New Family

Chapter 1

Durarara BUKAN milik saya. Saya cuma NICHI Kurosaki, author gaje yang numpang lewat dan minta dibunuh.

Attention please~! Konten ini mengandung YAOI, Shizaya, genre gado-gado, rating R-15 (karena gak pandai buat R18), iklan typo(?), Mpreg, OOC, penyakit bosan, bertela-tele, tidak dapat diterjemah otak, kebingungan, amnesia, kejang otot, jantungan, busa di mulut, ketawa sendiri, dsb. Perlu diperhatikan. Sebagian besar efek cuma akan dirasakan oleh Shizaya Fans gak waras, termasuk author sendiri. Tengkyu dan RnR yang minat, YEAH!


Kediaman Orihara.

"Kaa-chan! Kaa-chan! Lihat ini! Aku baru saja membuat ini bersama baa-chan! Cantik, kan?"

Izaya menoleh menatap anaknya. Sebuah mahkota dari kertas emas berada di tangan mungil bocah manis yang mirip dengannya itu.

"Itu indah sekali, Psyche. Bagaimana menurutmu, Tsugaru?"puji Izaya dan berbalik ke arah anak pertamanya yang berada di sampingnya, membantu mencuci piring bersamanya.

Tsugaru, anak pertama yang memang lahir 5 menit duluan menatap Psyche yang balik menatap dengan penuh harap. Manik merah jambunya bersinar-sinar dan senyumnya mengembang bangga.

"Hum. Itu cantik sekali"puji Tsugaru setuju. Psyche berputar-putar senang. Wajahnya berbunga-bunga, membuatnya makin kelihatan imut. Psyche benar-benar sayang pada kakaknya, begitu juga Tsugaru. Jadi keduanya sangat menghargai apa-pun yang mereka perbuat atau miliki. Karena lahir hampir bersamaan, keduanya jadi sangat dekat dan itu membuat ikatan di antara keduanya sangat sulit untuk dipisahkan. Itulah yang membuat Izaya cukup bangga telah memiliki kedua bocah ini.

Ngomong-ngomong soal anak, sebenarnya Izaya belum menikah. Dia juga tidak pernah menghamili seorang-pun wanita. Sebenarnya Izaya sendirilah yang melahirkan kedua anak ini. Ajaib, bukan? Ini adalah salah satu eksperimen besar Shinra, dan karena merasa sangat berhutang budi Izaya membiarkan dirinya menjadi yang pertama mencoba. Lagipula sepertinya menarik. Soalnya eksperimen ini melibatkan DNA seorang Shizuo Heiwajima. Ya, baru-baru ini Shizuo dan Izaya menjalin hubungan. Dan masih dirahasiakan. Hanya Shinra dan Celty saja yang tahu, jadi di depan umum keduanya berlagak seakan masih saling bermusuhan. Yaah…walupun tidak di depan umum-pun mereka masih sering bertengkar dan saling mengejek, kadang-kadang mereka juga melakukan hal romantis bersama seperti makan, tidur, mandi, sampai 'begituan' bersama.

Tapi Izaya merahasiakan kehamilannya dari Shizuo mengingat Shizuo suka tidak sepaham dengannya. Ia tahu Shizuo tidak akan menyetujuinya di awal, jadi ia berpikir untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak ini sendiri dan memberitahu Shizuo nanti. Sayangnya, semakin lama Izaya malah tidak bisa memberitahu karena sekarang ia malah terjebak di rumah keluarganya ini. Ibu dan ayahnya, Kyouko dan Shirou, yang mengetahui kehamilan Izaya (lewat perantara Mairu dan Kururi) yang tidak normal dan terjadi di luar nikah tentunya, menjadi kesal dan memaksa Izaya untuk tinggal. Bukan murka, karena mereka juga jadi senang akhirnya dapat cucu pertama. Keduanya hanya kesal karena Izaya tidak mengatakan apa-pun tentang hal ini kepada mereka. Kalau tahu kan' keduanya bisa menyiapkan banyak kebutuhan untuk kedua anak dari putra satu-satunya itu. Jadilah 7 tahun Izaya habiskan di rumah ini dan membuatnya sulit balik ke Ikebukuro maupun apartemennya di Shinjuku.

