Seasons of Love

Disclaimer : Yamaha

Warning(s) : Typo(s), alur yang tak menentu, bahasa/kalimat yang sulit dimengerti, jalan cerita yang melenceng, POV tidak beraturan, scene moe bertebaran (?)

Genre(s) : Comedy, Drama, Romance/Hurt, Slice of Life, School Life

Rated : T (Teen)

Summary : "Masihkah kau ingat? Dimana saat kita pertama kali bertemu? Saat cuaca sudah mulai mendingin? Kuharap kau mengingatnya, dan apabila kau ingat itu, itu sangat membuatku senang, lebih dari senang."

Chapter 1 : Bertemu

Normal POV

Sekolah, tempat yang sangat mengasyikkan dan juga membosankan. Itulah yang ada di pikiran Rin, Rin Kagamine. Gadis dengan pita putih besar yang ada di atas kepalanya, yang sekarang sedang duduk di kelas 2-2. Sifatnya memang menarik. Dia energik, tomboy dan keras kepala. Tetapi, dia bisa saja menjadi malu karena orang-orang di sekitarnya yang sedang menggodanya saat dia tidak bersalah.

Tsundere, julukannya. Mungkin dia akan salah tingkah apabila kita mengatakannya 'tsundere'. Dia juga sangat senang mengoleksi sesuatu yang lucu, namun tidak ada yang mengetahui hobinya tersebut. Tsundere memang unik, ya.

Kembali ke keadaan sekolah, kini Rin sedang berjalan melewati lorong sekolahnya yang sangat panjang dan lebar, sendirian. Walaupun Rin termasuk murid yang populer dan memiliki banyak teman, dia lebih suka menyendiri. Apalagi disaat cuaca sangat dingin. Alasannya karena suka menyendiri saat cuaca dingin? Itu karena dia merasa tenang apabila sendiri ditemani dengan tema cuaca dingin, yap, 'tenang'.

Terkadang, Rin bisa merasa kesal apabila dia sedang menyendiri di kelasnya, namun suasana ribut kelasnya menghilangkan ketenangannya, sehingga Rin bisa membanting pintu saat dia ingin keluar dari keributan kelasnya, dan kelas akan kembali hening.

Rin berjalan mendekati pintu menuju perpustakaan dengan sebuah tulisan 'diharapkan untuk menutup kembali pintu yang dibuka'. Rin sangat senang dengan perpustakaan di sekolahnya, walaupun baru-baru saja dia sering datang ke sana. Menurutnya, perpustakaan adalah tempat yang sangat pas untuk menenangkan dirinya, sembari membaca buku-buku yang menarik.

"Hah…" Rin menghembuskan nafasnya sangat panjang, tandanya Ia sedang bosan dan lelah. Ia beranjak dari tempat duduknya, dilihatnya jam tangannya. Masih pukul empat sore, pikirnya. Padahal sekolahnya sudah saatnya untuk pulang, namun Ia masih saja menyempatkan dirinya untuk datang ke perpustakaan. Dilihatnya di sekitarnya sementara dia sedang berdiri, hanya ada sedikit orang. Tak ada yang Ia kenal. Mungkin karena mereka adalah kakak kelas Rin, dan Rin tak pernah melihat mereka. Biasanya, para murid yang tertutup, sangat senang menuju ke perpustakaan, tapi itu bukan berarti Rin termasuk ke dalam kategori murid tertutup itu, Rin sangat terbuka.

Pintu perpustakaan kembali terbuka, seorang lelaki berkacamata memasuki perpustakaan. Wajah itu tidak terlalu asing bagi Rin, sepertinya Rin pernah melihatnya. Pandangannya berubah saat kupu-kupu putih juga ikut masuk ke dalam perpustakaan, bersamaan dengan lelaki itu.

