Yuhuu~ salam kenal, saya author baru di fandom ini, mohon bantuannya, minna :)

Ahiya, saya juga masih newbie jadi mohon dimaklumi jika ceritanya masih rada aneh atau gimana ^^

Oke, langsung aja,

DON'T LIKE, DON'T READ

Title : Sakura Disappear

Disclamer : Masashi Kishimoto

Warnings : OOC, Gaje, Typo, dll

Maaf kalau jelek :)

Story by: Bii Akari


NORMAL POV

Hari telah beranjak sore, langit yang semula berwarna biru cerah kini telah mengalami gradasi warna hingga bercampur dengan cahaya matahari yang kini bernuansa jingga. Samar-samar, terlihatlah rembulan yang sedang mencuri-curi kesepatan untuk menampakkan dirinya. Di taman yang telah beranjak sepi itu, tampaklah seorang pria tampan berambut gelap yang sedang berjalan dengan santai, sangat santai hingga rambut pantat ayamnya tak bergerak sedikit pun.

"Sasuke-kun!"

Pria bermarga uchiha itu segera menoleh, lalu memandang gadis yang memanggilnya tadi dengan wajah datarnya, yang kini tingkat ke-dinginannya melebihi biasanya.

Gadis itu masih diam, sambil tetap menundukkan kepalanya dalam-dalam. Bagaimana tidak, tatapan Sasuke kali ini memang lebih menusuk dibanding biasanya, seakan mengusir dirinya secara halus dari sana.

"Ada apa, Sakura?" tanya Sasuke dengan nada bosan, kesal karena sejak tadi gadis berambut merah muda itu tidak juga membuka mulut.

"E-eto," Sakura mengangkat kepalanya kembali dengan takut dan memandang Sasuke dengan gugup.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu besok," ujar Sakura cepat, setelah berdebat panjang lebar dengan inner-nya. Sambil menahan debaran jantungnya, Sakura menyerahkan selembar kertas pada Sasuke, lalu segera berlari pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi pada Sasuke.

Sementara Sakura sibuk berlari pulang, Sasuke tampak masih bergeming di tempatnya.

'kenapa tidak sekarang saja?' pikirnya.

Setelah yakin Sakura sudah menghilang di ujung jalan, Sasuke lalu memandang sekelilingnya, memastikan tak ada siapapun di dekat sana, lalu mulai memperhatikan selembar kertas kecil di tangannya.

"Apa pula ini?" gumamnya pelan.

Dilihat dari mana pun itu tetaplah selembar kertas kecil, tapi entah mengapa, Sasuke merasa benar-benar malas hanya untuk membaca pesan yang tertulis di sana. Seharian ini, mood Sasuke memang sangat buruk, dan itu semua karena mimpi anehnya semalam, mimpi yang membuatnya ingin meng-chidori siapa saja yang berniat mengajaknya mengobrol. Tapi tidak untuk Sakura, pria tampan itu masih bisa menahan emosinya untuk rekan se-timnya itu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Sasuke lalu membaca tulisan yang ada di sana, tak ada ekspresi apapun dari wajahnya, masih tetap dingin.

"Menyebalkan," umpatnya kesal. Usai membaca tulisan khas tangan Sakura di atas selembar kertas itu, Sasuke akhirnya kembali beranjak pulang.

Tanpa sadar, Sasuke menggenggam kertas kecil itu dengan ganas, lalu membuangnya asal-asalan di tanah.

Sementara itu, dari ujung jalan tampaklah seorang pria berambut pirang yang berjalan santai dengan dua tangan yang diletakkan di belakang kepalanya, menjadi sandaran bagi kepala kuningnya.

"Ah, itukan Sakura-chan, kesana aah~" ungka pria itu dengan semangat sambil mempercepat laju jalannya menuju gadis berambut unik itu.

"Saku-"

Langkah riang pria itu terhenti, wajahnya terlihat kaget ketika melihat pemandangan ganjil yang agak jauh darinya itu.

"Sakura-chan," gumamnya dengan sangat pelan.

Dia masih menatap gadis berambut pink yang sedang berlari itu dengan khawatir, mungkin karena ekspresi Sakura yang terlihat aneh, apalagi gadis itu tengah berlari dengan cepat, seakan habis melihat hantu disore hari.

