Warning : A bit shounen-ai, fluff and gombal overload
Enjoy!
.
.
.
"Tidak adil".
Telunjuk mengetuk-ngetuk dada bidang yang terlihat dibalik yukata berwarna anggrek dibawahnya. Tangan kirinya menopang dagu. Kedua pipinya digembungkan, menunjukkan kejengkelan pada raut wajahnya yang manis.
"Hm? Apanya?".
Lelaki itu balik bertanya. Membetulkan posisi lengan kirinya yang digunakan untuk bantalan kepala. Jemari tangan kanannya sibuk memainkan helaian halus berwarna platina yang jatuh berantakan di atas dadanya. Dua bola mata berwarna cempaka menatap lurus. Sesekali mengedipkannya, menahan diri dari kantuk.
"Apalagi kalau bukan ukuran badan kita, terlalu jauh!", kedua tangannya yang mungil dikepalkan dan menghantam dada dibawahnya. Lelaki yang berada dibawahnya hanya terkekeh, masih memainkan untaian rambut yang sekarang berada di sekitar lehernya.
"Maksudmu, rubi bundar yang sedang menatapku?", jemarinya mencubit pelan pundak putih di atasnya,"tubuh ramping berkulit salju ini?", disusuri kulit itu sampai ke lengan, lalu tangan, rasanya menggelitik. "Dan yang kau maksud, tangan mungil dan lembut ini?", tangannya kembali menyisir rambut-rambut putih,"apa helaian halus dan wangi ini juga?". Wangi di ujung rambut dia hirup dalam-dalam, mencoba menebak-nebak wanginya.
Ah. Wangi bunga sakura.
"Ada apa dengan tubuh mungil dan indah ini?".
Wajahnya memerah. Tidak menyangka akan mendapatkan kata-kata gombal dari lelaki tadi.
Bukan. Itu pujian.
Mencoba bersikap tenang, dia mendeham dan mendengus,"dengan tubuh seperti ini, kau akan selalu menundukkan kepalamu ketika berbicara denganku, lehermu kan jadi sakit".
Telunjuknya bermain lagi, membuat pola lingkaran di atas dada Iwatooshi. "Kau pasti lelah menggendongku setiap hari, aku juga tidak bisa menyisir dan mengikat rambutku sendiri", tangannya menggenggam helaian rambut di sisi kirinya,"langkahku kecil, kadang aku tidak bisa menyamakan pijakan jalan kita, memelukmu sampai ke punggung saja aku susah payah".
Bola rubi itu bergerak-gerak, memalingkan pandangan dari lelaki di bawahnya,"dengan fisik seperti ini, serangan pedangku juga minim", dia menghela nafas dan memejamkan matanya,"aku rindu dengan aku yang dulu...karena dengan tubuh ini, aku tidak bisa melindungimu...".
Keheningan terasa berat sampai tangan berlapis kain hitam itu mengusap wajah mungilnya dengan lembut. Imanotsurugi sedikit terkejut, dengan cepat dia kembali menatap pria dibawahnya. Iwatooshi hanya terkekeh pelan.
"Kalau aku lelah menunduk, aku akan berjongkok agar wajah kita saling berhadapan", jari-jarinya masih mengusap-usap pipi,"kau ini ringan, tidak mungkin aku akan lelah hanya karena menggendongmu". Bola mata cempaka itu mengedip malas, mencoba mengingat samar wangi bunga sakura yang sesaat tadi dihirupnya,"warna rambutmu sangat indah, apalagi mereka halus dan wangi, aku tidak akan pernah bosan menyisir dan mengikatkannya".
Tangannya berhenti dan menggenggam tangan mungil di depannya,"kalau berjalan, aku akan memperlambat langkahku dan menggandengmu agar pijakan kita sama". Genggamannya makin erat,"kalau kau tidak bisa memelukku, aku yang akan memelukmu".
Perlahan, tangan mungil itu dibawa ke bibirnya. Diciumnya jemari itu satu persatu sampai ke telapak tangan, lembut, seperti mendewakan barang berharga yang mudah pecah.
"Kau ini bicara apa, aku yang akan melindungimu".
Imanotsurugi terdiam. Wajahnya memerah lagi. Senyuman manisnya terkulum. Didekatkannya wajah mereka, sampai dahi saling membentur. Kali ini dia yang terkekeh.
"Tidak adil".
.
.
.
karena cerita ori mereka angsty dan author lagi suka merekaaaaa 8'D
iya, author tau ini cheesy dan gombal, tapi apadayaaa huhuhu
ngomong-ngomong ini fic pertama di fandom ini, berniat nge translate ini ke English tapi nanti aja kapan-kapan /plakplok
terima kasih telah membaca!