"Ah!" Rin mengingat sesuatu. 'Apabila kau melihat seorang lelaki memasuki perpustakaan bersamaan dengan kupu-kupu putih di saat musim salju akan tiba, itu artinya, lelaki tersebut merupakan jodohmu hingga masa depan, dan kalian akan mencintai satu sama lain, walaupun salah satu dari kalian akan pergi.'. Rin terdiam sesaat, teringat sebuah kutipan kalimat pada sebuah novel yang telah Ia baca sekitar dua hari yang lalu.

Lelaki itu, jodohnya? Mungkin dia sangat kebingungan saat itu. Memang, 'sih, Rin tidak terlalu tertarik dengan hal yang tidak memunginkan seperti itu. Tapi, entah kenapa hal itu yang sering ada di dalam pikirannya kali ini. Namun, Ia berusaha untuk mengabaikannya, segera Ia pergi meninggalkan kursinya tersebut, menuju lemari penuh buku.

Tinggi, sangat sulit untuk digapai. Rin masih belum menyerah, tetap saja Ia berusaha untuk meraih buku yang lumayan tinggi di lemari tersebut, walaupun dia sekarang sedang naik di atas tangga. Kau tahu, 'kan? Rin sangat keras kepala. Rin termasuk pendek, tingginya hanya sekitar 149 cm, sedangkan teman-temannya sekitar 155 cm. "Uugh… aku… tidak… bi- Kyaaah!" Rin kehilangan keseimbangannya, Rin jatuh, dari tangga yang Ia naiki. Ya, Rin hanya bisa pasrah, teriak pun tak mungkin ada yang mau menolongnya, karena yang lain sedang tenang membaca buku.

Tidak sakit, pikir Rin. Kini Ia merasakan bahwa dirinya sedang diangkat oleh seseorang. Rin membuka matanya sedikit, melihat apa yang sedang terjadi, berusaha sadar dari keputusas asaannya tadi.

Rambut pirang terang lumayan menutupi pandangannya, Rin teringat sekilas, lelaki berkacamata dengan kupu-kupu yang masuk ke perpustakaan tadi. Ya, lelaki itu memiliki rambut yang berwarna pirang terang diikat ke belakang, ponytail. "Kau tidak apa-apa?" tiba-tiba Rin mendengar ada suara seseorang lelaki, sumbernya sangat dekat dengan Rin. Rin mengangkat wajahnya ke atas, ternyata memang benar, itu lelaki yang masuk ke perpustakaan dengan kupu-kupu putih itu! "A-aku tidak apa-apa, kumohon, turunkan aku," pinta Rin sedikit malu, Rin tidak terlalu bisa berbicara dengan anak laki-laki, apalagi lelaki yang baru Ia kenal.

Lelaki berambut pirang itu segera menurunkan Rin dengan berhati-hati, Ia membetulkan kacamatanya, membuatnya terlihat sangat keren, namun wajah polosnya membuatnya terlihat imut. Lelaki yang imut. Suasana hening sejenak. Jantung Rin berdetak cepat.

"Kau baik-baik saja? Te-terimakasih telah me-menolongku…," kata Rin memulai pembicaraan, walau Ia terlihat sangat gugup.

"Sama-sama, aku baik-baik saja, badanmu ringan, kok…," jawabnya dengan wajah polos tak berdosa. "Bu-bukan itu yang ku masalahkan, ba-baka!" Rin malu dengan apa yang lelaki itu jawab, masalah berat badan. Ya, Rin sangat ingin gemuk. Namun, selalu saja beratnya 32 kg. Padahal yang Ia harapkan adalah 40 kg.

"Hey, aku berusaha menjawab pertanyaanmu dengan wajar, 'kan? Lagipula, kau Rin Kagamine dari kelas 2-2 itu, ya? Wah, kamu loli-pettan, ya! Kata orang-orang, kau tsundere. Sekarang aku bisa melihat sisi tsun-" "PLAK! Baka!" sebelum lelaki berkacamata itu menyelesaikan bicaranya, Rin menampar pipi lelaki tersebut, tidak terlalu keras, namun pasti sakit. Rin segera meninggalkan lelaki polos yang tak ada dosa itu dari perpustakaan, untung saja, tidak ada yang melihat kejadian tersebut.

