Naruto : Masashi Kishimoto

Rate : M

NarutoĂ—Himawari

Incest, Lemon, Lime, Hurt, lolicon

Summary : Apa yang akan kau lakukan jika kau mencintai anggota keluargamu sendiri ? Tapi bukan cinta layaknya keluarga, tapi sebagai pendamping hidup.

.

.

.

Duka cita menyelimuti seluruh warga Konoha, termasuk Naruto dan kedua anaknya, Himawari dan Boruto. Hyuuga Hinata, yang sudah mengganti marganya menjadi Uzumaki Hinata, telah meninggal beberapa jam yang lalu.

Saat ini, seluruh warga Konoha mendatangi acara pemakaman istri dari Hokage ke-7 tersebut. Bahkan semua petinggi dari empat negara juga turut hadir, seperti sang Kazekage, Sabaku no Gaara yang merupakan sahabat dari Hokage.

Isak tangis bergema diseluruh daerah pemakaman, termasuk Himawari dan Boruto atas meninggalnya Hinata.

Tidak diketahui seperti apa kejadian saat peristiwa itu terjadi, Hinata telah ditemukan tidak bernyawa dengan luka besar dipeutnya.

''Hiks..hiks..Okaa-chan..'' gumam Himawari melihat pemakaman ibunya.

Daerah pemakaman semakin lama semakin sepi karena acara pemakaman telah usai. Tinggal beberapa orang saja yang berdiri disitu.

''Naruto.'' panggil Kazekage menepuk bahu Naruto.

''Aku harap...kau tidak terlalu bersedih atas kepergian Hinata, aku tidak ingin kau menderita lagi. Jadi, kau jangan terus meratapi kepergian Hinata dengan hal-hal yang tidak berguna.'' nasehat Kazekage kepada Naruto.

''Terima kasih, Gaara.'' kata Naruto mendapat anggukan dan senyum tulus dari Gaara.

''Baiklah, Naruto, kami pergi dulu.'' kata Gaara sebelum melenggang pergi diikuti para Kage yang lain, kecuali Naruto.

''Hiks.. Okaa-chan..kenapa ?'' gumam Himawari.

Boruto hanya menatap tanah dimana Hinata ada didalamnya, sesekali Boruto terisak.

Naruto menundukkan badannya dan memeluk kedua buah hatinya, mencoba memberikan kekuatan kepada mereka.

''Aku tau ini sangat berat bagi kalian..hiks..tapi kesedihan tidak akan membuat Kaa-chan kalian hidup kembali.'' kata Naruto.

''Huaaaa...aaaaa..''

Himawari dan Boruto memeluk Naruto dengan erat, serta tangis mereka yang memecah. Kenyataan pahit harus mereka alami bahwa Hinata tidak akan bisa hidup kembali.

.

.

Disebuah kamar bernuansa warna orange dan beraroma lavender, terbaring sosok lelaki pirang yang menangis dalam diam, hanya suara isakan saja yang keluar. Sudah seminggu lebih semenjak hari kematian Hinata, tapi sang lelaki pirang Naruto masih belum bisa melupakannya.

Cklek

Masuklah dua orang anak berbeda umur berjalan menghampiri Naruto yang memunggungi mereka.

''Otou-chan?'' panggil Himawari membuat Naruto tersentak dan menghadapkan tubuhnya kearah kedua anaknya.

''Boruto, Hinawari ? Ada apa kalian disini ?'' tanya Naruto mendudukkan tubuhnya.

''Otou-chan menangis ?'' tanya Himawari menatap mata Naruto yang sedikit merah dan ada sisa air dimatanya.

''Ti-tidak, Otou-chan tidak menagis kok.'' kata Naruto mencoba tersenyum.

''Tou-chan, Tou-chan tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari kami.'' kata Boruto membuat wajah Naruto menunduk.

''Kalian benar.''

