!!" tunjuk Karin pada rak disebelah Hitsugaya.

Secara tidak sengaja Hitsugaya dan Karin menyentuh bagian majalah yang sama, tangan Karin berada di bawah tangan Hitsugaya.

"Eh..?" wajah Karin bersemu merah.

Sepasang mata hazel memperhatikan Hitsugaya dan Karin tanpa diketahui oleh mereka.

Hitsugaya spontan mengalihkan tangannya, begitu pula dengan Karin. Karin baru menyadari bahwa Hinamori berdiri tak begitu jauh darinya. Menyadari Karin memandang ke ujung rak, Hitsugayapun menolehkan kepalanya.

"Hinamori…."

"Ano…maaf aku sudah menemukan buku yang kucari, aku pulang duluan ya? Karin-chan….Hitsugaya-kun."

Karin mengangguk, "Hati-hati di jalan ya…Momo-chan."

Hinamori tersenyum, walau sebenarnya senyum itu dipaksakan, kemudian ia berlalu. Ketika Hitsugaya akan menyusulnya,….

"Toushiro…." tangan Karin memegang lengan kanan Hitsugaya.

****Chapter 1-Selesai****

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yori ngetik fic ini sambil dengerin lagu dari B'z judulnya Konya Tsuki no Mieru Oka Ni, meski blm donlod liriknya tp melodinya pas bgt ….jadi ngerasain gimana suasana hati Hinamori di chapter ini. Bagaimana chap 1 ini menurut temen2? Review please….