~ Based on Fairy Tail by Hiro Mashima ~
Genre : Romance, Friendship, etc
Pairing : Natsu Dragneel, Lucy Heartfilia
Rate : T
.
A Fairy Tail Fanfiction Story
-YOUR SMILE -
Chapter 1 : Kenangan
"Natsu.." Panggil seorang wanita berambut hitam diiringi dengan langkah kaki yang cepat. Ia sedikit mendobrak pintu dan seketika berlari memeluk seorang bocah lelaki berambut pink salmon yang sedang bermain dengan kucing kesayangannya.
"Mama?" tanyanya bingung.
"Lisana..." kata wanita itu seraya meneteskan air mata. Natsu membelalak, air mata seketika keluar dari kedua pelipis matanya. Tubuh kecilnya yang masih berumur tujuh tahun itu pun ikut bergetar. Rasa tak percaya langsung merobek seluruh batinnya.
Hujan deras menghiasi beberapa orang yang sedang menggunakan pakaian hitam, menemani kala duka atas kecelakaan bus yang telah terjadi tengah malam tadi. Isak tangis tak bisa dibendung oleh kedua kakak beradik yang rumahnya dipenuhi dengan saudara, kerabat dan orang-orang terdekat dengan mengenakan pakaian hitam masing-masing. Sejak mendengar kabar yang langsung merobek seluruh batin, mereka masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Bahkan tangis pun tak dapat mengungkapkan betapa menyakitkannya berita itu. Kehilangan Ayah, Ibu dan Adik tercinta mereka benar-benar hal tak pernah terpikirkan oleh keduanya.
"Mira?" panggil wanita berambut hitam yang menggandeng tangan Natsu kecil seraya menatap kedua kakak beradik itu, pilu.
"Bibi..." balasnya sambil memeluk wanita yang sudah terduduk dihadapan mereka.
"Bagaimana?" tanya wanita itu sambil mengelus kepala gadis kecil yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri.
Mira menggeleng dari balik pelukan wanita itu. "Belum ditemukan." Isaknya yang membuat wanita itu meneteskan air mata. Mendengar kakaknya berkata seperti itu, bocah lelaki yang tak berhenti menangis disebelah Mira semakin mengisakkan tangisnya. Wanita berambut hitam itu menoleh, dan makin menatap pilu bocah dihadapannya. Ia mengangkat sebelah tangannya ke atas kepala bocah itu dan sedikit mengelusnya.
"Aku akan menjaga kalian." Kata wanita itu meneteskan air matanya lagi.
Natsu menatap mereka dalam diam. Ia tak bisa berkata apapun selain menatap apa yang didepannya dengan tak percaya. ia mengangkat kepalanya dan sedikit melirik bingkai foto di meja sudut rumah. Wajahnya masih tak berekspresi. Bibirnya sedikit terbuka begitu menatap foto itu. Dan kemudian ia eratkan pelukannya pada kucing yang saat ini tergendong dikedua tangannya.
"Ayo kita pergi, Happy." Bisik Natsu sembari membelokkan langkah dan berjalan meninggalkan mereka.
"Natsu!" Seru wanita yang dipanggilnya mama itu begitu merasakan kepergian Natsu. Ia tak menghiraukannya dan tetap berjalan meninggalkan rumah itu.
Matahari terlihat bersilau dari balik awan hitam yang sudah mulai menipis, rintih hujan sudah mulai tak terlihat dan berhenti terdengar di telinga. Suara gemericik air sungai mengalir pelan menggantikan suara hujan yang tadi menemani lamunan seorang bocah berambut pink yang kini terduduk dipinggir sungai itu, merangkul lutut dengan pandangan kosong.
"Kau percaya itu, Happy?" kata Natsu akhirnya seraya mengelus punggung kucing kesayangannya. Ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun sejak meninggalkan rumah itu.
"Mama bilang tak ada satu pun yang selamat dari kecelakaan itu."
