Ame
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Rated : K+
Genre : Friendship, General
Warning : OOC, Typo(s)?, AU, GaJe, Abal
Just a sweet fiction
Don't Like, Don't Read, so…
Enjoy it!
.
.
.
Penitipan anak. Sebuah tempat yang menawarkan jasa perawatan anak bagi orang tua yang sibuk dan tak punya banyak waktu untuk mengawasi anak mereka. Dan disinilah gadis mungil itu dititipkan. Gadis mungil dengan mata amethystnya yang indah.
"Rangiku-san, tolong jaga Rukia, ya?" sahut sang ibu kepada salah satu perempuan yang bekerja di situ. Perempuan cantik berambut orange bergelombang yang selalu membuat anak-anak kecil tersenyum hanya dengan melihat senyumnya.
"Tenang saja, Hisana-san. Aku akan menjaganya. Lebih baik kau cepat pergi bekerja, kelihatannya sebentar lagi akan hujan," nasihat perempuan bernama Rangiku itu. sang ibu, Kuchiki Hisana hanya tersenyum lembut.
"Nah, Rukia tunggu ibu di sini, ya?" kata Hisana pada Rukia yang ada di gendongannya. Rukia menggeleng kuat. Ia mengeratkan pegangan tangannya pada baju Hisana.
"Tidak!" katanya kuat.
"Hm… jangan nakal, sayang. Ibu ada kerjaan, sekarang… Rukia harus jadi anak baik. Ibu tidak akan lama, kok," bujuk Hisana. Rukia menatap mata ibunya, berharap tatapan memelasnya dapat meluluhkan hati ibunya itu.
"Ibu~" rengeknya. Perlahan, Hisana memberikan tubuh kecil Rukia ke dekapan Rangiku. Lalu berlari keluar ketika melihat awan hitam yang semakin berkumpul.
Terus saja Rukia merengek, dan akhirnya air mata mengalir di pipinya yang menggemaskan itu saat melihat ibunya sudah pergi dari ruangan ini.
Rangiku dan beberapa pengurus anak yang lain mulai berkumpul untuk menenangkan Rukia. Namun, tetap saja gadis kecil ini tidak mau menurut. Semua anak di penitipan menjauhinya, mereka takut pada Rukia.
Glegar! Tiba-tiba guntur besar datang, mengagetkan semua anak yang ada di penginapan, termasuk Rukia. Gadis kecil itu terdiam sesaat. Seluruh kakinya gemetar mendengar suara mengerikan itu. Hanya dia yang diam di tempat, sementara anak-anak yang lain beringsut memeluk kakak-kakak pengurus.
Hujan turun semakin lebat dan ia tetap diam di tempat. "Hua…. Ibu!" teriaknya keras. Kembali ia menangis.
"Aduh… ah… Rukia-chan, ayo sini , sayang!" panggil Rangiku. Sekarang ia terjebak di atara anak-anak di penitipan yang ketakutan dan memeluknya. Hal yang sama terjadi pada 4 orang rekannya. Sehingga, mereka sulit untuk menemui Rukia dan ikut menenangkan gadis kecil itu.
"Nggak mau… aku mau Ibu…" tangisnya. Tangisan, tangisan, dan tangisan. Hanya itu yang bisa ia keluarkan, sementara guntur terus saja berteriak, seakan-akan memarahi Rukia yang begitu cengeng.
Tep! Rukia menghentikan tangisnya saat merasakan tangannya yang menggenggam erat bajunya di sentuh seseorang. Rukia menoleh dan mendapati seorang anak laki-laki berambut menyolok meraba tangannya.
"Kau… ciapa?" tanya Rukia di sela sesenggukannya. Anak laki-laki itu menunduk, lalu menggenggam tangan Rukia erat. Tangannya gemetaran, sama dengan Rukia.
"Namaku Ichigo. Kamu… jangan nangis," sahut anak laki-laki itu.
Glegar! Kembali guntur mengagetkan orang-orang dalam penitipan itu. sayangnya, tidak bagi 2 anak yang baru saja berkenalan itu.
"Aku Rukia," jawab Rukia. Ia tersenyum manis pada Ichigo, memancing bibir Ichigo untuk ikut melengkungkan diri.
"Kau takut hujan?" tanya Rukia. Ichigo mengangguk pelan dan dibalas dengan tawa kecil dari bibir Rukia.
"Aku juga," balas Rukia. Ia balik menggenggam tangan Ichigo. Rasa hangat tercipta di tangan mereka.
Ichigo dan Rukia merapatkan duduk mereka. Hingga lengan mereka saling bertemu dan saling menghangatkan diri.
"Tanganmu hangat," sahut Rukia.
"Kau juga," balas Ichigo. Kembali mereka melempar senyum.
Glegar! Untuk kesekian kalinya guntur mengagetkan mereka. Ichigo tersentak dan menguatkan genggamannya.
"Kau… mau tetap disini, kan?" tanya Ichigo malu-malu.
"Aku… akan dicini," jawab Rukia mantap. Sekali lagi, Rukia dan Ichigo mengangkat bahu mereka karena kagetan guntur dan mereka kembali tertawa lepas.
.
.
.
"Wah… mereka lucu sekali," sahut Rangiku. Hujan sudah lama berhenti dan sekarang sudah sore. Banyak anak di penitipan yang sudah di jemput orang tua mereka.
Sekarang, tinggal Rukia dan Ichigo. Mereka tertidur setelah asyik tertawa di tengah hujan. Tertidur di balik sehelai selimut dengan tangan yang saling menggenggam dan saling menghangatkan diri. Tangan hangat yang membuat senyuman tak hilang di bibir mereka, walaupun mereka sudah berlari ke alam mimpi masing-masing. Atau mungkin, mereka sedang bermain bersama di alam mimpi sana? Entahlah, tidak ada yang tahu, hanya 2 anak kecil itulah yang tahu.
.
.
OWARI
.
.
FIN – 09/02/2013
.
Selesai… gimana isinya. Jikakak… GaJe kah?
Kalau berkenan silahkan review, karena saya sangat mengharapkan sebuah kritikan perbaikan. Saya tahu isinya ancur! Ini aja kubuat karena gak sengaja lewat di otakku yang udah kering ide! -" Demo… terima kasih sudah membaca ^^/
*dan tenang ajah... fic ku yang lain tetap kulanjutkan* -v