''Tou-chan, kami tau Tou-chan sedih kehilangan Kaa-chan, kami juga merasakannya.'' kata Boruto lagi.

''Otou-chan, Himawari mohon, Otou-chan jangan bersedih lagi. Hima merasa sakit saat mengetahui Okaa-chan pergi, tapi Hima lebih sakit saat melihat Otou-chan menyerah untuk hidup. Otou-chan, sekali lagi Hima mohon kepada Otou-chan untuk terus tersenyum.''

''Baiklah.'' kata Naruto sambil tersenyum setelahmendapat semangat den dukungan dari kedua buah hatinya.

''Tou-chan janji ?'' tanya Himawari dan Boruto bersamaan sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

''Akan Tou-chan usahakan.'' kata Naruto sebelum menyambut jari kelingkin kedua anaknya, kemudian mengelus kedua kepala anaknya.

.

.

5 tahu kemudian~

Sudah lima tahu tentang kejadian itu berlangsung, sekarang sang Hokage sudah bisa nerelakan pujaan hatinya pergi, tetapi tak menutup kemungkinan jika suatu hari nanti ia akan bersedih kembali.

Umur Himawari dan Boruto juga semakin bertambah.

''Ohayou Otou-chan.'' teriak seorang gafis berusia sekita 12-13 tahun sambil menuruni tangga.

''Ohayou Himawari.'' kata Naruto yang menata makanan dimeja makan.

Yah, semenjak Hinata tiada, Naruto yang menggantikannya. Mulai dari bersih-bersih, memasak, mencuci baju, dan lainnya. Untuk bagian kantor Hokage, Naruto mengerahkan beberapa bunshin miliknya. Naruto lebih sering menghabiskan waktu dirumah bersama anaknya, terutama Himawari karena Boruto sering mendapat misi keluar desa untu beberapa minggu.

''Ne, Otou-chan masak apa ?'' tanya Himawari berdiri didekat Naruto.

''Hanya makanan sederhana, nasi goreng.''kata Naruto.

''Sederhana ? Menurutku masakan Otou-chan istimewa.'' kata Himawari mendapat usapan dikepalanya dan semburat merah muncul dikedua pipi gembilnya

''Kau ini. Cepat sarapan setelah itu pergilah menemui teman-temanmu, kemungkinan ada misi.'' kata Naruto sambil duduk dikursi depan Himawari.

''Ahh! Mungkin hanya misi rank D.'' cibir Himawari.

''Walaupun hanya rank D, itu juga sebuah misi lo.'' kata Naruto lagi.

''Iya..iya..'' kata Himawari dan mendapat elusan halus dikepalanya yang membuat wajahnya memerah.

Himawari pov

Entah kenapa perasaan ini semakin kuat kala Otou-chan memanjakanku. Tapi kami adalah keluarga, apa boleh seperti itu ? Menurut sebuah gulungan dari klan Uzumaki, seseorang yang memiliki darah Uzumaki boleh melakukan hubungan dengan orang yang meiliki darah Uzumaki pula. Berarti aku dan Otou-chan bisa...

Himawari pov end

Naruto mengambil nasi goreng buatannya dan menaruhnya dipiring Himawari, setelah itu kepiringnya.

''Ohayou.'' sapa seorang pemuda yang berumur sekitar 17-18 tahun berjalan menuruni tangha.

''Ohayou.'' balas Naruto dan Himawari bersamaan.

''Wah ! Sudah siap ternyata.'' kata Boruto sebelum mendudukkan tubuhnya dikursi depan kursi kosong, tempat dimana biasa Hinata duduk.

''Ne, Boruto, apa nanti kau ada misi ?'' tanya Naruto

''Eh ? Kenapa Tou-chan yang bertanya ? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu Tou-chan, bukan kah kau Hokagenya ?'' kata Boruto swaetdrop.

''Hahaha.. Aku lupa ttebayou.'' kata Naruto menggaruk belakang kepalanys.

