Catch Me (why am i so blind?)
.
Main Cast :
Yunjae (Jung Yunho x Kim Jaejoong)
Genre : two shoot, failure drama, failure romance.
Rate : T mendekati M
Disclamer : Castnya jelas punya SMEnt dan orang tua mereka tapi fict ini jelas punya author
Warning : yaoi (boy x boy), abal, typo(s), gaje, non EYD, DLDR.
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
"Cute."
"Omo Jaejoong. Kau harus melihatnya. Pagi ini uri Changminnie terlihat sangat kyeopta. Dia selalu menarik setiap hari. Aku tahu itu. Iya kan Jaejoong?"
"Geez. Setiap hari yang kau lakukan hanyalah mengintainya. Kau tahu? Kau seperti stalker Jung Yunho. Dan setiap hari kau juga selalu mengatakan hal yang sama. Apa kau tak bosan, huh?" Omel sesosok namja cantik yang sedari tadi diam saja mendengar ocehan sahabatnya yang sudah sangat biasa didengarnya setiap hari. Sebuah rutinitas yang membosankan.
"Uh, tentu saja bukan. Aku bukan stalker Jaejoong. Aku hanya mengkhawatirkan keadaan Changminnie saja. Apa dia bisa tiba di sekolah dengan selamat. Hanya itu saja kok. Tidak lebih." Kilah seorang namja satu lagi yang tangannya masih sibuk membawa sebuah teleskop yang mengarah kepada salah satu siswa yang baru saja memasuki halaman sekolah Tarantallegra Senior High School.
Tarantallegra Senior high School adalah sebuah sekolah khusus namja ternama di Seoul Korea. Sekolah cukup ternama dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk kedalam sekolah ini. Hanya yang berbakat atau yang berduit. Karena sekolah ini termasuk sekolah yang cukup mahal jadi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa diterima disana. Jika dia berduit tapi kurang berbakat tentu sudah pasti bisa masuk tapi jika sangat berbakat tapi kurang mampu, sekolah ini memiliki segudang beasiswa bagi siswa-siswanya yang berprestasi. Meski begitu, disekolah ini menggunakan sistem sekolah berasrama sehingga tidak ada perbedaan antara yang menggunakan beasiswa dengan yang tidak. Semua disamaratakan.
Kembali kepada kedua namja yang masih asyik mengawasi gerak-gerik seorang namja dari atas atap sekolah mereka. Hingga suara Yunho menginterupsi mereka.
.
"Ah, Joongie. Lihat. Ada yang berusaha mendekati uri Changminnie. Namja itu memanggil uri Changminnie. Bahaya. A-yo, kita harus segera menghentikan dan menyelamatkan uri Changminnie." Teriak Yunho sambil bergegas turun kebawah menghampiri namja yang sedari tadi diperhatikannya.
"Bahaya? Bahaya. Baiklah." Jaejoong yang sudah sangat hafal dengan tingkah laku sahabatnya hanya bisa mengikuti kemauannya saja.
.
.
"Changmin." Lagi-lagi Yunho berteriak saat ia sudah berada tak jauh dari Changmin. Berusaha mengalihkan perhatian namja jangkung itu dari namja yang sedang mengajaknya berbicara.
"Ah. Selamat pagi Yunho hyung."
"Bukankah jam pertama itu jam olahraga. Sebaiknya segera bergegas. Kau tahukan bagaimana ketatnya Park Songsae kalau tau kita terlambat meski hanya semenit saja. Kajja."
"Yeah. Maaf, aku harus segera ke kelas dulu untuk persiapan jam olahraga. Annyeong." Pamit Changmin pada namja yang tadi sempat mengajaknya berbicara sebentar. Sedangkan namja itu hanya bisa menatap Changmin bingung. Tanpa sempat mengucapkan sepatah kata, Changmin sudah bergegas meninggalkannya.
"Apa dia mengajakmu keluar?" Tanya Yunho saat mereka bertiga berjalan menuju kelas. Sepertinya Yunho benar-benar mengkhawatirkan keselematan namja bernama Shim Changmin itu.
"Ne hyung. Dia memang mengajakku keluar tapi karena aku banyak pekerjaan yang harus kukerjakan jaid aku dengan sangat terpaksa harus menolaknya. Aku merasa sangat bersalah karena harus menolaknya."
"Ugh, Changmin harus berhati-hati. Karena Changmin imut jadi banyak yang ingin mendekatimu meski kita berada di sekolah namja. Changmin harus hati-hati ne."
