TITLE: of beautiful, and broken boys
GENRE: angst
PAIRING: akashi/kuroko
NOTES: rikues dari bethsaida00 di twitter. saya payah dalam menulis angst jadi maaf kalau nggak nge-feel ya sist. juga ff ini berdasarkan dari perubahan kepribadian akashi waktu kelas 3 smp. saya sayang akakuro jadi sedih saja liat seijuurou jadi berubah gitu apalagi dia kayaknya perhatian sekali sama tetsu-kun (ngelap ingus). tapi sekarang sudah lega karena dia sudah kembali ke dirinya yang dahulu (bahasanya). mungkin.
DISCLAIMER: knb (c) fujimaki tadatoshi

enjoy?


.

of beautiful, and broken boys

.


i
Seperti listrik—setiap sentuhan, setiap ciuman, setiap nafas yang mereka hirup.

Semuanya sangat destruktif pada saat yang bersamaan.


ii
Ada kejutan listrik di setiap ciuman, di setiap gesekan jari-jari pada kulitnya. Akashi menyeringai ketika dia melenguh, satu tangan meraba leher dan yang satunya berdansa dengan lihai di seluruh permukaan kulit.

Dia merasa bergejolak, adrenalin berpacu, menyebar ke seluruh bagian tubuh ketika jari-jarinya disematkan di rambutnya, menggenggam helai-helai biru langit dan menarik wajahnya mendekat ke arahnya, menantangnya untuk menatap kristal emas dan merah.

Dia menancapkan giginya ke ceruk lehernya dan menghujamkan harapan untuk menghancurkan rusuk, sangkar dari (bukan, menurut sains) hati yang berdetak di dalamnya, untuk menggenggamnya di depan wajah dan menertawakannya.

Dia ingin membuatnya sakit, membuatnya terluka—luka yang sama yang sudah dia goreskan padanya. Dia ingin—menggenggamnya, hatinya, dan menghancurkannya—melakukan banyak hal dalam satu waktu, dia tidak yakin, tidak sepenuhnya yakin, pada apa yang dia inginkan.


iii
Mereka tahu apa itu jatuh.

Mereka tahu jika, saat mendarat, rasanya sakit.


iv
Tetsuya menatap langit-langit dengan tatapan kosong di hari Seijuurou melangkah pergi dari hidupnya. Dia masih bisa merasakan sedikit percikan listrik merayap di permukaan kulitnya, membuat ujung-ujung jarinya mati rasa.

Dia masih bisa, terkadang, mendengar suara Seijuurou. Ketika dia menutup matanya, dia bisa melihat dan merasakannya, hangat dan penuh afeksi, Seijuurou yang membawa pergi hatinya (dingin dan angkuh, Akashi yang menghancurkan hatinya menjadi serpihan-serpihan jelek).

Dia bisa mengingat Seijuurou selama hidupnya karena lebam-lebam biru-ungu belum menghilang dari tubuhnya, dan bibirnya masih bengkak dan berwarna merah.

Terkadang, ketika waktu memojokkannya, kulitnya terasa seperti dirobek dan darahnya mengalir deras seperti aliran sungai, seperti bayangan hitam yang menyelimuti kulitnya, seperti—

Seribu ciuman—sangat banyak ingatan yang menunggu untuk dihapus—yang membuatnya seperti tidak berarti apa-apa.