A/n: Request dari teman. Bingung mau gimana. Jadinya saya buat pake Rin POV. Buat cerita yang sebelumnya, saya mohon maaf karena sepertinya cerita itu akan ditunda dulu untuk sementara.


Akibat Penyamaran yang Mengantarkan ke Pintu Kematian

[ Len x Miku ] Rin, Kaito

Vocaloid Yamaha © Crypton Future Media.

~ # Tragedi # ~


Rin POV

Hoi! Nama gue Kagamine Rin. Saudara kembarnya Kagamine Len. Anak playboy yang manja itu. Pasti kalian udah tau sama Len, 'kan? Tau Hatsune Miku juga, 'kan? Nah, sekarang gue mau nyamar jadi Len. Gue mau ngedeketin Miku, terus pacaran, deh.

YURI IS MY LIFE!

Hari itu, gue lagi mau ketemuan sama Miku di taman. Ya tentunya gue nyamar jadi Len. Karena gue sama Len itu kembar identik, makanya gue bisa nyamar jadi Len. Setelah gue 99% mirip sama Len (1%nya jenis kelamin omfg), akhirnya gue keluar rumah dan on the way pergi ke taman. Kalo gak ke taman, emang gue mau ketemuan dimana lagi?

Pas gue sudah sampai, gue belum ngeliat Miku di taman. Setelah 10 menitan, gue akhirnya baru ngeliat Miku. Dia lagi ngegandeng tas mininya yang berwarna toska. Tiba-tiba dia ngomong, "Eh, kok lu mirip banget sama Rin, ya? Emangnya Rin punya kembaran?"

Gue bilang dalam hati, anjir Miku. Otaklu dimana sih? Kan gue udah pernah ngasih tau ke elu, kalo gue ini punya saudara kembar. Amnesia itu jangan di biasain dong. Kalo ada ulangan, lu baru boleh amnesia.

"Uh, iye. Gue kembarannya Rin. Masa lu gak tau sih? Kan Rin udah pernah bilang ke elu," celetuk gue sambil ngelirik duo couple yang lagi mesra-mesraan—di dekat cafe.

"Oh, jadi sekarang Rin ada dimana?"

"Emang kalian berdua mau ngapain?" tanya gue ngerocos. Dia cuma nengok ke atas. Emang diatas ada apaan? Langit bersih kek gitu, "Gue sama Rin mau jalan-jalan. Emang lu ngapain pergi ketaman sendirian? Jones, ya," tanyanya kepo.

"Idih. Emang masalah? Ya terserah gue dong. Sewot amat sih," ketusku.

"Kagak. Nanya doang kok dibilang sewot, sih? Sensi amat jadi orang," balasnya sambil masang wajah poker-face. Gue sama Miku cuma diam sebentar, terus tiba-tiba Miku bilang, "Gue mau pergi dulu, ya. Bye!", ucap Miku lalu pergi dari hadapan gue.

Tripple anjir buat Miku. Jadi gini, gue yang rencananya nyamar jadi Len—terus ketemu Miku di taman, dia nanya-nanya yang gak penting yang sebenarnya dia sudah tau. Terus gak lama itu dia ninggalin gue? Gegara gue gak datang-datang? Padahal gue sama Miku sudah janjian untuk ketemuan di taman!

Wajah poker-face yang gue pasang tadi masih tertempel di wajahku, lalu gue berjalan pulang. Untung saja, sekarang Len lagi berada di luar negeri. Len sekarang lagi liburan sama mamanya yang tentunya mama gue juga. Jadinya gue cuma tinggal dirumah sama papa gue.

OooOooO

Seminggu berlalu.

Len sama mama gue sudah pulang ke rumah. Oke! Rumah gue rame lagi. Gue agak kesel sama Len gegara dia suka ngegodain gue—karena gue suka ngechat dengan Kaito Shion. Len sudah tau kalau Kaito itu suka sama gue. Tapi gue biasa aja—gue nganggep Kaito itu sebagai temen deket gue. GAK LEBIH!

Gue juga sudah pacaran dengan Miku. Dua minggu yang lalu, gue nembak dia di taman pake bunga mawar biasa yang diikatkan dengan sebuah pita di sekelilingnya.

Sekarang gue lagi ngechat sama Miku. Gue dan Miku juga sudah janjian lagi untuk ketemuan di cafe. Tanpa berpikir panjang, gue iseng nyamar jadi Len lagi.