Izaya menghela nafas. Izaya jadi khawatir dengan kedua anaknya. Tidak jarang Psyche bertanya tentang bagaimana sosok ayahnya. Tsugaru juga kadang ikut di belakangnya, menuntut lewat pandangan penuh tanyanya yang polos. Dan hal itu membuat Izaya sanggup menelan ludah dan hanya bisa berbohong kalau ayah mereka sedang bekerja. Pasalnya, mau menghubungi-pun enggak bisa. Apalagi hanya untuk memberikan potret Shizuo. Hp-nya baru kecolongan dan sialnya dia tidak dapat melacak pencurinya karena kurangnya fasilitas. Dan lagi, secara ajaib, ia lupa nomor Shizuo. Ia tidak bisa mengirimi Shizuo surat karena ia pikir suratnya malah akan mudah hilang.

"Tsugaru-chan, Psyche-chan! Mau ikut ke pasar dengan obaa-chan, tidak?"seru Kyouko dari arah pintu depan. Tsugaru dan Psyche segera berlari menuju asal suara Kyouko. "Haai~!".

"Aku titip ootoro ya, kaa-san"pinta Izaya yang masih mengenakan apronnya, membantu memakaikan Psyche headphone kesayangannya. Kyouko yang mendengarnya mendengus sebal. Kyouko segera pergi, tak lupa menggenggam telapak tangan Tsugaru dan Psyche. Di belakangnya Izaya melambaikan tangan dan kemudian masuk kembali ke rumah.

Ah. Izaya baru ingat. Hari ini ayahnya sedang tidak ada di rumah. Mairu dan Kururi juga masih sekolah.

...

Inilah kesempatannya untuk pergi ke Ikebukuro!


Sudah 7 tahun Ikebukuro damai, tentram, dan nyaman. Orang-orang simpang siur dengan tenang, meski masih ada fenomena unik berkeliaran di Ikebukuro sendiri, seperti Headless Rider yang masih berkeliaran dengan lancarnya. Yah…yang membuat Ikebukuro 80% lebih diam seperti ini tentu tidak lain adalah kenihilan sosok berhoodie hitam dengan bulu-bulu coklat yang mengaku mencintai manusia itu. Siapa lagi kalau bukan, Orihara Izaya. Kenihilannya yang ganjil menciptakan banyak persepsi bahwa Orihara Izaya sakit dan sekarat, ditangkap, bahkan ada yang bilang bahwa dia sudah mati. Ck, ck, ck…

Shizuo Heiwajima saja sempat datang ke Shinjuku (untuk menyalahkan sang informan atas masalah yang terjadi di Ikebukuro) namun malah tidak menemukan tanda-tanda keberadaan sang nomimushi. Yang ia dapat cuma tulisan = 'Jangan cari aku. Aku tahu kau pasti kemari, Shizu-chan~! Terima kasih sudah mendapat servis terakhirku sebagai kenang-kenangan~3 Aku janji akan merawat diriku dengan baik. Te-he!'. Memang surat gak jelas itu sukses mencuatkan urat kemarahannya sepanjang 3 cm, tapi entah apa yang membuat ia merasa bahwa Izaya sedang menutup-nutupi sesuatu darinya?Entahlah…

Ia sudah pernah bertanya tentang keberadaan Izaya, tapi tak ada yang tahu, termasuk Shinra (tentu saja Shinra dan Celty berbohong atas permintaan Izaya). Its was odd for the Strongest Man in Ikebukuro asking about his flea who is his enemy that he want to kill. Dan secara ajaib, hari-harinya yang damai berubah total siang ini sesaaat setelah ia memakan sushinya yang ke-13 di Rusian Sushi.

Ia melihat kepala raven yang muncul di belakang Simon dan dengan reflek Shizuo melemparinya dengan piring. Dan seperti yang ia duga, sosok itu dengan sigap menghindar.