Changmin tertawa menanggapi ocehan Yunho. "Nde. Aku akan berhati-hati. Lagipula tadi Yunho hyung juga sudah menyelamatkanku lebih dulu. Terima kasih Yunho hyung."
Tiba-tiba saja jantung Yunho berhenti berdetak. Seolah waktu berhenti berputar untuk sesaat. Yunho terpaku melihat senyum yang baru saja terkembang diwajah Changmin sehingga membuatnya semakin terlihat menggemaskan dan cantik. Yunho bener-benar sudah terperangkap pesona Changmin. Dia sampai lupa kalau ada sepasang mata yang terus menatapnya lekat. Ada seseorang yang merasa tersakiti disana namun tak bisa berbuat banyak. Tak bisa dipungkiri ada sedikit rasa sakit seolah menusuk jantungnya. Tapi dia berusaha menahannya. Berusaha untuk bersikap wajar dan tidak muncul dipermukaan. Dia harus bisa melakukan itu. Untuk kebaikan mereka.
.
.
.
Shim Changmin. Teman satu kelas dengan Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Dia namja jangkung yang innocent dan imut. Tingkah lakunya yang menggemaskan semakin membuatnya jadi pusat perhatian di SM Senior High School. Banyak namja yang menaruh perhatian padanya. Banyak namja yang sangat menginginkan idola mereka untuk dimonopoli sendiri. Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Karena apa? Seorang Jung Yunho tidak akan diam saja melihat uri Changminnie di dekati oleh siapapun. Yunho selalu mengawasi kemanapun Changminnya itu pergi.
"Baiklah. Aku harus ke kantor staff dulu. Ada yang harus kuurus. Anyyeong Yunho hyung. Anyyeong Jae hyung." Pamit Changmin.
.
"Jung Yunho-ssi. Apa yang baru saja kau lakukan? Kau sudah menyukainya selama lima tahun lebih. Saat kita baru saja masuk ke SM Kimior High School sampai sekarang. Ini sudah lima tahun berlalu. Go get him! Nyatakan cintamu langsung padanya. Paboya namja."
"Ya. Hentikan. Itu tak semudah yang kau pikirkan Jaejoongie." Yunho pun bergegas menarik tangan Jaejoong untuk melanjutkkan perjalanan menuju kelas mereka yang tadi sempat tertunda. "Sudah cukup bagiku untuk tetap selalu berada di sampingnya. Karena apa? Karena pertama, kita saat ini sedang sama-sama disibukkan dengan ujian nasional kelulusan sekolah. Aku, kamu dan dia sama-sama sibuk mempersiapkan semuanya. Kedua, belum tentu Changmin menyukai seorang namja seperti aku menyukainya. Karena disekolah ini namja semua bukan berarti semua namja disini tidak ada yang menyukai yeoja. Siapa tau diluar sana ada seorang yeoja yang ternyata merupakan kekasih hati Changminnie." Raut wajah Yunho berubah sendu saat membicarakan hal itu. Tentu saja membuat Jaejoong, yang tadinya masih berniat menceramahi Yunho panjang lebar karena kebodohannya jadi hanya melengos malas. Jaejoong merasa sudah pasti kalah jika harus berdebat dengan Jung Yunho.
"Aah, terserah padamu sajalah Jung Yunho. Lakukan apa yang mau kau lakukan saja."
"Ngomong-ngomong mengenai laporan hari ini.." Belum sempat Jaejoong menyelesaikan ucapannya tiba-tiba terpotong dengan teriakan Yunho (lagi).
"Sial. Aku baru ingat. Aku meninggalkannya di kamar. Aku meninggalkannya di meja. Aku harus segera kembali untuk mengambilnya. Kau kekelas dulu saja Jaejoong. Nanti aku menyusul. Aku harus cepat-cepat. Aku tak ingin terlambat di jam Park songsae."
Belum sempat Yunho berlari menjauh. Tangan mungil Jaejoong berhasil menggenggam uJung baju seragam yang dikenakan Yunho. Yunho yang sedang sangat teruru-buru merasa kesal dan hendak memarahi Jaejoong jika saja dia tidak melihat apa yang sedang terpampang jelas di depan mukanya. "Tak usah. Aku sudah membawakannya. Sudah kuduga kalau kau akan melupakannya begitu saja." Jaejoong menjelaskan, seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan Yunho padanya
"Woah, Jaejoong emang luar biasa. Jaejoong memang bisa dipercaya. Love you Jaejoong." Yunho sontak memeluk Jaejoong saat menyadari apa yang dipegang Jaejoong. Yunho tak perlu repot-repot berlari ke kamarnya hanya untuk mengambil laporannya. Memang hanya Jaejoong yang bisa mengerti Yunho luar dalam. Tanpa perlu bicara banyak, Jaejoong sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh Yunho. Jaejoong memang sahabat sejati bagi Yunho. Setidaknya itu yang ada dalam pikiran Yunho.