Rin POV

Aku berjalan keluar dari perpustakaan, kesal. Segera aku berlari menuju ke arah ruang kelasku, 2-2. Kuambil tasku yang masih tertinggal di sana, dengan senyuman masam. Pettan? pikirku. "Apa yang salah dengan pettan!?" aku marah, kubanting pintu kelasku ketika aku ingin keluar. Aku benci lelaki sok polos itu!

Sepanjang perjalanan menuju rumahku, pikiranku berputar-putar, mengingat lelaki itu. Benci, yang ada di pikiranku. Tak masalah bila psikolog mengatakan, 'kalau benci jadi suka.' mana mungkin aku menyukai seseorang seperti itu! Mesum!

"Tadaima," aku mengucapkan salam yang biasanya anak-anak lakukan apabila masuk ke rumah mereka masing-masing. Tak ada yang menjawab. "Sudahlah, yang penting aku makan dulu!" aku melempar tasku ke atas sofa. Aku berjalan menuju meja makan, sudah tersedia gyudon. Yaitu nasi dengan irisan daging sapi rebus, gyudon memang makanan yang kusuka, papa hebat.

Rumahku termasuk besar, tapi tidak terlalu mewah. Sedangkan di rumah ini, yang menempatinya hanyalah aku dengan papaku. Padahal, di rumah ini terdapat empat kamar tidur, dua toilet, dan satu kamar mandi. Itu cukup untuk kami berdua. Sudah empat tahun sejak papa bercerai dengan mama, dan adikku, Rinto, masih berumur 6 tahun, sudah meninggal karena kecelakaan. Hal itu membuat mama depresi, sehingga memutuskan untuk bercerai, dan menenangkan hidupnya sendirian, tanpa papa dan aku.

Tanpa berpikir apapun, aku memakan gyudon-ku. Papa tidak ada dirumah, papa masih bekerja hingga tengah malam. Pekerjaan papaku adalah koki, koki di sebuah restoran ternama, Kamine's Restaurant, KaRe, singkatannya. Restoran tersebut berbintang 5, makanan disitu, terkenalnya sudah melewati batas negara Jepang! Walaupun begitu, restoran tersebut tidak terlalu mahal, karena itu, banyak orang-orang yang sering sekali makan bersama di restoran tersebut. Jarak rumahku dengan restoran itu tidak jauh kok, hanya tinggal melewati beberapa blok, dan aku bisa melihat restoran tersebut.

Setelah aku selesai memakan gyudon papa, aku segera mandi, untuk menyegarkan pikiranku. "Haaah…," aku keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan handuk kuning kecil. "Piyama, piyama…" kataku sembari mencari-cari piyama yang ada di lemari bajuku, ketemu. Aku langsung berganti pakaian, piyama hangat pemberian papa disaat ulang tahunku.

"Riing, riing…," nada dering handphone milikku bergetar. Segera aku mengambil hanphoneku, dari mama.

From : Mama

Subject : none

Rin, bagaimana kabarmu di sana? Semoga baik-baik saja. Mama kangen dengan Rin, 'nih…

"Lagi-lagi…," ucapku. "Setiap satu minggu sekali, selalu sms begini, kalau kangen, mengapa mama tidak balik saja kesini?". Aku kesal. Tidak kubalas pesan dari mamaku. Kutidurkan tubuhku ke atas kasur empuk di kamarku, membuatku tenang dan melupakan apa yang terjadi hari ini. Sedikit demi sedikit, mataku mulai tertutup.