Setelah sampe di cafe, gue ngeliat Miku sudah duduk di kursi. Ya gue samperin dia. Dia mulai sewot—karena dia melihatku dalam bentuk tubuh Len— lalu membentak, "Mana Rin!?"

Gue cuma bisa sabar. Perasaan gue, kalo gue lagi gak nyamar jadi Len—tetep jadi seorang Rin—pasti perilakunya enggak sensitive gitu. Tapi ketika gue nyamar jadi Len, dia langsung mulai sensitive dan sewot amat—Gue jujur.

Tanpa basa-basi lagi, gue jawab dengan singkat perkataannya tadi, "Rin lagi ada urusan bentar. Katanya, tunggu saja beberapa menit lagi," Miku hanya mengangguk yang berarti dia paham. Gak lama itu, tiba-tiba seseorang masuk ke cafe.

Kring...*

Yang gue liat, orang itu berambut blonde¸dikuncir gaya ponytail dan dia cowok. Ya, kalian pasti tau dia.

LEN!

Ngapain dia disini? Gue panik Na'uzubillah. Keringet dingin gue netes semua. Terus Len menatap kearahku dan Miku. Dia nyamperin kami berdua, "Oi, Rin. Ngapain lu nyamar jadi gue?" tanyanya kepo seraya duduk di samping Miku.

Rasanya gue ingin nampar nih orang. Dasar saudara baka! Ngapain dia nyebut-nyebut nama asli gue? Gegara Len, jadinya Miku tau identitas gue yang sebenarnya. Gue takut reaksi Miku gimana. Tapi yang gue liat sekarang, wajahnya tampak horror. Terus dia berdiri dari duduknya, dan bilang,

"Lu ngapain ngebodohin gue kek gitu, Rin? Emang lu kira gue ini apa? Gue panik tau, gue gak pernah ketemu sama lu lagi setelah lu sudah nyamar jadi Len," gue hanya bisa panik. Panik banget. Banget. Banget. Sekali lagi, Banget!

Eh, sekali lagi, yang ini dieja, B - a - n - g - e - t.

Len hanya bisa menatap kami berdua dengan bingung, lalu dia ngerocos, "Hah? Maksud lu apa, Mik?"

Miku menatap Len dengan mata sinisnya—dan ngomong, "Bukan urusan lu!"

Tiba-tiba Miku ngeluarin pisau dari tasnya—entah mengapa dia membawa pisau itu dan darimana ia mendapatkannya. Gue tau apa yang mau dilakukannya. Gue cuma bisa pasrah.

Tapi saat Miku ingin beraksi, tiba-tiba Kaito datang secara misterius. Kaito langsung mendorong Miku dan pisau yang Miku pegang itu melayang—mendarat di kepala gue. Darah bercucuran dan akhirnya aku terjatuh lemas. Kaito yang melihat itu menangis dengan kerasnya. Dasar cengeng.

—Yang pasti kondisi gue sekarang mati. Eh, gue masih mau cerita.

Mata Kaito langsung mengarah pada Len dan Miku. Dia langsung menabok Len dan menampar Miku. Sama saja sih sebenernya. Tentunya, Len dan Miku marah sampai muka mereka berwarna merah. Yang satunya bekas tamparan dan satunya merah gara-gara marah. Len dan Miku pun mengambil pisau dari dapur cafe dan menancapkannya di leher Kaito. Kaito pun mati dan tergeletak di sampingku—dan kami berpengangan tangan.

Entah mengapa, Len langsung melirik kearah Miku dan menggenggam tangannya. Len berkata, "Gue cinta pada pandangan pertama sama lu, Mik. Lu mau gak jadi—ehem—pacar gue?"

Karena Miku memiliki perasaan yang sama seperti Len, Miku tidak akan menggelengkan kepalanya. Melainkan ia mengangguk. Mereka menatap satu sama lain dan tersenyum bahagia. Padahal di sekeliling mereka terdapat darah Kaito dan darah gue yang tercampur aduk. Tanpa Len dan Miku sadari, semua orang yang berada di cafe menatap sinis kearah mereka berdua. Dan mereka berbondong-bondong mengambil pisau dari dapur lalu menancapkannya ke jantung Len dan Miku.

Len dan Miku pun tergeletak dan mati sepertiku dan Kaito—sambil berpegangan tangan.


To be continued.


A/n: GAJE BENER KAN? Sebenarnya, alur ini salah loh. Tapi saya minta kepada teman saya untuk menerima apa adanya—karenasaaya sudah terlanjur membuatnya.

Hope you like it, desu~