Natsu menatap hampa aliran sungai didepannya. Selintas ia membayangkan betapa familiarnya tempat ini bagi ia dan Happy.
"Natsu." Samar-samar ia mendengar suara dari belakangnya. Ia tersentak, dengan sigap ia menolehkan kepalanya kebelakang. Matanya membelalak, ia melihat seorang gadis kecil seusianya dengan rambut putih pendek dan senyumannya yang khas.
"Lisa.." panggilnya terpotong begitu menyadari itu hanya bagian dari imajinasinya. Sontak Natsu menggerutu, ia membuang pandang kembali pada sungai didepan sana. Tempat ini, suasana ini, rumput ini, sungai ini, semuanya adalah hal yang selalu menemaninya ketika bermain bersama Lisana, sahabatnya.
Tubuhnya bergetar, makin tak percaya ia dengan apa yang tengah terjadi. Di kepalanya masih terbayang wajah Lisana, senyumnya, dan bahkan aktivitas yang biasa ia lakukan bersama Lisana disini. Telinganya masih terngiang suara tawa dan sapaan khas dari bibir mungil sahabat baiknya itu. Benar-benar sulit dipercaya.
Air mata tiba-tiba saja jatuh dari kedua pelipis Natsu. Kali ini ia sudah tidak sanggup membendungnya dengan pernyataan 'tak mungkin'. Tapi apa yang telah terjadi memang tak bisa ia elakkan lagi.
"Lisana.." isaknya seraya merangkul lutut erat dan menjatuhkan kepala tepat ketas lututnya.
2 jam berlalu~
Natsu masih disini, duduk merangkul lutut sembari menatap hampa sungai yang kini airnya terlihat sedikit keoranyean berkat pantulan cahaya mentari. Ia hanya diam, walau air matanya sudah mulai menipis tapi pelupuk hatinya masih terasa sakit.
"Hey, sedang apa kau disini?" tanya suara mungil yang tiba-tiba saja datang menghampirinya.
Natsu tersentak, ia segera menghapus sisa air matanya dan menghadap kearah lain. Siapapun itu tidak boleh ada yang melihatnya menangis. Natsu sedikit mengatur napasnya sehabis terisak beberapa waktu lalu.
"Tidak ada." Katanya bohong. Natsu masih tak percaya ia tak merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya.
Anak itu sedikit tersenyum dan duduk tepat disamping Happy.
"Kau menangis?" tanyanya dengan suara mungil yang menggemaskan.
"Tidak."
"Oh.." Senyum anak berambut kuning itu seraya bergumam lucu.
"Kenapa tertawa?" kesal Natsu menoleh begitu mendengar suara gumaman lucu anak perempuan mungil itu pada jawaban bohong Natsu barusan.
"Gak apa-apa." Senyum anak itu lagi dengan sangat manis membuat Natsu sedikit meluluhkan hati. Ia membuang pandang dan kembali menatap sungai. Untuk beberapa saat Natsu hanya diam, tak menoleh maupun membalas senyuman anak berambut kuning disebelahnya. Kemudian ia sedikit membuka mulut, dan mulai angkat bicara.
"Temanku sudah pergi." Kata Natsu yang entah kenapa senyuman anak itu membuatnya merasa nyaman untuk menyampaikan rasa pilu hatinya.
"Pergi?" tanya anak itu yang sejujurnya tak mengerti dengan apa yang dikatakan Natsu.
"Ya, aku tak bisa melihatnya lagi."
Kata itu langsung membuat anak berambut kuning disebelahnya sedikit khawatir. Bagaimana tidak, mata seorang bocah dihadapannya sekarang sudah terlihat membanjir air mata lagi.
"Dia tidak pergi." Kata anak itu seraya tersenyum dan ikut menatap sungai dihadapan mereka. Natsu membelalakan mata, pasalnya anak yang tak dikenalnya ini sok tau dengan apa yang terjadi. Tapi senyum anak berambut kuning ini selalu membuat Natsu nyaman.
