"Felicia!"
Seorang perempuan cantik jelita dengan rambut coklat madu dan mata coklat yang padu itu pun menengok siapa yang memanggilnya. Gadis berambut kuncir kuda itu berpakaian a la maid berwarna hijau terang dengan aksen renda. Manis. Itu adalah pikiran mereka semua ketika melihat Felicia Nuvola Vargas, seorang gadis yang baru saja berumur 15 tahun.
"Vee, ada apa, Bibi Elizaveta?"
Il Ciclio della Vita
Hetalia – Axis Powers © Hidekazu Himaruya
Ciclio di Vita © Kokyu Yume
Felicia membalikkan badannya menghadap Elizaveta Hedervary-Edelstein, orang yang mempekerjakannya sebagai pegawai di toko boneka miliknya. Sementara tangan Felicia masih memegang sapu yang digunakannya untuk menyapu toko boneka dengan desain toko a la Victorian.
Elizaveta mengatur napasnya, kelihatannya dia berlari-lari sedaritadi. "Bibi, jangan berlari-lari, atur napas dulu, ya, vee! Aku ambilkan air minum dulu, vee~" saat Felicia hendak mengambil air minum dari dapur khusus karyawan, Elizaveta memegang lengannya.
"Tunggu! Ini sangat penting, Feli-chan. Begini, ini tentang Ann…"
Felicia membatu, "A-Ada apa dengan mamma (ibu)?"
Ann Nuvola—itu adalah nama ibunya. Ann merupakan single mother, dan ayah Felicia… tidak pernah dia ketahui sebelumnya. Tapi, yang menghubungkan Felicia dengan ayahnya, hanyalah marga. Felicia menggunakan marga ibu dan ayahnya, Nuvola dan Vargas. Karena Ann sudah 5 tahun terkena penyakit yang cukup membahayakan, tetapi, karena Felicia dan ibunya bukan berasal dari keluarga berkecukupan, akhirnya Elizaveta dan suaminya—Roderich—membiayai obat untuk ibu Felicia, dan sebagai gantinya, Felicia akan bekerja di toko boneka milik keluarga Elizaveta.
Elizaveta menundukkan kepalanya. "Tadi aku mampir ke flatmu, seperti biasa, aku mengantarkan makan siang untuk Ann… tetapi, saat aku sudah sampai,"
"Ann…"
Felicia menelan ludahnya.
"…Meninggal…"
Mata Felicia membelalak karena kaget, kelopak matanya mulai penuh dengan air mata, dan air mata pun mengalir dari matanya ke pipi mulus dan halusnya. "M-Mamma…"
"Saya turut berduka cita, bagaimana kalau kamu langsung pergi ke tempat ibumu?" Felicia mengangguk. Dia langsung berlari menuju flatnya dan—mendiang—ibunya. Masih dengan air mata berlinang, dan apron serta baju maid, dan boots setinggi betis yang melangkah cepat melalui kota, menuju flat kecil yang tidak terurus.
"Haah… haah…"
Felicia pun mendobrak pintu flat mereka. Dan benar saja, tubuh Ann terbaring lemah, tidak berdaya. Kulit Ann yang semula berwarna kecoklat-coklatan sekarang memucat, dan matanya tertutup. Begitu dipegang wajahnya, dan dadanya, tidak ada napas sama sekali… Ann sudah meninggalkannya.
"H-H-HUAAAA! MAMMAAAA!"
Felicia menangis meraung-raung sambil memegang tangan sang ibu. Setelah sudah tenang, Felicia menelpon pihak rumah sakit untuk urusan pemakaman.
'Halo, dari Rumah Sakit Umum Giglio, ada yang bisa kami bantu?'
"Ya, ini –hiks- saya ingin –hiks- mengurus pemakaman, kira-kira berapa biayanya?" suara Felicia yang merdu terdengar parau karena efek tangisan itu.
'Biayanya dari yang paling mahal, yang standar, apa yang paling murah, nona?'
"…Tolong biayanya yang standar saja…"
'Baiklah, biayanya 5000 euro dan sudah mencakup semua biayanya, mulai dari peti mati hingga tempat menguburannya. Bagaimana, nona?'
Felicia kembali membatu, '5000 euro? Tabunganku pas 5000 euro. Tapi… bagaimana membayar uang sewa flat bulan ini…? Masa mamma harus menerima yang paling murah? Seharusnya yang standar! Ah, sudahlah. Aku akan mengusahakannya.'
"Baiklah. Saya ambil yang itu."
'Baiklah, bisa saya minta alamatnya?'