"Yak. Jung Yunho. Lepaskan. Berhenti mengatakan dan melakukan hal menjijikan seperti ini. Lepaskan. Aish." Jeajoong berontak melepaskan diri dari pelukan Yunho yang dirasa cukup keras untuk tubuh mungilnya. Bergidik geli saat mendengar kata-kata 'Love you' dari mulut Yunho yang hanya ditanggapi tawa ringan dari Yunho. Membuat Yunho semakin gemas dan mempererat pelukannya tanpa peduli teriakan protes dari bibir plum Jaejoong. Tanpa Yunho sadari, seulas senyum tipis juga sempat menghiasi bibir plum itu. Hanya seulas saja. Sekejap kemudian, senyuman itu berubah dengan celotehan protes pada namja tampan itu.
"Jaejoong, kau memang sahabat terbaikku." Yunho melepaskan pelukannya dan menyeret Jaejoong berjalan menuju kelas mereka. "Nanti siang aku akan mentraktirmu jus. Otte?"
Jaejoong adalah teman sekamar Yunho. Mereka sudah bersahabat sejak lama, sejak mereka menginjakkan kaki di SM Kimior High School dulu. Kini mereka sudah bersama selama lima tahun. Setiap ada Yunho, disitu selalu ada Jaejoong. Begitu pula sebaiknya. Banyak salah orang mengira mereka memiliki hubungan khusus, yang tentu saja langsung dibantah mentah-mentah karena dia hanya menyukai Shim Changim seorang. Bahkan setiap hari Yunho berdikusi dan membahas Changmin dengan Jaejoong. Bagi Yunho, Jaejoong adalah sahabat baiknya.
"Jaejoong, kau akan terus menjadi sahabat baikku."
"Eum, siapa tahu?"
"Ya. Jaejoong. Apa maksudmu?"
"Nothing."
Mereka terus saja beradu argumen kecil sepanjang perjalanan menuju kelas.
.
.
.
"Yay, kali ini hanya berlari cepat 100 meter. Aku pasti akan bisa mencetak rekor tercepat. Lihat saja Jaejoong, kau pasti tidak akan bisa mengalahkan rekorku." Yunho nampak sangat bersemangat di jam pelajaran mereka.
"Huh, Jung Yunho-ssi. Come on. Ini hanyalah pelajaran olah raga seperti biasa. Biasanya juga pasti kau yang menguasai semua rekor yang ada jadi kenapa kau terlihat sangat bersemangat seperti ini. Bahkan sangat bersemangat. Tidak pantas."
"Ya, Jaejoong. Kenapa kau malah mengomel tak jelas. Tentu saja aku bersemangat. Karena nanti uri Changminnie pasti akan melihat aksiku. Aku ingin dia melihat penampilan terbaikku." Bisik Yunho di telinga Jaejoong menjawab celotehan Jaejoong. Jaejoong pun hanya bisa mendengus kesal dengan tingkah laku sahabatnya ini.
"Jung Yunho." Terdengar suara Park Songsae memanggil nama siswanya sesuai urutan absen dan saat ini adalah gilirannya Yunho. Dengan semangat Yunho melepas jaket trainingnya dan menitipkannya pada Jaejoong kemudian menghampiri Park Songsae.
"Yunho hyung. Sukses ya. Semoga berhasil." Suara lembut Changmin yang memberi semangat langsung saja dijawab senyuman lebar diwajah Yunho. Dalam hati Yunho berteriak senang. Ingin rasanya dia melompat karena saking bahagianya namun dia harus menahannya. Dia tak ingin Changmin tau kalau Yunho menyukainya.
"Yup. Tentu saja. Aku akan memberikan yang terbaik." Jawab Yunho, berusaha memberikan menjawab dengan tenang. Meskipun Yunho berusaha menutupi rasa gembiranya, namun hal itu tak luput dari perhatian Jaejoong. Jaejoong sangat tahu kalau Yunho sangat senang hanya dengan sedikit dukungan dari Changmin dan itu lagi-lagi membuatnya sedikit berdecak sebal.