''Hah~ Selalu saja lupa ttebasa.'' kata Boruto mendesah pasrah.

''Itu wajar saja Onii-chan, Otou-chan jarang pergi kekantor Hokage.'' kata Himawari membela Naruto.

''Hm. Itu benar.'' setuju Naruto.

Dan sarapan pagi ini diiringi dengan kesenangan yang diberikan oleh mereka bertiga.

.

.

''Otou-chan, aku pergi dulu.'' kata Himawari dengan sebuah ransel terpampang dipunggungnya.

''Hati-hati Himawari.'' kata Naruto melambaikan tangan.

Yah, Himawari mendapat sebuah misi yang dikabari oleh bunshin Naruto. Bukan misi sulit sih, melainkan misi yang mudah, rank D. Sedangkan Boruto, ia sudah berangkat pagi tadi untuk mengerjakan sebuah misi keluar desa. Misi Boruto juga lumayan sulit, yaitu 'Menemukan Markas Generasi Akatsuki'. Belakangan ini sering terdengar kabar bahwa Akatsuki terbentuk kembali.

''Hah~ tidak terasa, mereka semua sudah tumbuh secepat ini.'' kata Naruto berjalan memasuki rumah setelah menutup pintu.

Tanpa sengaja pandangan Naruto tertuju kepada sebuah foto keluarga berukuran besar yang terpajang diruang tamu, tapi tatapan Naruto tertuju kepada foto wanita yang cantik berambut indigo sebahu.

''Hinata.'' gumam Naruto teringat akan Hinata.

''Hiks..'' sebuah isakan keluar dari mulut sang Hokage dengan jelasnya.

Kemudian ia berjalan menuju kekamarnya dengan air mata terus mengalir.

.

.

Degdeg

''O-Otou-chan.'' gumam seorang gadis berusia sekitar 12 bernama Uzumaki Himawari.

''Otou-chan.'' guama Himawari sekali lagi.

Entah kenapa untuk kesekian kalinya ia merasa cemas dan gelisah, ia yaki pasti ayahnya menangis kembali. Setiap Naruto menangis, Himawari merasakan kegelisahan yang membuatnya tidak nyaman.

Kemudian Himawari membuat handseal, setelah itu muncul kepulan asap disamping Himawari.

''Kau pergilah menemui teman-teman dan sensei, kata kepada mereka aku ada urusan.'' kata Himawari kepada bunshinnya.

Kemudian Himawari berbalik badan dan berlari pulang menemui sang ayah yang tengah bersedih.

Sampai ia didalam rumah Uzumaki. Himawari berjalan menuju kamar Naruto dan Hinata berada. Biasanya Himawari selalu melihat Naruto menangis dikamarnya. Ia berbikir bahwa semua Hokage itu kuat, dan tidak akan rapuh. Tapia ia salah, setiap manusia yang mempunyai hati pasti menangis, bahkan sang Uchiha Madara dan Senju Hashirama juga pernah menangis.

Cklek

Himawari membuka pintu dengan pelan dan memasuki kamar, menemukan sang Tou-chan yang tertidur memungguginya. Ia tahu ayahnya tidak tertidur, karena ia mendengar isakan berasal dari ayahnya.

Kemudia Himawari naik keranjang Naruto tanpa disadari oleh sang Hokage, kemudia merebahkan tubuhnya dan memeluk Naruto dari belakang.

Naruto yang merasakan ada seseorang yang memeluknya, ia melihat dan menemukan Himawari yang tengah menatapnya.

''Himawari?'' gumam Naruto, kemudian dengan cepat menyeka sisa air matanya dan mendudukkan dirinya.

Himawari juga mendudukkan badannya seiring dengan Naruto.

''Bukan kah Otou-chan sudah berjanji untuk tidak akan menangis ?'' tanya Himawari menatap wajah Naruto yang tertunduk.