"Sakura-chan, ada apa?" tanyanya panik, tepat saat gadis itu lewat di sampingnya.

Sakura tak menjawab pertanyaannya, meliriknya saja tidak. Gadis itu terlalu sibuk menenangkan dirinya sendiri hingga dia tidak sadar sama sekali akan kehadiran pria itu.

"Sakura-chan," panggilnya lagi, sambil berlari pelan di belakang Sakura.

Sakura pun akhirnya menghentikan larinya, menenangkan debaran jantungnya yang menggebu tadi lalu memandang objek yang baru dia sadari keberadaannya itu. Seketika, Pria di belakangnya juga ikut berhenti, lalu menepuk pelan bahu Sakura.

"Kenapa kau berlari, Sakura-chan?"

"Hosh, aku, hosh," Sakura berusaha mengendalikan napasnya yang tak karuan agar bisa dengan segera menjawab pertanyaan pria bermata shappire di hadapannya. Sesaat kemudian, Sakura tersenyum kecil.

"Tak apa, Naruto," ucapnya pelan, masih dengan senyum itu.

"Ah, syukurlah," pria bernama Naruto itu bernapas lega.

"Ahiya!" teriak Naruto sedetik kemudian, sorotan matanya terlihat berubah drastis. Sakura pun hanya menatap Naruto dengan bingung.

"Kau ada acara besok, Sakura-chan?" tanya Naruto dengan antusias.

Sakura tampak kikuk, "A-ano, itu, besok aku, aku harus ke rumah sakit, yaah, aku ada urusan," jawabnya asal, tanpa menghindari kontak mata dengan Naruto sedikt pun, inilah cara berbohong yang paling ampuh.

Wajah bahagia Naruto segera berubah, sorot matanya terlihat sendu.

"Gomen, Naruto," lanjut Sakura, begitu menyadari perubahan ekspresi yang ditunjukkan Naruto, sambil memasang senyum terbaiknya.

"Tak apa, Sakura-chan. Mungkin lain kali," Naruto juga ikut tersenyum, bagaimana tidak, baginya senyum Sakura terlihat sangat manis.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, sampai jumpa, Naruto!" teriak Sakura dengan riang, sambil berlari-lari kecil meninggalkan Naruto dengan tangan yang melambai pelan di atas kepalanya.

Naruto hanya tersenyum tipis, tak bisa dipungkiri bahwa dia merasa agak kecewa dengan tolakan halus Sakura tadi. Naruto lalu berjalan kembali ke arah rumahnya dengan tertunduk sambil memasang wajah murungnya.

"Yo, Naruto!" tegur Rock Lee yang datang sambil tersenyum lebar, memamerkan giginya yang berkilau-kilau menyilaukan itu.

"Hn," jawab Naruto singkat, dia bahkan tak sudi melihat senyum maut teman berambut mangkoknya itu.

"Ada apa, Naruto? Kau terlihat aneh, mana semangat mudamu?"

"Jangan sekarang, alis tebal. Aku sedang bad mood," ucap Naruto pasrah, masih sambil menekuk wajahnya dalam-dalam dan berjalan dengan gontai.

Lee yang sejak tadi mengikuti arah jalannya Naruto kembali buka mulut, "Ada apa? Kau bisa menceritakannya padaku," tawar Lee, senyum mautnya kembali dia pamerkan. Namun sayang sekali, senyum itu bukan senyum yang dapat membuat bibir Naruto ikut tersenyum.

"Eh, apa ini?" seru Naruto, sambil memungut sebuah kertas yang sudah digulung dengan paksa itu di atas tanah.

Dengan seenaknya, Naruto membuka kertas itu dengan cepat, lalu segera membacanya.

"Aku tunggu di taman jam 9 besok, datang yaa, ini penting. Sakura," mata Naruto segera terbelalak.

"Ini dari Sakura-chan," lanjutnya dengan nada yang sedikit histeris.

"Sakura ingin bertemu dengan siapa ya?" tanya Lee dengan bingung.

"Entahlah, dia tak menulisnya disini," jawab Naruto singkat, sambil mengangkat kedua bahunya sedikit, tanda tak tahu.

"Apa mungkin," lanjut Naruto kemudian dengan wajah yang berseri-seri, membuat Lee hanya meliriknya dengan penuh tanya.

"Aku? Mungkin ini buatku," ucap Naruto yakin dengan segala kepercayaan dirinya yang berlebihan.