"Cih, tingkahnya seperti anak kecil saja. Apa dia tak tahu malu." Gumam Jaejoong kesal melihat tingkah sahabatnya. Changmin ikut tersenyum mendengar jawaban Yunho dan ucapan Jaejoong baru saja. Changmin berdiri tak jauh dari Jaejoong jadi dia bisa mendengar jelas.
"Tapi Yunho hyung orang yang baik. Dia selalu membantuku disaat aku mengalami kesulitan. Betul kan Jae hyung?" Changmin menolehkan wajahnya pada Jaejoong. Diperhatikan wajah cantik dihadapannya. Jeajoong hanya bisa tersenyum tipis menanggapi ucapan Changmin. Tak menanggapi sepatah katapun. "Yunho hyung dan Jae hyung sangat dekat. Kalian sudah bersahabat sangat lama. Membuatku iri saja bisa selalu berdekatan dengan Yunho hyung setiap hari."
.
Tanpa mereka sadari, Yunho yang sudah menyelesaikan tugasnya menyaksikan kedua namja cantik itu mengobrol. Yunho melihat mereka mengobrol sangat dekat. Ingin tahu apa yang mereka bicarakan.
"Apa yang kalian bicarakan tadi? Apa yang tadi kau katakan pada uri Changminnie, Jaejoong? Kau tidak mengatakan hal-hal aneh kan Jaejoong?" Tanya Yunho langsung saat tinggal berhadaoan langsung dengan Jaejoong. Changmin baru saja dipanggil Park Songsae karena sudah gilirannya.
Jaejoong yang mendapat semua pertanyaan itu hanya terdiam, tidak menjawab satupun pertanyaan yang ditujukan Yunho padanya. Hanya menatap tajam pada Yunho. Tentu saja itu membuat Yunho kebingungan. Yunho menaikkan alisnya. "Apa?"
"Nothing. Dia hanya bilang kalau kau orang yang baik."
Jaejoong hanya membalikkan tubuhnya dan mengangguk kecil. Meninggalkan Yunho yang sedang terbang kelangit ketujuh karena mendengar pujian dari Changmin, meski melalui Jaejoong. Tapi itu cukup untuk membuat Yunho seperti sedang melayang-layang di angkasa.
"Eh, benarkah? Benarkah tadi uri Changminnie berkata seperti itu?" Yunho mengejar Jaejoong dan mengguncang-guncangkan tubuh Jaejoong dengan keras. Seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya baru saja. Jaejoong pun melepas paksa tangan Yunho yang memegang kedua pundak Jaejoong erat. Memukul kecil kepala Yunho.
.
.
.
"Oke. Aku sudah memutuskan." Yunho tiba-tiba saja berteriak kencang. Jaejoong yang tiba-tiba mendengar teriakan Yunho hanya berdecak. Sudah cukup terbiasa dengan tingkah laku Yunho yang terbilang sedikit autis menurut Yunho.
Tiba-tiba saja Yunho menyembulkan kepalanya di ranjang Jaejoong. Saat ini mereka sudah berada dikamar. Jaejoong yang sedang berbaring di kasurnya sambil membaca buku hanya mendengus menyadari keberadaan Yunho yang tiba-tiba kepalanya sudah menempel di tepi kasurnya. "Besok aku akan nyatakan perasaanku padanya. Aku akan bilang pada Changmin kalau aku menyukainya." Jaejoong tak bergeming menanggapi ucapan Yunho baru saja.
Merasa tak ada respon yang berarti dari Jaejoong tak membuat Yunho menyerah. Yunho terbiasa dengan sifat Jaejoong yang cukup pendiam ini. "Besok, aku akan mencarinya di perpustakaan dan menyatakan perasaanku disana. Bagaimana menurutmu Jaejoong?"
"Baguslah kalau begitu." Jawab Jaejoong datar.
"Ya. Ada apa denganmu Jaejoong. Kau terlihat tidak senang dengan rencana yang aku buat baru saja?" Yunho merasa kesal dengan jawaban Jaejoong. Biasanya Jaejoong akan berkomentar tentang apa yang akan dilakukannya. Tapi ini berbeda. Tidak biasanya Jaejoong sedari tadi tidak memberikan reaksi apapun pada Yunho yang mengajaknya berdiskusi mengenai Changmin. Yunho lama-lama kesal dengan reaksi Jaejoong. Dia merasa tidak dianggap.