"Kau tahu.." kata anak itu tanpa menoleh sedikit pun melihat Natsu. "Sebelum mamaku pergi, dia selalu berkata semua orang pasti akan pergi dan merasakan yang namanya kehilangan. Memang benar kau tak akan pernah bisa melihatnya lagi. Tapi..." Anak itu berhenti dan tersenyum menatap Natsu.
"Dia masih disini." Lanjut anak itu seraya menunjuk dada Natsu. "Selama kau masih menyimpannya didalam sini, dia tak akan pergi kemana pun." Senyum anak itu yang membuat Natsu tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Mama ku juga sudah pergi. Awalnya aku juga merasa kehilangan, rasanya menyakitkan bila teringat aku tak akan pernah bisa melihatnya lagi. Tapi, aku selalu teringat apa yang pernah ia katakan padaku. Mama benar. Kenangan, kasih sayangnya, senyumnya masih melekat erat disini. Aku sangat menyayanginya dan aku akan menjaga kenangan bersamanya disini, selalu, kapanpun, dimana pun dan selamanya. Dan aku tahu ia tak akan pernah meninggalkanku." Jelas anak kecil itu dengan senyuman yang semakin memanis disetiap sajak katanya.
"Jadi, temanmu itu juga pasti tidak pergi. Dia ada disini, didalam hatimu bersama dengan semua kenangan-kenangan kalian." Kata anak itu seraya menatap Natsu dengan senyuman yang terasa sangat tulus. Air mata Natsu seketika jatuh. Ia sudah tak peduli lagi dengan anggapan bahwa tak ada siapapun yang boleh melihatnya menangis. Yang dipikirannya kini hanyalah kata-kata anak berambut kuning dihadapannya yang terasa menyentuh hingga relung hati terdalam. Dan ia tersenyum menatap anak itu.
"Terima kasih." Kata Natsu seraya menghapus air matanya.
"Oh ya, siapa namamu?" tanya Natsu akhirnya. Ia baru sadar kalau ia benar-benar tak mengenal orang dihadapannya ini.
"Aku?" tanya anak itu tersenyum. Setelah sekian panjang pembicaraan, mereka baru akan berkenalan. Itu jadi sedikit lucu dibenaknya.
"Nona...!" teriak seseorang yang tiba-tiba saja terlihat berlari kearah mereka. Natsu dan anak itu menoleh bersamaan. "Nona kemana saja? Nona dicari ayah nona!" Teriak seorang berkemeja biru dari kejauhan.
"Iya." Balas anak itu dengan melambaikan tangan. "Aku pergi dulu ya." Kata anak itu tersenyum seraya berdiri dan segera berlari mendekati pria yang memanggilnya tadi. Anak itu kemudian sedikit menoleh kebelakang dan melambaikan tangannya pada Natsu.
"Nona, cepatlah." Kata pria itu.
"Ah, Glenn berisik!" balas anak itu kesal.
Natsu hanya bisa melihat dan tak melakukan apapun. Ia tersenyum dan kemudian menggendong Happy.
"Aku kan belum tahu namamu." Senyum Natsu. "Ah tapi, terima kasih banyak, orang asing."
10 tahun berlalu...
Seorang lelaki berambut pink berlari kesetanan menuju sekolah yang tepat berdiri didepannya. Dasi dan jas sekolahnya ikut menari terhempas angin. Sebelah tangannya memegang tas hitam, telinganya terpasang earphone yang talinya pun ikut menari melawan angin.
"Minggir.. Minggir..." serunya pada pejalan kaki yang hampir tertabrak olehnya, bukan hampir tapi memang ia tak memperdulikan orang-orang sekitar yang berjalan menatapnya aneh.
Hap, lompatnya begitu tiba tepat didepan pagar hitam yang nyaris saja tertutup.