"Hahaha, tidak mungkin Naruto, selera Sakura tidak seburuk itu," ledek Lee.

"Apa kau bilang, alis tebal?" ancam Naruto, urat-urat didahinya tiba-tiba bermunculan.

"E-eh, tidak kok, aku tidak serius, Naruto."

Naruto pun hanya mendengus kesal, "Lalu, kalau bukan aku, siapa?" gumam Naruto bingung, sambil menatap Lee dengan lekat-lekat.

"Yaah, mungkin saja aku," jawab Lee sekenanya, kali ini virus percaya diri yang berlebihan itu menjangkiti Lee. Dalam sekejap, Lee segera mendapatkan death glare dari Naruto.

"Jangan salah, Sakura-chan tidak buta, alis tebal," balas Naruto, tak mau kalah karena ejekan Lee sebelumnya. Takut mengusik Naruto lebih lanjut, Lee pun hanya mendengus kesal.

"Ah, bagaimana jika kita pergi memastikannya besok?" usul Naruto tiba-tiba, membuat Lee agak tersentak kaget.

"Err, kau yakin, Naruto? Apa kita tidak keterlaluan?" tanya Lee ragu.

"Tentu saja tidak, kita hanya ingin memastikan orangnya saja, setelah itu kita langsung pulang," jelas Naruto, meyakinkan Lee bahwa apa yang mereka rencanakan itu bukanlah sesuatu yang benar-benar salah.

"Aa-no, apa aku harus ikut juga?" tanya Lee bingung, sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Tentu saja, memangnya kau tidak penasaran?" ujar Naruto yakin, membuat Lee berpikir keras hingga memakan waktu beberapa menit.

"Hmm, baiklah, aku akan ikut," putus Lee kemudian.

Dengan cepat, kedua manik sapphire Naruto berubah drastis, "Bagus, datanglah kerumahku besok jam 8 pagi, oke?"

Lee mengangguk mantap.


Sementara itu, Sakura sedang bergelut dengan perasaannya sendiri, memikirkan resiko dari apa yang akan dia lakukan besok.

"Kau sudah pulang, Sakura-chan," sapa ibu Sakura dengan ramah ketika melihat anak semata wayangnya itu melintasi ruang tengah dan hendak naik ke atas tangga.

"Hai, aku pulang, ibu," jawab Sakura pelan.

Sesanpainya di atas, Sakura segera menuju kamarnya, dan mengunci pintunya rapat-rapat. Dia lalu melempar tasnya asal-asalan di atas meja dan segera menghempaskan tubuhnya di ranjang.

"Fuuh," Sakura menghembuskan napasnya dengan berat, sambil memandangi langit-langit di kamarnya dalam-dalam.

"Apa aku tidak kelewatan?" gumamnya pelan.

"Aku agak merasa bersalah pada Naruto, tapi, aku sungguh tak bisa berkata yang sejujurnya padanya," lanjut Sakura lagi, kali ini dia kembali membuang napas berat.

"Sudahlah, Naruto pasti mengerti," putusnya kemudian, meski masih agak ragu.

"Tapi," Sakura berpaling, lalu memandang langit melalui kaca jendela dari dalam kamarnya yang sedang menampakkan pemandangan langit sore yang indah.

"Apa aku tidak terlalu terburu-buru?" gumamnya lagi.

"Sakuke-kun," Sakura menutup wajahnya yang mulai merona dengan kedua telapak tangannya. Hanya dengan menyebut nama pria itu saja, jantungnya sudah berdetak tak karuan.

"Aku sudah tidak bisa memendamnya lagi," kali ini Sakura melepas kedua telapak tangannya, membuat semburat merah itu terlihat jelas di wajahnya.

"Yosh, aku pasti bisa, ganbatte!" ucapnya penuh semangat, namun masih dalam volume yang kecil, berjaga-jaga agar tak ada siapapun yang mendengarnya berbicara konyol.


09.19 AM

Sasuke melirik jamnya dengan kesal, gadis itu sudah terlambat 19 menit. Jika Sakura datang, Sasuke pasti akan segera mengomelinya dan melampiaskan kekesalannya. Terlebih lagi, saat ini Sasuke masih dalam keadaan bad mood tingkat tinggi, salahkanlah Itachi yang muncul hampir setiap malam dimimpinya belakangan ini.