"Ck. Terserah kau saja. Kalau itu menurutmu baik, lakukan saja. Seperti biasa bukan? Aku akan mendukungmu dari belakang." Jaejoong menjawab singkat. Terdengar sedikit kesal dari nada bicaranya. Namun sayangnya Yunho tidak menyadari itu. Jaejoong membalikkan tubuhnya. Menarik selimut menutupi dadanya. Jaejoong memutuskan untuk segera tidur saja. "Sudahlah. Aku mau tidur. Aku tidak ingin terlambat bangun keesokan harinya."
.
"Jaejoong."
"Yak. Apa yang kau lakukan Yunho? Kenapa kau malah naik ke atas ranjangku? Turun dan kembali ke ranjangmu. Bergegaslah tidur. Aku tak ingin besok kita terlambat." Teriak Jaejoong saat menyadari Yunho menaiki ranjangnya dan menyingkap selimut dari tubuh Jaejoong bahkan menyelinap masuk ke dalam selimut Jaejoong. Yunho yang mendengar teriakan Jaejoong bukannya beringsut turun tapi malah mendekap punggung Jaejoong dengan erat
"Jangan begitu Jaejoong. A-yo kita mengobrol dulu. Aku mendadak menjadi gugup setelah memutuskan untuk menyatakan perasaanku besok. Aku tak bisa tidur tenang." Suara Yunho terdengar lirih di telinga Jaejoong. Jaejoong hanya bisa menghela nafas. "Bodoh." Gumam Jaejoong.
Jaejoong membalikkan tubuhnya menhadap langit-langit kamar mereka. Yunho masih saja membenamkan wajahnya di leher Jaejoong, masih dengan mendekap erat tubuh mungil Jaejoong. "Apa yang kau takutkan? Undang saja Changminnie ke perpustakaan lalu kau nyatakan saja perasaanmu padanya. Itu saja. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku yakin kalau Changminnie juga menyukaimu. Jadi tidurlah. Jangan sampai kau terlihat buruk karena kurang tidur untuk rencanamu besok. Arraso?" Yunho langsung mengangkat wajahnya, menatap wajah Jaejoong yang masih setia menatap langit-langit. Wajah yang sangat cantik ada di depannya. Wajah yang selalu memenangkannya. Jaejoong menyadari sedang diperhatikan oleh Yunho menolehkan kepalanya dan tersenyum lembut pada Yunho. Senyuman yang membuat Yunho menjadi lebih tenang. Yunho pun kembali menyurukkan kepalanya di ceruk leher Jaejoong dan tak lama terdengar nafas yang mulai teratur dari Yunho. Pertanda Yunho sudah jatuh ke alam mimpinya. Tanpa sadar, ada sebuah airmata dan senyum miris menghiasi wajah cantik yang sedang dipeluknya itu.
.
.
.
"Aku sekarang mengerti. Bagaimana rasanya orang-orang yang kurang beruntung itu. Bagaimana rasanya menjadi seorang diri. Bagaimana tidak ada orang yang mendampinginya. Aku tahu sekarang bagaimana rasanya." Yunho berbicara sendiri sambil mengepalkan salah satu tangannya di depan dadanya. Namun di sisi lain, Jaejoong terlihat sangat kesal. Bahkan sampai menggemeletukkan giginya. Alisnya terlihat berkerut. Dan tunggu saja.
"Ya. Jung Yunho, paboya namja. Itu tidak penting. Yang penting sekarang, kenapa aku harus bersamamu? Kau itu nanti akan bersama dengan Changminnie, untuk apa aku ikut? Bukankah nanti kau akan di perpustakaan? Disana kau tidak akan sendirian disana. Untuk apa aku ikut? Pabo." Ingin rasanya Jaejoong menjitak keras kepala Yunho. Yunho sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah memasang wajah memelas ada Jaejoong. Memasang wajah puppy eyes yang gagal menurut Jaejoong tapi berhasil membuatnya luluh juga. Jaejoong memang tak pernah bisa berkata tidak pada Yunho.
"Jaejoong, jebal. Temani aku dulu. Aku hanya tak ingin sendiri. Itu membuatku gugup. Paling tidak temani aku sampai bertemu dengan Changminnie ne. Jebal Jaejoong."
"Geez. Arraso, arraso. Tadi aku sempat melihatnya berjalan dengan Choi Dongwook Songsae, pembimbing Science. Mungkin mereka berada di laboratorium sekarang."
"Gomawoyo Jaejoong. Joongi emang terbaik. Daebak. Kajja kita kesana."