"Oi, Natsu. Jangan terlambat lagi!" seru penjaga sekolah yang tugasnya memantau murid yang datang terlambat dan membuka-tutup pintu gerbang. Natsu terengah-engah, ia memegang lututnya selepas lari maraton barusan. Ia kemudian menegakkan badannya, sedikit merapikan dasi dan jas seraya melepaskan cengiran khasnya.
"Hihi, Oke Pak Tua!" serunya sambil berjalan sedikit cepat, menaikkan sebelah tangan sebagai lambayan untuk penjaga gerbang itu.
"Kau ini! Sopan sedikit pada orang tua seperti ku! Dasar!" Omel penjaga itu pada reaksi Natsu.
Sementara yang diomelin hanya berjalan tak menghiraukan omelan yang sudah seperti sarapan pagi baginya setiap hari.
Pluk! Tiba-tiba saja gulungan kertas jatuh menimpah kepala Natsu begitu ia hendak memasuki koridor depan gedung kelas 1. Ia segera menengadahkan kepala ke tempat kertas itu berasal, tepatnya ke jendela kelasnya yang berada dilantai 2.
"Oi, kau telat lagi." Sapa seorang lelaki berambut hitam, dingin. "Gray?"
"Cepatlah naik, sebelum guru masuk!" Timpal Gray kesal pada orang yang hampir setiap hari telat itu.
"Aku tahu." Balas Natsu sembari memanjat dan melompat tepat ke jendela Gray.
"Lewat tangga, bodoh! Bukan dari sini!" kesal Gray menatap rival sekaligus teman dekatnya itu.
"Berisik! Kau bilang cepat kan, sialan?!" Balas Natsu yang ikut-ikutan kesal.
"Sudahlah, hentikan kalian berdua!" Timpal gadis berambut merah yang menatap Natsu dan Gray sedikit kesal. "Erza?" Kaget Natsu dan Gray bersamaan. Hampir seluruh orang dikelas ini menghormatinya. Bahkan Natsu dan Gray yang terkenal agresif saja takut kalau harus berurusan dengan gadis satu ini. Bukan karna ia cantik atau pintar. Tapi Erza adalah gadis tergalak, terhebat dalam bidang akademik maupun non akademik disekolahnya itu. Ia juga sangat ahli dalam bela diri. Dan yang paling tak bisa mereka kalahkan adalah sifat Erza ketika tidak menyukai sesuatu dan ketika ia sedang marah. Itu benar-benar menakutkan.
"Cepat duduk dibangku kalian! Atau kalian mau kuhajar, ha? Pagi-pagi sudah nyari keributan." Seru Erza dengan meremat kepalan tangan kanannya. Natsu dan Gray makin kaget, keringat dingin keluar dari dahi masing-masing.
"Baik!" balas Gray dan Natsu dengan cengiran takut.
"Lu-chan, kudengar kau kabur dari rumah ya. Kenapa?" tanya seseorang yang berjalan melintasi koridor dalam sekolah seraya membawa tumpukan kertas pada teman disampingnya.
"Hahaha, aku belum menceritakannya padamu ya, Levi?" tanya Lucy balik.
"hmm." Angguk Levi. "Aku ini teman baikmu. Tapi kau tega melihatku mendengar itu dari orang lain." Balasnya kesal.
"Maaf Levi-chan.." Kata Lucy sambil tersenyum. "Baiklah, akan kuberi tahu."
"Hmm." Angguk Levi lagi seraya melonggarkan kekesalannya.
"Sebenarnya ayah menyuruhku ikut perjalan bisnis ke luar negeri." Kata Lucy.
"Eh, seru dong bisa jalan-jalan." Timpal Levi takjub.
"Tadinya aku berpikir begitu." Rengut Lucy yang membuat Levi tak jadi mengatakan hal lain. "Tapi ayah bilang belum tentu kapan akan bisa pulang. Jadi sementara kami akan menetap disana."
"Ehh?!" Kaget Levi seraya menggeser tubuh tepat berhenti berjalan didepan Lucy. "Itu artinya kalian akan pindah kesana?" tanya Levi tak percaya. Lucy mengangguk dan kembali berjalan melewati Levi yang mengikuti kembali langkah kaki Lucy.