Normal POV

Burung-burung di pagi hari bersenandung dengan indahnya, membuat Rin terbangun. Tanpa basa-basi, Ia segera masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya, menyadari bahwa Ia akan pergi ke sekolah hari ini. Sudah selesai mempersiapkan dirinya untuk pergi kesekolah, Rin segera turun dari kamarnya yang berada di lantai atas, sambil menyelempangkan tasnya. Papanya sudah duduk di depan televisi, membaca koran. Dibiarkannya televisi menyala. Rin memakan roti bakar bercampur selai stroberi di atasnya. Rin makan sambil berjalan keluar rumah. "Aku pergi," kata Rin dengan mulut yang penuh dengan roti bakar, Papa Rin hanya mengangguk, masih terus membaca korannya.

Rin berjalan santai menuju sekolahnya, dilihatnya jam tangannya, masih pukul enam pagi. Rin mengambil botol minum yang ada di tasnya, Ia membuka tutup botolnya, dan segera meminum airnya. Segar.

Sesampai di depan sekolah Rin, Rin disapa temannya, Hatsune Miku. "Wah, Rin, kebetulan, bisa temani aku ke kelas 2-4, tidak?" pinta Miku tapi tidak memaksa Rin. "Boleh, tetapi untuk apa?" Rin bertanya balik. "Aku hanya ingin mengambil titipan dari temanku, kok." jawab Miku. Langsung saja mereka berjalan, memasuki gedung sekolah, menaiki beberapa anak tangga, dan mulai dekat dengan kelas 2-4.

"Miku-chan! Ini titipannya!" teriak seorang gadis berambut pink panjang sambil melambai-lambaikan tangannya ke atas, dengan ahoge di atasnya. Rin mengenali anak itu, Miki Tamaya. Kata orang-orang, dia termasuk anak tsundere, tetapi Rin lebih Tsundere, tentunya.

"Sankyuu, Miki-chan," Miku berterimakasih dengan Miki. Miki tersenyum, dan kembali lagi ke kelasnya. Miku termasuk murid yang sangat lembut, baik, populer, dan banyak yang menyukainya. Selain itu, otaknya termasuk cerdas. Miku selalu masuk tiga besar, tetapi dia tidak bisa mengalahkan Kasane Teto dari kelas 2-1. Walaupun Teto anak yang cerdas, tetapi dia sangat sombong. Banyak yang tidak menyukainya.

"Ah, Rin, maaf membuatmu menunggu. Terima kasih sudah menemaniku! Aku kembali ke kelasku, ya!" kata Miku memulai percakapan dengan Rin, tersenyum, lalu dia pergi meninggalkan Rin. Miku berada di kelas 2-1, sama seperti Teto. Kelas 2-1 termasuk kelas yang murid-muridnya cerdas dan kaya, unggulan.

Rin berjalan menuju kelasnya, 2-2. Kelasnya masih sepi, ditaruhnya tasnya ke arah mejanya. Setelah itu, dia mulai bosan. Rin segera meninggalkan kelasnya, tentu saja, menuju perpustakaan. Rin memasuki ruang perpustakaan yang luas itu, sangat sepi. Yang dilihatnya hanya ada tiga murid di situ. Satu murid petugas perpustakaan, dan dua lainnya hanya murid biasa.

Buku-buku tertata rapi, sedikit debu. Rin menuju lemari yang isinya adalah buku-buku menarik bagi Rin. Rin mengambil buku yang berada paling bawah, agar mudah untuk dijangkau. Setelah mengambil dua buku untuk dibaca, Rin segera duduk di kursi perpustakaan yang sudah berjejer rapi. Tenang.

"Cklek." suara pintu terbuka, Rin merasa terganggu dengan suara itu. Dia melihat ke arah pintu terbuka. Alangkah terkejutnya Rin, yang Ia lihat adalah, lelaki berkacamata mesum kemarin!

TBC

Yosh~ Sankyuu bagi yang udah membaca~ Perkenalkan, saya Keroron, cukup panggil Keron-chan saja~ Ini fanfic pertama saya, maklum, saya baru saja bergabung di sini ^^ mohon review dan ajari saya banyak hal, ya! Ingin lihat kelanjutannya? Review dulu~ :3

Karena judulnya bertema musim, jadi di chapter selanjutnya akan saya buat tentang musim salju dulu, ya! :D