.
.
.
"Yunho, kalau nanti Changminnie menerimamu menjadi namjachingumu dan kalian resmi berpacaran, apa kau ingin sekamar dengannya? Kalau iya, nanti aku akan mengajukan ke Lee Sunbae untuk bertukar kamar dengan Changmin."
"Heck. Mollayo. Aku tidak tau. Aku harus bagaimana Jaejoong? Aku tidak pernah berpikiran sampai sejauh itu."
"Kalau Yunho. Kalau saja. Kan tadi aku bertanya kalau."
"Mollayo. Aku tidak terbiasa tinggal dengan orang lain. Aku sudah terbiasa satu kamar denganmu selama lima tahun. Tak bisa kubayangkan kalau aku harus satu kamar dengan orang lain, orang tak begitu ku kenal. Aku tak mau. Pokoknya apapun yang terjadi nanti, kita akan selalu satu kamar. Aku tak ingin bertukar teman sekamar." Tegas Yunho. Jaejoong hanya bisa terdiam mendengar jawaban Yunho. Dibalik punggung Yunho, lagi-lagi namja cantik itu harus tersenyum miris.
"Terserah kau sajalah." Jaejoong kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti tadi karena mendengar jawaban Yunho. Berjalan mendahului Yunho. Sedangkan Yunho hanya memandang punggung Jaejoong. Memandang heran, merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari Jaejoong. Ada yang aneh dengan Jaejoong.
.
.
.
Setiba mereka di laboratorium, mereka tidak menemukan siapapun disana. Ruangan itu sepi tak berpenghuni. Malah terkesan tidak ada seorang pun sudah memasuki ruangan itu untuk hari ini. Jaejoong hanya bisa bersungut kesal. Karena menurutnya ini karena Yunho yang terlalu banyak bicara tadi sehingga membuang waktu mereka saat tadi mencari Changmin yang mungkin sudah meninggalkan ruangan itu. Mungkin Changmin sudah ke tempat lain di sekolah ini. Ini semua karena Yunho yang sedari tadi hanya berputar-putar tak jelas karena dia tadi merasa belum siap. Bahkan saat ini, dia memutuskan menyerah untuk hari ini. Pabo namja. Untuk apa Jaejoong menemani Yunho mencari Changmin kalau pada uJungnya namja itu menyerah sebelum mencoba. Ugh.
.
Klek.
.
.
Saat Jaejoong dan Yunho hendak berbalik meninggalkan ruangan laboratorium terdengar suara aneh dari dalam laboratorium. Suara itu berasal dari balik pintu yang berada di sudut ruangan. Ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan Science dan bahan-bahan Kimia yang diperlukan saat praktikum.
.
"Changmin kah?"
"Mungkin. Coba saja kau lihat Yunho. Siapa tahu memang Changmin ada di dalam dan kau bisa nyatakan cinta padanya. Palli."
Dengan ragu-ragu Yunho berjalan menuju sudut ruangan, membuka pintu ruang peralatan perlahan. Sedikit melongok untuk memastikan apa Changmin ada didalamnya. Mata musang Yunho terbelalak lebar, terkejut dengan apa yang sedang dilihatnya. Jaejoong yang berdiri di belakang Yunho merasa heran melihat sahabatnya yang tiba-tiba terdiam kaku. Berusaha mengintip dari balik pundak Yunho dan memberikan reaksi yang sama. Mata doenya membulat. Terkejut dengan yang dilihatnya.
.
Nampak Changmin dalam pelukan Choi songsae atau lebih dikenal Se7en songsae. Yunho yang tersadar dari keterkejutannya mengepalkan tangannya, merasa geram dengan yang apa yang dilihatnya. Marah karena ada yang berani menyentuh tubuh Changmin-nya. Yunho bergerak untuk mendekati Changmin dan Se7en songsae. Tapi belum sempat Yunho bergerak lebih jauh, Jaejoong menahan tubuh Yunho. Menyentuh bibirnya dengan satu jarinya. Memerintah Yunho untuk tetap diam disana dan tidak mendatangi mereka. Yunho menaikkan sebelah alisnya, heran. Kenapa Jaejoong melarangnya mendekati mereka? Apa yang sedang terjadi? Tapi Yunho memutuskan mengikuti keinginan Jaejoong. Tetap berdiam disana meski dia tidak bisa menerimanya.