"Hidoi nee, Shizu-chan~. Kau tidak merindukanku?"goda Izaya dengan seringaian khasnya. Shizuo mendecih. Ia angkat mejanya dan hendak melempari Izaya. Namun Izaya dengan cepat menarik tangan Shizuo. Wajahnya tampak kesal, mungkin karena ia disambut dengan tidak elit. Ia masih belum terbiasa untuk bertarung sejak kelahiran Tsugaru dan Psyche, apalagi untuk menghadapi Shizuo. Izaya bawa Shizuo untuk duduk kembali.

"Letakkan meja itu! Segera!"suruh Izaya dengan sangat serius. Membuat Shizuo menurut dengan bingung. "Ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu!"

Shizuo mengangkat sebelah alisnya. "Hah?"

Izaya menghela nafas, memegang dahinya, penat. "Aku tidak punya banyak waktu dan harus kembali sekarang. Ibuku terus-terusan meneleponku. Begini! Aku butuh nomor teleponmu, lagi. Dan aku butuh fotomu!"

Ckrek!

"A-! Apa yang baru saja kau lakukan, Flea!-"

"Duuh! Sudah, tutup mulutmu! Kemarikan hp-mu!"geram Izaya yang langsung merampas hp Shizuo.

"HEI!"

"Sudah! Nih, kukembalikan! Bye~, Shizu-chaaaan~!"ucap Izaya dengan wajah yang langsung berubah ceria. Ia kembalikan hp Shizuo dan segera beranjak pergi. Izaya lalu berhenti sejenak di pintu masuk Rusian Sushi dan menatap Shizuo.

"SELAMAT YAAAAAA, SHIZU-CHAAAAAAAAAANNN!"teriak Izaya yang sukses membuat berpasang-pasang mata melongo menatapnya. Izaya lalu pergi menghilang dari hadapan Shizuo. Sebelum Shizuo sempat mengejar Izaya, menuntut penjelasan dari sang informan, Izaya sudah tidak ada.

"Apa maksudnya itu?"


"Waah! Jadi ini tou-chan! Mirip Tsugaru!"seru Psyche dengan mata menatap lekat sosok pada layar android Izaya. Tsugaru hanya bisa bersemu, membuat Izaya ingin memeluk erat tubuh kecil itu ke dalam dekapannya.

"Lalu, kapan kita bisa menemuinya?"

DEG!

"Aaa…uu…"Izaya mulai kebingungan. Lagi. Ia baru saja membuat masalah bagi Shizuo, ia yakin Shizuo akan marah-marah kalau ia telpon sekarang. Dan ia tahu pendengaran kedua anaknya ini tidak bisa dianggap enteng (itulah mengapa Izaya berhenti menerima client selama ini). Ia tidak ingin Tsugaru dan Psyche mendengar yang tidak-tidak dengan usia mereka yang sekarang. Anak-anaknya memang sulit ditebak. Untung saja Kyouko yang habis memarahi Izaya kebetulan mendengarnya dan menepuk pundak kedua cucunya itu.

"Bukankah okaa-san kalian sudah bilang kalau otou-san sedang kerja? Pasti dia sedang sibuk sekarang"dalih Kyouko. Ia masih belum memperbolehkan Izaya keluar terlalu jauh dari rumah karena ia masih dihukum. Ia juga masih belum yakin cucu-cucunya ini sudah siap untuk pergi. Ia tahu betul seperti apa Shizuo. Shizuo itu cukup 'sangar', tapi bisa menghormati orang yang lebih tua. Walau tahu begitu, Kyouko masih terus menimang resiko-resiko yang akan terjadi kepada Tsugaru dan Psyche nantinya. Jadi ia memutuskan untuk mengulur waktu pertemuan mereka hingga ia rasa cukup besar untuk bisa menjaga diri.