"Tentu…"
~##**''**##~~##**''**##~~##**''**##~~##**''**##~
Pemakaman Umum Nero
"Saya turut berduka cita, Feli-chan." Elizaveta yang menggunakan pakaian serba hitam menepuk pundak Felicia, setelah itu melingkarkan kedua lengannya di sekeliling pundak Felicia, bermaksud untuk membuatnya tenang. "Felicia, saya turut berduka cita akan kepergiannya."
Suami Elizaveta, Roderich pun menepuk pundak Felicia sambil melihatnya dengan pandangan berduka cita. Anak mereka, Viola Edelstein pun menaruh sebuket bunga lily putih di depan makam Ann, "Sorella (kakak perempuan) Felicia, Viola… Viola mau sorella tersenyum lagi…" Viola—yang senang sekali mempelajari bahasa Italia—memeluk kaki Felicia, yang masih menggunakan sepatu boots. Untung saja bajunya sudah diganti dengan rok dibawah dengkul dan kemeja berwarna hitam. Felicia hanya menengok ke arah Viola dan tersenyum kecil. "Grazie (terima kasih), Viola. Sorella tidak apa-apa."
"Felicia, bagaimana kalau kamu tinggal bersama kami?" Roderich bertanya kepada Felicia sambil menepuk pundaknya.
Felicia menggeleng kepalanya pelan, "Tidak usah, Paman Roderich. Saya sudah banyak merepotkan kalian." Roderich menghela napas, "Baiklah kalau itu keputusanmu, Felicia. Besok kamu tidak usah datang dulu, ya. Tapi gajimu akan tetap dihitung full." Roderich tersenyum kecil.
"Grazie mille (terima kasih banyak), paman." Felicia tersenyum lembut.
"Baiklah, kamu berduka dulu, ya, lepaskan semua kesedihanmu. Kita pulang bersama-sama." Elizaveta tersenyum tipis. Felicia mengangguk dan berjongkok dan meratap nisan sang bunda.
1 jam kemudian
"Baiklah, paman, bibi. Aku sudah selesai. Terima kasih banyak mau menungguku."
Elizaveta dan Roderich mengangguk. "Ayo kita pulang. Akan aku antar kamu sampai ke depan flatmu."
Felicia pun tersenyum miris.
Sesudah perjalanan kembali ke flat Felicia, Roderich beserta keluarganya pun meninggalkan Felicia sendiri, Felicia pun menaiki tangga flatnya. Ketika sampai di depan flatnya…
"T-Tasku!"
Memang, baju-baju Felicia dimasukkannya ke dalam 1 tas, karena barangnya tidak banyak, jadi semua barangnya cukup di 1 tas besar milik Felicia. Di samping ta situ ada catatan bertulisan: 'Karena kalian tidak membayar uang sewa selama 1 tahun, dengan sangat disayangkan, kalian diusir. Maaf. –pemilik'
"V-Veee…"
Dengan sangat terpaksa, Felicia pun mengambil tasnya, dan melangkah menuju pusat kota, 'seharusnya aku bisa tidur di taman…' di dalam perjalanannya, Felicia pun kembali berpikir. Dia baru saja berulang tahun, ibunya meninggal, dan sekarang… dia tidak memiliki tempat tinggal. 'haahh… harusnya aku mengiyakan tawaran Bibi Elizaveta… veee… tidak ada gunakan menatap kesalahan…'
Sampai akhirnya, Felicia pun mencapai taman. Dia pun bergegas menaruh tasnya di bangku taman, dan menjatuhkan tubuh kecilnya ke atas bangku tersebut. "Aku capek… vee~" 'ah, rasanya nyaman merebahkan diri seperti ini…'
"Bagaimana kalau kamu main sama kami?"
Suara itu pun mengagetkan Felicia, mata coklat madunya pun terbuka dengan lebar. PREMAN JALANAN. Kata itu langsung terlintas di kepala Felicia. Orang-orang itu mengelilinginya, 3 orang total semuanya. "Sendiri saja, nona manis? Bagaimana kalau kamu main sama kami?"
Kelopak mata Felicia kembali penuh dengan air mata. Lama-lama, 3 pria itu pun mengelilinginya dan 2 dari mereka duduk di samping kiri dan kanan Felicia, sementara yang satu lagi berdiri di hadapannya. Felicia pun mengambil tasnya dan mencoba untuk melindungi dirinya dengan ta situ, "V-Vee~"
Pria yang duduk di sebelah kirinya pun memegang dagu Felicia, "Kamu kesepian, kan?" katanya, Felicia pun menutup matanya, takut melihat apa yang akan terjadi, dan mundur ke belakang, dan pria yang satunya lagi tertawa sambil memegang pundak Felicia, "Hahaha… baka Mike (Mike bodoh)! Jangan ambil semua kesenangannya sendiri, dong!"