Changmin dan Se7en songsae yang awalnya hanya berpelukan erat lama-lama saling mendekati wajahnya. Semakin dekat hingga akhirnya kedua bibir mereka saling bertemu. Saling menempel. Sekian detik tanpa pergerakan hingga akhirnya nampak Se7en songsae mengawali menggerakan bibir bawahnya untuk mengecap bibir atas Changmin yang diikuti oleh Changmin, turut mengecap bibir bawah Se7en songsae. Kedua lengan Changmin terangkat dan melingkar di leher Se7en songsae. Terlihat Changmin menikmati ciuman mereka, menahan kepala Se7en songsae untuk semakin memperdalam ciuman mereka.
Saling mengecap, saling menjilat hingga akhirnya saling mengulum. Pagutan mereka berubah menjadi semakin panas dan semakin dalam. Dari awalnya hanya sekedar fly kiss hingga akhirnya menjadi passionnate kiss. Changmin dan Se7en songsae semakin terlarut dalam ciuman mereka. Se7en songsae melepaskan bibir Changmin dan beranjak turun ke leher jenjang Changmin karena menyadari nafas Changmin yang sudah mulai habis. Namun itu tidak baik untuk Changmin karena Se7en songsae menyentuh titik sensitifnya hingga membuat Changmin tanpa sadar melenguh dan mendesah kecil merasakan lidah Se7en songsae menelusuri lehernya.
.
"Nggh. Se7en hyungie. Nggh."
"Waeyo baby. Do you like it?"
"More. Nggh. More hyungie."
"Ck. Naughty boy."
.
Dua namja yang tengah sibuk itu terus saja melakukan aktifitasnya, tanpa sadar ada dua pasang mata yang sedari tadi menatap mereka tajam. Satu dengan tatapan datar dan yang satu dengan tatapan penuh amarah.
Berbagai macam pertanyaan berkelebat dalam benak Yunho. Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa Changminnya yang selalu nampak polos tampak biasa saja menerima perlakuan dari songsaenya yang bisa dibilang bukan perlakuan biasa. Bahkan tadi Yunho sempat mendengar panggilan 'Hyungie'. Sedekat itukah mereka? Kenapa Yunho tak pernah mengetahuinya? Padahal selama ini, Changmin tidak pernah lepas dari pengawasannya. Apa itu benar Changminnya? Tidak bisa dipercaya. Yunho sama sekali tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya.
Tak tahan dengan apa yang dilihatnya, Yunho membalikkan tubuhnya dan berlari meninggalkan laboratorium. Meninggalkan Jaejoong yang hanya bisa terdiam. Menatap punggung Yunho miris. Tak lama, Jaejoong bergerak mengikuti Yunho. Berusaha menyusul Yunho.
.
.
.
"Itu pasti salah. Pasti ada yang salah. Itu pasti bukan Changminnie. Iya kan Jaejoong?" Yunho yang sedari tadi terdiam tiba-tiba berteriak histeris. Berusaha menyangkal apa yang dilihatnya. Masih belum bisa mempercayai apa yang dilihatnya. "Jaejoong. Beri tahu aku. Itu pasti bukan Changminnie kan? Katakan kalau itu bohong."
"Yunho."
"Changminnie tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu. Ahjussi pervert itu pasti sudah memaksa Changminnie. Changminnie pasti dibawah pengaruh ahjussi tua itu. Iya kan Jaejoong? Tak mungkin Changminnie seperti itu."
"JUNG YUNHO." Bentak Jaejoong. Jaejoong tak tahan dengan tingkah Yunho yang masih terus mencoba lari dari kenyataan. Yunho yang tidak bisa terima meski Yunho sendiri yang mengalaminya. Jaejoong sudah cukup bersabar selama ini. Jaejoong sudah pada limitnya. Jaejoong sudah tak tahan lagi. Jaejoong ingin Yunho sadar akan kenyataan.
.
.
Di sisi lain, Yunho yang mendengar bentakan Jaejoong membuatnya sangat terkejut. Ini pertama kalinya bagi Yunho melihat Jaejoong semarah ini. Jaejoong yang dikenal Yunho adalah Jaejoong yang pendiam cenderung dingin. Tapi kali ini, Jaejoong terlihat sangat marah, terlihat emosi. Wajar kalau Yunho kaget melihat Jaejoong yang sangat berbeda kali ini.