Kyouko dan Izaya dapat melihat Psyche cemberut, tidak suka. Wajahnya kesal, meski ia tetap terlihat imut. Mungkin ia kecewa karena tidak diperbolehkan menemui ayah kandungnya sendiri. Berbeda dengan Psyche, Tsugaru hanya menepuk-nepuk pundak adiknya dan memintanya untuk lebih bersabar. Tsugaru dapat memakluminya karena ia tahu Izaya pasti ingin melakukan yang terbaik untuk mereka berdua. Izaya sebenarnya sudah memberitahu Tsugaru alasan mengapa ia tidak bisa mempertemukan Shizuo dengan mereka, dan syukurlah Tsugaru mau menerimanya. Mengetahui kalau mereka masih memiliki ayah saja sudah membuat Tsugaru cukup senang.

"Maafkan kaa-chan, ya? Baiklah, kalian mau kaa-chan buatkan apa? Sebagai permintaan maaf…"ucap Izaya di depan Tsugaru dan Psyche. Psyche berjengit senang.

"Aku mau strawberry short cake special buatan kaa-chan!"

"A, aku ocha saja. Aku tidak benar-benar lapar"

"Jangan begitu, Tsugaru! Kalau begitu kau harus berbagi denganku nanti!"

"Eeh? Tidak usah! Aku tahu itu kesukaanmu!"

"Tidak booooleh! Pokoknya harus!"

"Sudah kubilang tidak usah…J, jaa…pancake saja…"

Izaya tersenyum. Selera Psyche dan Tsugaru benar-benar mirip Shizuo. Suka dengan yang manis-manis. Apalagi Psyche doyan dengan kue strawberry itu, ditambah dengan segelas susu. Benar-benar mirip dengan kegemaran Shizuo.

"Hai, hai…"ucap Izaya seraya mengikat tali apronnya. Beginilah dia di rumah ini. Sebagian besar harinya ia habiskan dengan bersama anak-anaknya, bersih-bersih, dan masak. Ini karena Kyouko dan kedua adiknya jarang di rumah. Kalau Shirou sih' hampir tidak kelihatan sama sekali di rumah meski hari sudah berganti bulan. Dan karena kesehariannya inilah Izaya jadi makin terlihat seperti ibu rumah tangga idaman sungguhan meski dengan tubuh pria itu.

Selagi Izaya memasak di dapur, tanpa ia sadari Psyche tengah menyeringai. Si kecil itu berbisik-bisik di telinga Tsugaru, memberitahu sebuah rencana yang akan ia kerjakan nanti malam. Membuat Tsugaru mendelik tidak percaya dengan mulut terbuka.


Pagi hari, Izaya terbangun. Hari ini-pun ia merasakan mual yang sangat hebat yang membuatnya harus berlari segera ke toilet hanya untuk mengeluarkan isi perutnya. Saat selesai dan hendak membangunkan Tsugaru dan Psyche ia kaget melihat keduanya sudah tidak ada di dalam kamar. Dia mendapati sepucuk surat kecil yang tergeletak di atas kasur dan bergetar saat membacanya.

'Pergi menemui otou-san'

Guh. Gawat! Izaya segera mengambil hoodienya dan pergi ke Ikebukuro. Ia yakin Tsugaru dan Psyche akan ke sana karena hanya Tsugaru yang tahu keberadaan Shizuo.

Semoga Tsugaru dan Pyche baik-baik saja….


Tsugaru dan Psyche terduduk diam di bangku taman Ikebukuro. Mereka tampak lelah karena terus berjalan, mencari Shizuo. Mereka sudah menanyakan keberadaan Shizuo, tapi orang-orang malah menghindar ketakutan. Apalagi saat orang-orang melihat wajah mereka yang memang mirip Shizuo dan Izaya. Membuat orang jadi sedikit enggan untuk mendekat. Meski tidak sedikit orang yang mau menolong karena keduanya tampak sangat manis sebagai anak-anak. Psyche ingat pipinya dan pipi Tsugaru dicubit-cubit gemas oleh nenek-nenek, bibi-bibi, dan kakak-kakak cantik yang kebetulan lewat. Tampaknya mereka memang luar biasa menggemaskan.