'Jika dia tidak datang hingga pukul 09.30, maka aku akan pulang,' batin Sasuke dengan kesal, sambil duduk tenang di kursi taman itu.

Dipandanginya orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya, mulai dari anak kecil hingga para manula, bahkan tak jarang ada beberapa gadis yang terkikik kecil karena terpesona pada ketampanan Sasuke, padahal pria itu hanya memasang wajah datar andalannya, tanpa senyum sama sekali.

"Sasuke-kun, hosh, maaf, hosh, aku terlambat," ucap Sakura dengan susah payah, gadis itu kini berusaha keras mengendalikan napasnya yang tidak teratur dan berusaha merapikan dandananya yang agak kacau karena berlarian.

"Sudahlah, langsung saja, kenapa kau memintaku datang kesini?" tutur Sasuke dengan nada dinginnya yang khas, membuat Sakura bergedik ngeri.

'Tuh kan, Sasuke pasti marah,' batinnya.

"I-itu-u," Sakura malah terlihat semakin gelagapan, kedua ujung jari telunjuknya dia mainkan dengan gugup. Jika dipaksa bilang saat ini juga, mentalnya belum siap sama sekali.

"Cepat katakan, Sakura. Aku tidak punya banyak waktu," gerutu Sasuke. Tapi dia tidak berbohong, semalam dia memang tidak bisa tidur dengan nyenyak dan karena Sakura memintanya datang pagi-pagi, maka dia harus rela menunda waktu tidurnya dulu.

"A-ano, S-sas-suke, a-a-aku-" Sakura masih tertunduk sambil menyembunyikan wajahnya, menjauhkan semburat merah di wajahnya dari pandangan Sasuke.

"Sakura!" teriak Sasuke, kali ini dia terlihat benar-benar kesal pada gadis di hadapannya.

"Aku menyukaimu Sasuke-kun," ucap Sakura dengan sangat lancar, ber-termakasihlah kepada bentakan Sasuke tadi. Sekarang, gadis itu semakin tidak sanggup melihat wajah pria tampan di hadapannya dan lebih memilih untuk menatap ujung sepatunya.

Tanpa sadar, Sakura meremas-remas ujung roknya, menunggu apa yang akan dikatakan Sasuke atas pengakuannya tadi.

"Hanya itu?" ucapan Sasuke itu sukses membuat jantung Sakura nyaris copot, dengan cepat gadis itu mendongakkan wajahnya dan menatap iris onyx yang menantang di hadapannya.

"H-hanya itu kau bilang?" tanya Sakura dengan nada tak percaya, uchiha muda di hadapannya sungguh keterlaluan.

"Iya, kau membuang-buang waktuku," ucap Sasuke, masih dengan nada yang dingin dan tatapannya yang tajam, membuat Sakura serasa ingin menangis detik ini juga.

Tapi tunggu, Sakura baru menyadari bahwa ada lingkaran hitam di bawah mata Sasuke, dan itu artinya, pria di hadapannya memang sedang tidak bisa diganggu.

'Apa jangan-jangan Sasuke-kun kurang tidur karena aku memintanya datang pagi ini...' batin Sakura dengan gelisah, masih sambil menatap iris Sasuke dalam-dalam, dia merasa agak bersalah.

"M-maa-" ucapan Sakura segera dipotong oleh Sasuke, yang tampaknya telah lelah berdiri di sana.

"Sudahlah, aku mau pulang," ucapnya enteng, tanpa memperdulikan iris emerald di hadapannya yang telah berkaca-kaca, siap menangis kapan saja.

"T-tunggu, Sasuke-kun," sergah Sakura, sebelum pria itu sempat melangkahkan kakinya menjauhinya.

"Apa lagi?" tanya Sasuke sarkastik.

"A-aku-u-"

"Cukup, jika kau hanya ingin membahas hal bodoh macam itu, lupakan saja."

Dengan santai, pria berambut pantat ayam itu melenggang pergi, meninggalkan Sakura yang sangat ingin menahannya, namun suaranya tiba-tiba tadi tercekat di ujung lidah. Ucapan Sasuke tadi telah sangat keterlaluan, Sakura pun tak kuasa menahan buliran air matanya yang menyerobot keluar.