"Yunho, sadarlah. Kau melihatnya sendiri dengan mata kepalamu sendiri. Apa yang membuatmu masih belum bisa menerima kenyataan ini. Inilah kenyataannya. Itulah Changmin yang sebenarnya. Changmin yang selama ini menurutmu polos dan innocent ternyata tak seperti yang kau bayangkan selama ini. Kau melihatnya sendiri. Tapi pada akhirnya kau masih belum bisa menerimanya. Masih tidak menyadari sosok asli dari Changmin. Apa sebetulnya yang kau inginkan, huh?" Jaejoong benar-benar lepas kendali saat ini. Semuanya keluar begitu saja. Meledak begitu saja. Seperti bom waktu yang selama ini hanya dipendam, meledak begitu saja.
"Kim Jaejoong." Yunho yang tak menerima semua ucapan Jaejoong langsung mencengkeram kerah baju Jaejoong. Hendak melayangkan pukulan ke arah wajah Jaejoong, namun kepalan tangannya melayang begitu saja di udara. Jaejoong hanya terdiam. Tidak berusaha untuk berontak ataupun melawan. Hanya menunduk.
.
.
"Kau bahkan tidak sadar. Tidak akan pernah menyadarinya, iya kan? Kau tidak pernah sadar kalau aku sudah menyukaimu sejak lama. Sejak awal kita bersama dalam satu kamar." Ucap Jaejoong lirih ditengah cengkeraman tangan Yunho di kemejanya. Yunho terbelalak. Keterkejutan akan tingkah Jaejoong yang tidak biasa tadi belum juga hilang. Sekarang, mendengar pengakuan Jaejoong membuatnya semakin terkejut. Tidak pernah sedikitpun melintas dalam benaknya kalau Jaejoong, sahabatnya selama ini menyimpan rasa padanya dan rasa itu sudah ada sejak lima tahun yang lalu. Mengejutkan. Tanpa sadar Yunho mengendurkan cengkramannya di kemeja Jaejoong. Jaejoong hanya tersenyum miris dan tertawa lirih.
"Sama sepertimu. Aku sudah cukup bahagia bisa terus berada disampingmu. Meski tak jarang aku merasa menerima rasa sakit itu setiap hari kala kau selalu membanggakan Changmin tapi rasa bahagia disaat aku bersamamu sudah cukup mengobati rasa sakitku."
.
.
Yunho terpaku mendengar semuanya. Mendengar semua pengakuan Jaejoong. Tak bisa berkata apa-apa, tak bisa berbuat apa-apa. Hati Yunho seperti tertohok mendengar semua ucapan Jaejoong. Baru menyadari betapa kejamnya Yunho pada Jaejoong. Yunho baru menyadari kalau tidak pernah sekalipun Yunho mendengar Jaejoong menceritakan orang lain atau bahkan hanya untuk sekedar menyebut namanya saja. Selalu Yunho yang menceritakan isi hatinya pada Jaejoong. Hingga akhirnya Yunho kali ini mendengar curahan hati Jaejoong. Yunho merasa sangat bersalah pada Jaejoong.
"Bukankah kau tadi bilang kalau kau ingin ke perpustakaan. Kajja. Sebelum bel berbunyi." Jaejoong berjalan meninggalkan Yunho yang masih terpaku. Masih belum percaya kalau Jaejoong ternyata menyukainya. Tidak menyadari kalau selama ini Jaejoong memiliki rasa padanya.
.
.
.
TBC
.
.
.
Annyeong, author gelo muncul lagi dengan satu fanfict abal lagi. Ini sebetulnya fict request dari Win Win-ssi dengan tema 'Catch Me' tapi sepertinya jalan ceritanya malah menyimpang jauh dan agak gak nyambung atau mungkin malah gak ada nyambung-nyambungnya dengan lagunya. Mianhe Win Win-ssi. Udah lama publishnya, gak nyambung pula. *pundung dibalik punggung Jaema #ditendang Yunpa *garuk2 tanah
Buat reader yang lainnya, author tetep ngarep reviewers mau tinggalin jejak disini karena sekecil apapun jejak yg kalian tinggalkan itu memberikan dampak yang sangat besar utk author..
So author berterimakasih banget buat semua readers yang udah mau baca semua fict abal ak n tinggalin jejak. Review kalian sangat author tunggu, terlebih yang kritik membangun.
Author juga mau ngucapin makasih wat yg udah jadiin author as a favorite author or favorit story, i cant believe that.
You kidding me, arent u? All of my fict is a big failure right?
haaaa,,,, authorny seneng bnget... *guling2 bareng taemin*
.
.
baiklah, akhir kata mind to review?
*lambai-lambai bareng jaeteukbumtae*