Kruyuuuk~

"Tsugaru…aku lapar…"

"Tapi…kita baru saja menghabiskan bekal dan uang kita. Apa lagi yang bisa kita makan?"sebenarnya itu salah Psyche, sih…Tapi Tsugaru terlalu baik untuk itu dan menganggapnya sebagai hal lumrah.

"Uum..."Psyche melihat ke sekitarnya dan mendapati seorang pengamen wanita yang duduk di tepi jalan dan asyik bermain gitar, tapi topinya masih saja belum terisi penuh oleh uang.

"Bagaimana kalau kita lakukan hal yang sama seperti kakak itu! Aku pandai sekali kalau soal menyanyi!"usul Psyche sambil mengacungkan telunjuknya.

"Ii no ka? Kakak itu kelihatan mahir. Dan kita bahkan tidak punya alat musik untuk instrumennya"jawab Tsugaru tidak yakin. Ia tahu Psyche sangat suka menyanyi dan suaranya bagus, tapi tetap saja…

"Karena itu, kita hanya perlu meminta kakak itu memainkan gitarnya dan kita menyanyi. Kita hanya butuh sedikit uang saja, pasti kakak itu mau membantu! Ayo!"sergah Psyche. Ia tarik tangan Tsugaru dan membawanya mendekat ke arah pengamen tersebut. Tsugaru hanya bisa mengangguk pasrah. Syukurlah, setelah sedikit negosiasi sana-sini, pengamen itu mau menerima permintaan Psyche. Dan di luar dugaan, suara Psyche sangat bagus, lebih bagus dari Tsugaru sendiri. Suaranya yang ceria dan penampilannya yang sempurna membuat banyak orang berhenti dan terpana. Sebenarnya lagu yang dinyanyikan Psyche hanya lagu anak-anak, tapi sukses membuat telinga termanjakan dan tubuh membeku hanya untuk menonton penampilan si kecil ini. Hasilnya? Tepuk tangan yang meriah dan uang yang banyak.

Setelah berterima kasih dan mendapat uang mereka, Psyche menarik Tsugaru keluar dari kerumunan dan berlari ke arah Mc Donald terdekat.


"Psyche…Maaf ya, aku tidak banyak membantu…"ujar Tsugaru sambil mengelap pipi Psyche yang kotor dengan milk shake strawberry. Psyche hanya tertawa kecil melihat wajah Tsugaru.

"Daijoubu…Kaa-chan pernah bilang kalau kita harus saling melengkapi, bukan?"ucap Psyche sambil membusungkan dada. Membuat Tsugaru tersenyum dan menangguk, mengiyakan.

"Iya"

Tiba-tiba saja suara bedebam yang cukup keras terdengar dari arah luar Mc Donald dan kepulan debu memenuhi hampir seluruh terasnya. Membuat Tsugaru maupun Psyche tertegun karena jarak mereka yang terbilang cukup dekat dengan bagian depan Mc Donald. Sebagian besar orang-pun pergi keluar, tidak terkecuali Psyche yang sangat penasaran diikuti Tsugaru di belakangnya. Dan saat mereka melihat wujud seseorang yang berada di balik kepulan debu itu, mata kedua anak kecil itu melebar ketakutan. Di sana mereka dapat melihat Izaya yang bersimpuh seraya mengelap darah yang mengucur dari kepalanya. Tangan kanannya masih setia menggenggam pisau lipat kesayangannya.

"Iiiiizaaaaaaayaaaaaaaa…"

Izaya terkekeh. Seperti biasa Shizuo tetap kuat saja. Hanya saja saat ini Izaya sudah sangat kewalahan karena tubuhnya dipaksa untuk melakukan hal yang terlalu berat seperti ini. Izaya dengan susah payah berdiri dan mengelap bibirnya yang lecet. Ia yakin kakinya sangat gemetaran saat ini.