'Hal bodoh? Apa kau pikir ini mudah, hah?' Inner Sakura mendadak ingin memberontak, namun keadaan sekitar sangat tidak memungkinkan.

Sakura kini tak bisa berbuat apa-apa lagi, Sasuke telah jauh pergi meninggalkannya. Gadis itu pun hanya terduduk lesu dengan air mata yang menggenangi pelupuknya.


Di perempatan jalan, Sasuke tiba-tiba dihadang oleh seseorang, pria itu menarik lengannya dari belakang, "Naruto!" pekik Sasuke, nyaris saja dia menyerang Naruto tadi.

"Sasuke, apa yang telah kau lakukan pada Sakura-chan, dasar pantat ayam!" seru Naruto dengan kesal, sambil tetap memandang Sasuke penuh amarah.

"Apa maksudmu? Lepaskan aku, baka," Sasuke berusaha memberontak dari cengkraman Naruto, dan tentu saja, dia berhasil lolos.

"Apa maksudku? Kau pikir aku tidak melihatnya?" ucap Naruto dengan seringai lebarnya, bermaksud membuat Sasuke tersentak kaget. Namun anehnya, pria itu masih tetap memasang wajah cool andalannya.

"Terserah kau saja, jika kau hanya ingin bertarung denganku, jangan sekarang. Aku ingin segera pulang."

"Apa kau bi-" belum sempat Naruto menyelesaikan ucapannya, Sasuke telah lebih dulu memotongnya.

"Pergilah," dan dengan langkah gontai, Sasuke kembali berjalan menuju rumahnya, meninggalkan Naruto yang masih termangu di jalan.

Namun bukan namanya Naruto kalau dia hanya berdiam diri saja sana di sana, dengan brutal Naruto menghampiri Sasuke dan mencengkram kerah bajunya, "Sudah aku bilang, jika kau berani mengusik Sakura-chan. Aku sendiri yang akan menghabisimu, pantat ayam sialan."

Dengan kesadaran yang nyaris hilang, Sasuke melepaskan cengkraman Naruto dengan kasar lalu memandangnya tajam, "Jangan sekarang," ucapnya pelan, dengan suaranya yang mulai parau.

Naruto terkesima, sesaat yang lalu dia dapat melihat dengan jelas kedua lingkaran hitam yang menghiasi bagian bawah mata Sasuke, serta bola matanya yang agak merah, 'Mungkin dia memang sedang dalam kondisi yang buruk...' pikir Naruto.

Akhirnya, Naruto pun membiarkan Sasuke beristirahat dirumahnya, dan berlalu pergi untuk menghibur Sakura. Sebenarnya ini adalah kesempatan emas baginya untuk membuat Sakura sedikit 'memandangnya' dan 'meninggalkan' Sasuke.


"Naruto!" Rock Lee datang dengan kecepatan penuh, dan langsung saja menghampiri ninja muda itu.

"Dimana Sakura-chan?" tanya Naruto blak-blakan.

"I-itu-" gumam Lee dengan ragu.

Dan akhirnya, pria beralis tebal itu menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi sesaat yang lalu, semenjak kepergian Naruto untuk mengejar Sasuke. Mereka berdua sejak tadi memang bersembunyi dan memata-matai Sakura yang sedang terlihat mengobrol berdua dengan Sasuke, karena penasaran, akhirnya tujuan mereka berdua yang semula hanya ingin memastikan 'siapa pria yang diundang Sakura' akhirnya berubah menjadi 'ingin apa Sakura berduaan dengan Sasuke'.

"Apaa?!" pekik Naruto dengan heboh, membuat Lee segera menutup mulut Naruto yang menganga lebar.

"Jangan ribut, Naruto."

Naruto menghempaskan tangan Lee dengan cepat lalu kembali meng-heboh, "Jadi sekarang Sakura-chan sudah pergi meninggalkan Konoha?"


Hiaaaa~ akhirnya chapter 1 selesai hohoho

Maaf kalo ceritanya gaje banget *nunduk-nunduk*

Soal pairingnya saya juga masih agak bingung, bagusnya Sakura dipasangin sama siapa ya? *loh* ah, sudahlah, ntar juga ceritanya ngalir sendiri kok hahaha #plak

Oke, saya sangat mengharapkan review dari para readers, jadi dimohon bantuannya :)

reviewyaaa ^^

Arigatou