"Berarti kita gak bisa bertemu dong?"
"Mungkin."
"Jadi?" tanya Levi yang kali ini giliran ia yang memasang tampang sedih.
"Jadi ya, tentu saja aku menolak!" Tegas Lucy tesenyum. "Aku nyaman berada disini. Ada kau, juga kalau aku pergi aku tak bisa bertemu Mama lagi." Lanjutnya sambil tersenyum haru.
"Lu-chan..." kata Levi yang sedikit prihatin melihat teman disebelahnya itu.
"Karna itu, aku kabur. Hehehe." Seru Lucy yang memancing kembali kekesalan Levi.
"Tapi tetap saja, kabur bukan jalan keluarnya!" Senggol Levi yang membuat tubuh Lucy sedikit terhuyung kesamping pintu kelas 1-D.
Disaat yang bersamaan, pintu itu ikut terbuka. Terlihat seorang lelaki berlari keluar dari dalam kelas menghindari amukan penghapus papan tulis yang saat ini terbang kearahnya. Dan, Brukk!
Kertas yang dibawa Lucy seketika bertebaran keseluruh koridor depan kelas itu, amukan penghapus tadi tepat menabrak belakang kepala lelaki yang keluar dari pintu. Tubuh mereka saling tertabrak satu sama lain, membuat Lucy jatuh tepat menimpahnya, sedangkan lelaki yang ditabraknya itu ikut terjatuh dengan kepala mendarat telak ke lantai. Hal itu membuat seluruh kelas kaget.
"Lu-chan!" teriak Levi.
"Natsu!" Seru Erza dan Gray berbarengan.
Tubuh mereka berdua tertutup oleh kertas yang dibawa Lucy tadi. Untung saja belakang kepala Lucy mendarat tepat didada Natsu, sementara setengah tubuhnya sedikit terbentur lantai.
"Aduh.." keluh Lucy sembari menepis kertas dan berusaha bangkit dari badan lelaki yang ditabraknya. Lucy sedikit mengelus lengannya. Meski terbentur sedikit, tapi tetap saja terasa sakit. Ia sedikit tersentak begitu menyadari bahwa dirinya menabrak seseorang.
"Ah, maaf." Kata Lucy kaget begitu melihat orang yang ditabraknya tak berkutik apapun selain merintih pelan.
"Adududuh, kepalaku~" Katanya sesaat sebelum Erza dan Gray datang menghampiri.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Lucy sembari membantu Natsu untuk duduk.
"Sakitnyaaa.." Keluh Natsu yang terduduk sambil mengelus belakang kepalanya.
"Natsu, kau tidak apa-apa?" tanya Erza begitu tiba disampingnya.
"Haaah, kau ini bikin kaget saja." Timpal Gray sedikit kesal.
"Kepalaku sakit." Seru Natsu dengan sebelah mata memicing.
"Haaaah, ini semua salahmu!" kata Erza seraya melayangkan pukulan dahsyat ke kepala Natsu, kesal. "Aduh, sakit Erza!" rintih Natsu yang kali ini memagang belakang kepalanya dengan kedua tangan. Entah seperti apalagi rasanya belakang kepala Natsu sekarang, sudah terkena penghapus, terbentur lantai dan sekarang malah mendapat pukulan dahsyat dari Erza. Lucy dan Levi sedikit tersentak melihatnya, ia tak menyangka Erza akan memukul orang sekarat didepannya ini dengan sekuat tenaga. Mereka bertiga terlihat bukan seperti manusia.
"Lihat! Kau membuat seorang gadis terjatuh." Kesal Erza.
"Oi bukannya dia begini karna menghindari lemparan penghapusmu, Erza?!" sanggah Gray yang membuat Erza tersentak dan memasang tampang mematikan pada Gray. Gray langsung terdiam dan mengurungkan niat untuk berbicara lagi.