"Ara araaa~? Bukankah ini sambutan yang terlalu kasar setelah sekian lama kita tidak bertemu, Shizu-chan? Kau tahu, sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk bermain-main. Aku harus mencari seseorang saat ini, jadi mari kita tunda dulu duel kita kali ini, Ok?"

Shizu-chan? Tsugaru dan Psyche segera mencari sosok yang mereka lihat semalam. Dan akhirnya mereka menemukannya. Berdiri dengan tegap, mendekat, dengan sedikit luka gores di pipinya, dan membawa…apa itu street sign?! Street sign itu diayunkan dengan keras ke arah Izaya yang juga sudah bersiap untuk menghindar. Akhirnya kedua anak itu memahami apa yang sedang terjadi saat ini. Keduanya, ayah dan ibu mereka akan saling bunuh! Itu benar-benar bukan gambaran terbaik yang bisa dilihat oleh anak-anak, kau tahu! Psyche yang tidak tahan melihat kelakuan kedua orang tuanya itu berteriak memanggil Izaya, berharap ayah dan ibunya mau berhenti hanya dengan mendengar teriakannya.

"KAA-CHAAAAAANN!"

Dan benar saja. Izaya yang sangat peka segera menoleh dan mendapati Tsugaru dan Psyche sudah berlumuran air mata. Pipi keduanya memerah menahan tangis dan takut mereka. Izaya bahkan bisa melihat tubuh mereka bergetar, saling bergandengan tangan seakan berharap ia akan baik-baik saja. tentu saja Izaya segera memutar tubuhnya sebelum Shizuo sempat menghantamnya dan berlari ke arah anak-anaknya. Memeluk mereka dengan sangat erat.

"Tsugaru! Psyche! Kemana saja kalian?! Kaa-chan sangat khawatir! Kalian tahu, kaa-chan sudah susah payah mencari kalian ke sana kemari! Apa ada yang terluka? Dimana yang sakit?"ucap Izaya bertubi-tubi tanpa jeda. Air matanya mengalir, senang akhirnya bisa mendapati anak-anaknya masih dalam keadaan baik-baik saja. Ia bahkan mengecup dahi dan pipi Tsugaru dan Psyche saking senangnya, tidak peduli berpasang-pasang mata tengah memandanginya dengan mulut terbuka, tidak percaya. Oh, jangan lupa dengan Shizuo yang juga dalam kondisi yang sama di belakangnya. Dengan mata horror, Shizuo menjatuhkan street sign-nya dan menunjuk tiga makhluk di depannya dengan tangan bergetar.

"Si…SIAPA MEREKAAAAAAA?!"

Izaya mengelap air matanya lalu mengerucutkan bibirnya sebal. "Apa maksudmu? Tentu saja mereka anak-anakmu, bodoh!"

Dan 15 detik kemudian, otak Shizuo korslet dan ia-pun pingsan mendadak.


Apartemen Shizuo…

Izaya membaringkan tubuh Shizuo di sofa dan duduk di sampingnya. Melepas penat yang dihasilkan dari berat tubuh Shizuo yang tidak sepadan dengannya. Sementara ia mengelap darahnya dengan lengan jaketnya, Tsugaru membawakannya baskom berisi air dan kain yang ia temukan dan diikuti Psyche yang membawa segelas air putih di belakangnya. Kedua anak itu menatapnya khawatir dengan mata yang sembab. Izaya hanya bisa membalasnya dengan senyum dan mengelus puncak kepala keduanya, seakan mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. Izaya yakin, jika Kyouko melihatnya dalam kondisinya yang seperti sekarang ini ia pasti akan dimarahi habis-habisan dan mengurungnya di rumah lebih lama lagi.

"Okaa-san? Kenapa…"Tsugaru memandangi Shizuo yang tergeletak di sofa, mengharapkan jawaban atas kejadian yang ia dan Psyche lihat tadi. "…Okaa-san dan tou-san sedang bertengkar?"