''Apa Otou-chan masih belum bisa melupakan Okaa-chan ?'' tanya Himawari lagi.

''Maaf. Otou-chan belum bisa melupakannya.''

''Sampai kapan Otou-chan akan seperti ini ? Aku tau Otou-chan belum bisa melupakan Kaa-chan, tapi tidak seperti ini juga kan? Baiklah, jika Otou-chan belum bisa melupakan Okaa-chan, Hima akan membantu Otou-chan.'' kata Himawari, kemudian ia menempelkan bibirnya dengan bibir Naruto.

Sedangkan Naruto yang mendapat peelakuan dari anaknya hanya bisa membeku. Terkejut ? Ya, ia sangat terkejut saat Himawari menciumnya. Dan sekarang ciuman itu menjadi lumatan yang yang sedikit memaksa.

Naruto yang merasa ini sudah keterlaluan, mulai menjauhkan wajahnya dari wajah Himawari.

''Himawari? Ke-kenapa ?'' gagap Naruto.

''Otou-chan...'' Himawari menggantungkan kalimatnya.

''Otou-chan...'' kata Himawari lagi.

''Nani Himawari ?''tanya Naruto saat Himawari tak kunjung melanjukan perkataanya.

''Watashi...'' kata Himawari menundukkan kepalanya.

''Wa-watashi wa...DAISUKI !'' teriak Himawari.

Naruto yang mendengarnya seolah tak percaya.

''Hiks... Dai..Hiks... Daisuki Otou-chan.'' isak Himawari.

Himawari tau ini salah, tapi cinta telah membutakan dirinya. Ia tak peduli siapa yang ia cintai, bahkan ayahnya pun.

''Himawari..'' gumam Naruto

''Ta-tapi ini salah. Kita sekeluarga, Himawari.'' kata Naruto.

''Tapi..hiks.. Hima sudah..terlanjur mencintai Otou-chan.'' kata Himawari.

''Tapi kita sedarah Himawari, orang yang sedarah tidak bisa menjalin hubungan lebih.'' kata Naruto menatap Himawari yang mulai mengangkat wajahnya.

''Bisa Otou-chan. Hima pernah membaca sebuah buku yang menceritakan klan Uzumaki, didalam buku itu dikatakan seseorang yang mempunyai darah Uzumaki bisa berhubungan dengan sesama Uzumaki kain.'' kata Himawari membuat Naruto terdiam.

''Otou-chan, boleh kan jika aku...membangun klan Uzumaki denganmu?'' tanya Himawari penuh harap.

Naruto terdiam sesaat mendengar permintaan anaknya. Naruto mengambil nafas dengan kuat, kemudian menghembuskan dengan perlahan.

''Hah~ Jika tidak sanggup...jangan dipaksakan.'' perkataan Naruto langsung membuat senyum terukir diwajah Himawari.

Kemudian Himawari kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Himawari, tapi ciumannya terhenti saat Naruto menjauhkan wajahnya. Himawari memberikan wajah bertanya kepada Naruto.

''Tapi Himawari, kau masih berumur 12 tahun, bagaimana jika 'itu' mu...'' Naruto tak berani melanjutkan kata-katanya, bahkan wajahnya kini sudah memerah.

''Otou-chan, apa kau bisa menungguku hingga dewasa ?'' tanya Himawari yang juga merah wajahnya, kemudian Naruto menganggukkan badannya.

Lagi-lagi Himawari mencium bibir Naruto dan melumatnya, Naruto juga membalasnya walau awalnya ragu. Tangan Himawari mencoba membuka resleting celana Naruto, tapi Naruto menahannya.

''Himawari, kau bilang harus menunggu saat kau sudah dewasa.'' tanya Naruto menatap kearah Himawari.

''Memang benar, tapi jika aku tidak memasukkannya ke'sana' tidak apakan ?'' kata dan tanya Himawari menatap kearah Naruto dengan imutnya.