"Ini salahku. Aku yang menabraknya. Maaf ya." Potong Lucy pada ketiga orang aneh didepannya.
"Maafkan aku." Kata Lucy pada Natsu. Sejujurnya ia benar-benar khawatir. Yang terbentung bukanlah hal yang sepele.
"Tidak apa-apa, tenang saja." Balas Erza.
"Oi, yang jatuh kan bukan dirimu." Timpal Gray sedikit pelan, ia takut kalau sampai Erza mendengarnya lagi dan ia akan mendapatkan tatapan mengerihkan untuk yang ketiga kalinya pagi ini.
"Lu, Kau tidak apa-apa? Apa kau bisa berdiri?" Tanya Levi khawatir.
"hmm." Angguk Lucy sambil tersenyum.
"Maaf, tapi kami harus segera keruangan guru untuk mengantarkan ini. Apa tidak.."
"Tidak apa-apa." Potong Erza seraya membantu Lucy berdiri. "Biar ku bantu membereskan kertas-kertasnya." Lanjut Erza dengan senyuman manis.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih." Kata Lucy seraya membiarkan Erza dan Levi melepaskan tangan mereka untuk membantunya berdiri.
"Gray, aku akan membantu mereka membawa kertas ini keruang guru. Kau urus Natsu." Seru Erza sedikit tegas.
"Ya." Kata Gray sembari meletakkan tangan Natsu dibahunya dan berusaha membantu Natsu berdiri. Begitu hendak masuk ke kelas, Lucy tiba-tiba saja menghentikan mereka.
"Tunggu!" Kata Lucy sambil berusaha mengeluarkan sesuatu dari saku roknya. Gray dan Natsu berhenti berjalan dan menoleh pada Lucy.
"Ada apa?" Tanya Gray.
"Ini." Kata Lucy sembari menyodorkan sesuatu pada Natsu. "Taruh dibelakang kepalamu. Benjolan dan rasa sakitnya akan sedikit berkurang." Lanjut Lucy. Itu sebungkus plester untuk mengempeskan benjolan dan memar.
"Ah, Makasih." Kata Natsu seraya mengambilnya.
"Tidak..tidak, ini sebagai ucapan maaf karna sudah menabrakmu tadi." Kata Lucy seraya menggerakkan kedua tanganya didepan dada, menyanggah ucapan Natsu. "Maaf, ya." Senyum Lucy yang membuat Natsu sedikit tersentak hebat.
"Lu-chan." Panggil Levi yang sudah siap pergi bersama Erza. Lucy menoleh dan menganguk.
"Aku pergi dulu ya." Katanya pada Natsu dan Gray dengan senyuman manis. Natsu membelalakkan matanya, entah kenapa tapi senyum itu terasa tak asing lagi dihadapannya.
"Aku pergi dulu ya..."
Suara itu juga terngiang dikepalanya.
-To Be Continued-
Hy Minna. . .
Sejujurnya aku sudah pernah postingin fic ini dengan judul 'Summer In Heart' kemarin. Tapi banyak yang salah paham pada pairnya. Sebenarnya fic ini ber-pair NaLu, tapi di Summary kemarin aku menuliskan Lisanna, itu berhubungan karna fic ini baru masuk ke Prolognya. hehe, aku mohon maafkan aku.. T3T
Maka dari itu, aku mengedit sedikit fic ini, menyatukan prolog dan chapter 1 nya. Jadi yah, akan kelihatan disini kalau ini memang benar-benar fic nya NaLu.
Aku harap semoga fic ini bisa diterima dengan baik oleh reader sekalian.
Maaf kalau ceritanya terlalu Gaje, OOC dan Typo bertebaran dimana-mana. Hehe
Jangan lupa tinggalkan Review ya..
Happy Reading Minna-san
Dont be a silent reader
Aku akan melanjutkan fic ini jika ada yang tertarik. Hihi
Jaa ne~