Izaya menghela nafasnya. Ia mengajak Tsugaru dan Psyche ke arah kamar Shizuo dan meminta mereka berbaring karena ia yakin mereka sudah sangat kelelahan hari ini, secara fisik maupun mental. Ia garuk belakang lehernya, bingung. Ia harus menjawab bagaimana pertanyaan Tsugaru ini? Izaya bisa merasakan tangan kecil Psyche menggenggam tangannya. Mata merah mudanya menatap Izaya takut.

"Aah…tidak…tou-chan Psyche orang baik kok, jadi tidak usah takut ya? Karena sebenarnya yang jahat adalah kaa-chan"

Kedua anak itu terdiam seribu kata. Kenapa Izaya mengatai dirinya jahat? Yang mereka tahu Izaya merupakan ibu mereka yang paling paling paliiing terbaik. Dengan kasih sayang dan perhatian yang sangat besar setiap harinya, mana mungkin mereka menganggap Izaya ibu yang jahat.

"Begini…dulu, sebelum kalian lahir, Ikebukuro merupakan kota yang tidak bisa dibilang aman. Ada berbagai cerita yang tersembunyi di kota ini. Dan salah satunya tentang kaa-chan dan tou-chan. Tou-chan adalah orang terkuat se-Ikebukuro yang sangat ditakuti. Dan kaa-chan…bisa dibilang kaa-chan adalah orang terlicik yang harus dihindari karena siapa-pun yang berurusan dengan kaa-chan, hidup mereka pasti akan hancur. Karena itu, tidak ada orang yang menyukai maupun mendekati kaa-chan. Kami berdua sudah saling benci, bahkan sejak masih sekolah. Itu mungkin karena kaa-chan tidak bisa menerima keberadaan tou-chan sebagai manusia. Kalian sendiri lihat kan' kekuatannya? Hebat, bukan? Seperti pahlawan super, ya? Tidak bagi kaa-chan. Menurut kaa-chan dia adalah MONSTER. Kaa-chan benci tou-chan yang selalu sulit diprediksi dan selalu tidak sejalan dengan pikiran kaa-chan. Dan tou-chan akhirnya membenci kaa-chan. Tou-chan orang yang gampang marah, jadi setiap bertemu dengan kaa-chan pasti bawaannya marah terus. Bahkan sudah jadi kebiasaan sampai sekarang. Kami selalu bertengkar dan kejar-kejaran. Berharap bisa membunuh satu sama lain. Tapi secara ajaib, kami malah jatuh cinta. Dan sejak itulah, kalian mulai muncul dalam kehidupan kaa-chan. Dan untuk jaga-jaga, kaa-chan menyembunyikan keberadaan kalian karena bagaimana-pun laki-laki hamil itu tidak normal. Takutnya tou-chan marah lagi. Itulah mengapa kaa-chan sulit mempertemukan kalian dengan tou-chan...Apa Psyche dan Tsugaru marah?"

Keduanya menggeleng dan tersenyum kecil. Izaya juga membalasnya dengan tersenyum lembut. Ia elus kepala Psyche perlahan.

"Kaa-chan sangat bahagia sudah melahirkan dan merawat kalian. Kaa-chan tidak akan pernah menyesal. Kalian sudah seperti sebuah anugerah terbaik yang pernah ada di dunia. Kaa-chan sangat mencintai kalian lebih dari siapa-pun. Meskipun tou-chan kalian tidak pernah tahu, tapi kaa-chan sangat yakin kalau tou-chan juga sama seperti kaa-chan. Terima kasih sudah melengkapi hidup kaa-chan menjadi lebih berharga dan jauh lebih berwarna"

Tsugaru dan Psyche berbinar. Mata mereka berkaca-kaca, senang. Mereka tahu Izaya tidak akan membohongi mereka. Merka percaya dan mereka juga mencintai kedua orang tua mereka. Izaya yang sudah tidak tahan melihat wajah-wajah imut anaknya mengecup dahi keduanya.

"Sudah, sudah, tidurlah…Kaa-chan yakin kalian sudah sangat lelah. Nanti kaa-chan bangunkan kalau makan malamnya sudah siap, ok?"