''Baiklah.'' pasrah Naruto.

Kemudian Himawari melanjukan aksinya dengan melumat bibir Naruto dan membuka resleting Naruto. Himawari juga membuka kancing celana Naruto dan menurunkan celana sang Tou-chan hingga menampakkan celana boxer berwarna orange.

Naruto menikmati lumatan Himawari hingga ia tak sadar bahwa seluruh pakaiannya telah dilucuti oleh Himawari, bahkan pakaian Himawari juga sudah tanggal entah kemana, menampakkan dada mungil yang baru tumbuh, kemaluan yang masih rapat tanpa bulu.

Himawari menurunkan ciumannya keleher Naruto yang membuat lelaki didepannya mendesah.

''Ahh.. Hima..wari..ahh...''

''Ahhk..Hi..Hi...Hinata-chan.''

Himawari menghentikan kegiatannya dan menatap wajah Naruto.

''TOU-CHAN !'' bentak Himawari.

''Ma..maaf.'' kata Naruto menundukkan kepalanya, Naruto tidak sengaja menyebutkan nama Hinata. Ia tidak menyangka bahwa Himawari sangat menakutkan saat ini.

''Kau harus kuhukum Otou-chan. Rasakan ini.''

Himawari mendorong tubuh Naruto dengan kuat hingga tubuhnya berebah diranjang, kemudian Himawari menuju bawah Naruto dan mengocokknya dengan kuat.

''Akk! Hi-Himawari, pelan-pelan.'' Naruto merasa kemaluannya sakit akibatnya kuatnya cekraman Himawari.

''Sudah Hima katakan Tou-chan, jangan mengikat Kaa-chan terus.'' kata Himawari dengan suara yang terdengar marah.

''Ba-baiklah..akhh..maafkan Otou-chan.'' mohon Naruto.

Himawari memelankan kocokannya, yang tersisa hanya kocokan pelan dan halus, namun mengenakkan.

'Ugh..dimana dia belajar semua ini ?'' batin Naruto menahan nafsunya.

Himawari terus menaik turunkan penis Naruto yang sudah menegang, kemudian memasukkannya kedalam mulut kecilnya dan menyesapnya.

''Ahhh... Hima-chan..'' desah Naruto membuat Himawari senang.

Sekitar 20 menit kemudian, Naruto merasakan penisnya akan mengeluarkan sesuatu.

''Ugh.. Hi-Himawari, aku..''

Himawari yang tau maksud Naruto, memperkuat hisapannya.

''Ahhg..Hima..aku ingin... KELUAR!''

Crot Crot

Naruto mengeluarkan banyak sperma kedalam mulut Himawari, bahkan Himawari susah payah menelas banyaknya sperma Naruto. Beberapa sisa seperma menetes melalui sisi bibir Himawari.

''Otou-chan...punyamu nikmat.'' kata Himawari sambil menjilat sisa yang ada disudut bibirnya.

''Sekarang giliranku Otou-chan.''

Himawari menaiki tubuh Naruto dan mengarahkan vaginanya kewajah Naruto.

''Sekarang Otou-chan.'' kata Himawari.

Naruto mendekatkan wajahnya divagina Himawari dan mulai menyesap dan menjilatnya. Himawari yang merasakan geli dan nikmat dibawahnya, mulai mendesah dan memejamkan matanya.

''Ssshh ahhh...Otou-chan~ ahhh.''

Tangan Naruto tak tinggal diam, tangannya meremas pelan kedua dada Himawari yang baru tumbuh tersebut.

''Sshhahhh.. Othou-channn ahh..'' desah erotis Himawari.

Naruto sangat tidak menyangkan, seorang anak yang pols mempunyai sisi lain yang brutal dan...menggoda.

Dan mereka bermainhingga pagi, tapi tidak melakukan adegan'keluarmasuk', mengingat umur Himawari yang masih kecil.

.

.