'Ugh… sebegitu buruknya nasibku, vee~? Padahal aku anak baik, vee!'
"Hoi, apa yang kalian lakukan?"
'S-Suaranya berat… dan terkesan tegas… s-siapa itu?' Felicia pun membuka matanya secara perlahan, dan yang berdiri di depannya adalah sesosok pria dengan jas berwarna abu-abu. Matanya yang biru terang bercahaya saat terkena sinar lampu taman.
"Apa urusanmu, Pak Tua? HAHAHA. Sana pulang ke rumahmu." Pria itu mengusir sosok pria dengan jas itu.
Pria dengan jas itu menghela napas, "Kalian juga pergi. Ini sudah malam, bukan? Jangan melanggar waktu malam kalian. Bukankah kalian masih bersekolah?"
"Jangan seenaknya memerintah kami!" pria yang tadinya akan mencium Felicia pun menodongkan pisau lipatnya yang diambil dari dalam kantong celananya.
"Kelihatannya aku harus menggunakan kekerasan…" pria itu pun menghela napas lagi, dan menaruh tas kopernya (yang kelihatannya berisi dokumen-dokumen penting, bagi Felicia).
DUAK!
Sebuah tendangan ke arah tulang kering diberikan oleh pemuda berjas itu, secepat kilat, semua preman itu dihabisi oleh sang pria berjas itu. "T-Tunggu saja balasannya!" ketiga preman itu pun berlari dengan tergopoh-gopoh, melarikan diri dari pria berjas yang baru saja menolong Felicia.
"Kamu tidak apa-apa?" Felicia tersenyum, "Aku tidak apa-apa, maestro (tuan) …?"
"Ludwig. Herr (Mr.) Ludwig Bielschmidt." Pria itu—yang ternyata bernama Ludwig tersenyum kecil.
"Bukankah seharusnya kamu pulang ke rumah, verpassen (miss) …?"
"Felicia. Felicia Nuvola-Vargas. Dan untuk jawaban atas pertanyaanmu… aku tidak punya rumah tuan Ludwig, vee…" kata Felicia sambil menundukkan wajahnya.
"Eh? Bagaimana dengan orangtuamu?" tanya Ludwig lagi.
"M-Mamma meninggal –hiks- P-Padre (ayah) … aku tidak pernah melihatnya…" Felicia pun kembali menangis. Ludwig pun berpikir sebentar, dia memegang dagunya.
"Hmm… bagaimana kalau kamu tinggal bersamaku, Felicia?"
"V-Vee…?"
.
.
.
Fortzusetzen – Essere Continuata
Chapter 1 : Partire
Author's note ::
Oke! Terima kasih sudah membaca chapter 1 dari Ciclio di Vita! Saya adalah Kokyu Yume! Author baru di fandom Hetalia! Jujur saja, saya sendiri sedang masa-masa ujian saat pembuatannya! Tapi ya… apa boleh buat? Ide tidak boleh disia-siakan, bukan?
Tentang bahasa asing… karena saya sedang malas untuk menulis lagi… /dilempar batu/ saya pun menulisnya di sebelah kata itu! Dengan begitu, kalian juga tau artinya (bagi yang nggak mudeng' tapi semua pasti mudeng' laahh…) tanpa melihat / scroll down ke bawah! Praktis, kan! Aku juga nggak repot! NYAHAHAHAHA!
Nah! Berhubung plot bunny sudah meloncat-loncat menunggu untuk dituangkan dalam tulisan (ceileh, bahasanyaaaa…), saya pun menulis ini! Tunggu, bahasanya terlalu formal, ya? Kenapa setiap menulis pasti aku menggunakan 'saya' di A/N, ya? Ah sudahlah.
Semoga di sini Felicia tidak terlalu MarySue… *guling-guling* dan semoga jalur ceritanya bisa dimengerti *membungkuk* dan kalau ada kesamaan nama (terutama nama si preman. Saya ngasal banget tuh. Lagian saya lagi males ketemu temen saya yang namanya Mi—ah, sudahlah. Kok malah jadi curcol? NYAHA!
Dan… kalau responnya bagus, dan kalian senang, Kokyu akan segera mempublish chapter 2! STAY TUNED, AMIGO!
Ludwig, Felicia, Kokyu: MINNA! REVIEW, BITTE?
PUBLISHED: May 16th, 8.17 AM
EDITED: May 16th, 11.20 PM (Thanks to Italiana Anonima)