15 tahun kemudian~

''Otou-chan, aku ingin sekarang.'' kata seorang gadis cantik kepada ayahnya.

''Kau ingin apa Hima-chan.'' tanya Naruto yang pandangannya tak lepas dari sebuah tablet ditangannya.

''Tentu saja ingin 'itu'.'' kata Himawari.

''Hmm.'' gumam Naruto yang masih fokus dengan tabletnya.

''Tou-chan, lihat kesini.'' Himawari memaksa wajah Naruto untuk menghadap kearahnya dan menciumnya.

''Mmmhh..'' desah mereka menikmati rasa bibir lawannya. Tak berapa lama, mereka melepasnya kembali.

''Cepat Otou-chan.''

''Tapi sebelum itu kita harus meminta izin kepada para tetua.'' usul Naruto.

''Kenapa harus para tetua sih ?'' cibir Himawari.

''Tentu saja, jika para tetua tidak setuju dengan hubungan sedarah kita, apa boleh buat ?'' kata Naruto membuat Himawari memasang wajah tak suka.

''Tidak setuju ? Jadi sudah lama aku menanti untuk bersama Otou-chan, dan akhirnya tidak setuju ? Akan kupenggal kepala tetua keriput itu.''

''Kita lihat saja. Ayo.'' ajak Naruto kepada Himawari untuk menuju ke pada para tetua.

.

.

Para tetua akhirnya menyetujui hubungan Naruto dan Himawari. Awalnya para tetua tidak menyetujui hubungan Naruto dan Himawari, karena mereka masih sedarah. Tapi Naruto menyebutkan alasannya yaitu ingin membangun kembali klan Uzumaki, akhirnya para tetua menyetujuinya berkat alasan Naruto.

Naruto dan Himawari juga sudah membicarakan masalah ini dengan Boruto, dan Boruto juga menyetujuinya.

.

.

''Ne, Otou-chan bagaimana kalau kita melakukannya sekarang?'' tanya Himawari kepada Naruto.

Mereka berdua sedang berada dikamar Naruto saat ini, dengan posisi Himawari diatas dan Naruto dibawah.

''Baiklah.'' pasrah Naruto.

Hinawari tersenyum lebar, setelah itu ia membuka semua pakaiannya, menampakkan kedua dadanya yang sebesar Hinata, dan kemaluan yang rapat dikelilingi oleh bulu-bulu halus disekitarnya.

Himawari juga membuka semua pakaian Naruto, menampakkan dadanya yang bidang dan kemaluannya yang perkasa.

''Ne, Otou-chan, lebih baik kita melakukan pemanasan dengan cepat, aku sudah tidak sabar.'' kata Himawari.

Himawari mencium Naruto dengan brutal, dadanya bergesekan dengan dada milik Naruto yang membuatnya semakin mendesah. Tangan Naruto tak tinggal diam, tangannya meremas-meremas dada kenyal Himawari dengan pelan.

''Ahhhnn.. Otou-chanhhh...''

Beberapa menit kemudian, mereka menghentikan pemanasan mereka karena Himawari bilang dirinya sudah tidak tahan untu melakukan 'itu'.

''Ne, Tou-chan, bersiaplah.'' ucap Himawari.

Kemudian Himawari memposisikan penis Naruto dikemaluannya dan mempertemukannya. Himawari menurunkan pinggulnya kebawah dengan pelan, meresapi sensasi saat penis ayahnya memasuki liang kewanitaannya. Walau terasa sakit dan sesak, Himawari terus memaksakannya.

''Ugh...Semput Otou-chan.'' protes Himawari.

''Kalau begitu hentikan saja.'' kata Naruto membuat semangat 45 keluar dari Himawari.

''Tidak, aku .akan menghentikan ini.''

''Aahh...''.

Himawari menghentikan gerakannya saat penis Naruto menyentuh sesuatu yang diketahui bernama selaput dara.

''Hima, kau harus tahan.'' kata Naruto mendapat anggukan dari Himawari.

Himawari melanjutkan dorongannya dengan kuat dan hancurlah lapisan dara Himawari.

''Akhh..hikss...sa-sakit Otou-chan.'' keluh Himawari.

Naruto mencoba membantu Himawari meringankan rasa sakitnya dengan melumat bibir Himawari dan tangannya meremas dada Himawari.

''Ahhh~hhnn.''

Berhasil. Naruto berhasil mengalihkan pikiran Himawari.

Merasa sudah baikan, Himawari menaik turunkan punghulnya pelan. Awalnya sakit, tapi semakin lama semakin nikmat.

''Ahh~ Otou-chan, ahhh...'' desah Himawari disela ciumannya.

''Himawari.. Uhh.. .''

''Otou-chan... Daisuki, aishiteru.'' kata Himawari yang terus menaik turunkan pinggulnya.

''Aishiteru mo, Hima-chan.''

Akhirnya, mereka melakukan kegiatan ini sampai pagi, bahkan sudah berapa ronde yang mereka lakukan.

Cinta memang tak memandang bulu, siapa pun bisa kau cintai.

.

.

T.B.C

Owari

11 tahun kemudian~

''Otou-chan!'' seorang gadis berumur 10 tahun berlari kearah pria paruh baya yang masih terlihat muda.

''Ai-chan ? Ada apa ?'' tanya sang pria tersebut kepada seorang anak yang memiliki rambut twintail warna kuning dengan sedikit warna indigo.

''Tidak apa-apa, hanya saja aku ingin tanya, apa benar yang dikatakan Okaa-chan?'' tanya Ai.

''Benar apanya ?'' sang pria yang tidak mengertipun bertanya kembali.

Ai menyuru sang pria mendekatkan wajahnya, kemudian Ai membisikkan sesuatu ditelinga pria tersebut yang menyebabkan wajah lelaki tersebut memerah.

''Benarkah Otou-chan ?'' tanya Ai lagi.

Sedangkan sang pria hanya gelagapan mendapat bisikan Ai.

''Itu benarkan, Naruto-kun ?'' tanya sosok yang baru muncul.

''Himawari ? Kenapa kau menceritakan kepadanya ?'' tanya pria yang bernama Naruto.

''Aku tidak menceritakan kepadanya saja kok.'' kata Himawari membuat Naruto membulatkan matanya.

Kemudian datang lagi perempuan berumur sekitar 12 tahun berambut panjang indigo, dan bermata biru, bernama Uzumaki Kawaii

''Apa yang tadi itu benar Otou-chan ?'' tanya Ai lagi, dengan Kawaii yang telah berada disamping Ai.

''A-ano...'' sedangkan Naruto tak tau harus berkata apa.

''Jika memang benar, apa Otou-chan juga mau membuat klan Uzumaki bersama kami.'' kata Kawaii membuat Naruto membisu.

''Tapi Otou-chan juga harus menunggu kami sudah dewasa.'' kata Ai menimpali.

''Hihihk...'' sedangkan Himawari hanya cekikikan melihat tampang kebingungan Naruto.

Yah~ Kehidupan Naruto kedepannya akan semakin berat. Mengurus Himawari dikamar saja Naruto hampir kuwalahan, apalagi ditambah dengan keduan putrinya.

.

.

T.B.C

.

.

Haii, minna, jumpa lagi dengan fic lemon dari author. Ini fic incest pertama saya. Sebenarnya author radak segen mbuat nih fic, tapi...yah kalian taulah. Maaf lemonnya gak terasa joss dan ahh, karena author memang kurang pengalaman membuat fic itu.

Baiklah, jangan lupa untuk review dan meberikan saran fic lainnya.

Sejelek-jelaknya fic author, jangan lupakan untuk memberi sebuah review.

Sekian dari saya Lio-kun11, mengucapkan sampai jumpa lagi.