"Hai…"

Setelah keduanya menutup mata, Izaya meninggalkan mereka dan menutup pintu kamar perlahan. Dan ia dapat melihat Shizuo berdiri di sana, menuntut penjelasan. Izaya menghela nafas.

"Kurasa yang barusan sudah jelas jadi aku tak akan menjelaskannya dua kali"

"Tidak. Kau tidak memberitahuku kenapa kau menyembunyikan mereka dariku"

Izaya menatap Shizuo dalam diam. Ia baru ingat kepalanya baru saja terbentur, dan sekarang ia mulai merasa berkunang-kunang.

"Biarkan aku mengobati lukaku dahulu"

"Biar aku saja"Shizuo yakin Izaya mulai goyah. Ia bawa tubuh Izaya ke ruang tengah dengan mengendongnya ala bridal style, sedangkan Izaya yang juga sudah sangat lelah hanya diam saja membiarkan tindakan Shizuo. Ia sandarkan kepalanya pada pundak Shizuo. Sesampainya di ruang tengah, tubuhnya dibaringkan di atas sofa dan Shizuo mengobati luka-lukanya. Keduanya terdiam cukup lama, canggung satu sama lain.

"Maaf aku tidak memberitahumu, Shizu-chan. Hanya saja…aku takut kau menolaknya. Menolakku maupun mereka…aku hanya khawatir kau tidak mau menerima kami…"ucap Izaya akhirnya.

Shizuo mengelus kepala Izaya. Ia tatap Izaya intens dan menciumnya lembut, kemudian memeluk tubuh ramping itu ke dalam dekapannya.

"Terima kasih"ucap Shizuo malu-malu. "Seharusnya kau tidak perlu menyembunyikannya"

Izaya terkekeh. "Ahahaha…tapi aku sangat menginginkan mereka, kau tahu?"

"Kalau begitu, maaf…"

Izaya tersenyum. Ia balas dekapan Shizuo.

"Aku juga minta maaf"

Lalu Izaya menjelaskan semuanya dari awal kepada Shizuo.


"Gomenne, kaa-san. Aku mungkin akan lebih lama di sini. Tidak…aku tidak apa-apa. Tsugaru dan Psyche? Mereka berdua sangat sehat di sini. Masalah uang, tidak perlu khawatir…kami makan dengan cukup di sini. Aku juga sudah membeli beberapa baju untuk ke depannya. Kaa-san tidak perlu repot kemari. Aku bisa mengurus mereka dengan baik, jadi kaa-san tak perlu khawatir. Ya…ya…akan aku kabari bila aku pulang. Jaa…"

Pip.

"Haah…"Izaya menatap layar hp-nya sebentar. Ibu-nya yang satu ini memang benar-benar cerewet, tapi juga menakutkan. Apa ia juga akan jadi seperti ini, ya? Ia lihat 3 orang yang asyik bergumul di belakangnya. Psyche yang tertawa sangat senang dengan tubuh kecilnya yang digendong di atas pundak Shizuo dan dibawa berkeliling ruang tengah seakan-akan sedang menaiki pesawat. Tsugaru berlari di depan Shizuo seperti sedang mengarahkannya. Ketiga orang itu tertawa-tawa riang, membuat Izaya tersenyum. Syukurlah Shizuo menerima penuh keberadaan mereka. Mungkin kalau saja Shizuo tidak mau menerimanya, entah bagaimana nasib Izaya selanjutnya. Izaya kemudian pergi ke arah pintu sesaat setelah mengetahui bahwa paketnya sudah datang. Ya…tentu saja paket itu berisi berpasang-pasang baju yang cukup berkualitas. Ia tidak ingin Tsugaru dan Psyche memakai baju yang sangat tidak stylish seperti celana pendek dan hoodie yang diberikan Shizuo saat Shizuo-dengan sengaja-merobek bajunya hingga tak berbentuk hanya karena enggak sabar untuk langsung 'begituan'. Tapi tidak bisa dibilang tidak suka sih' karena ia sudah terlanjur nyaman, jadi ia hanya memakainya sebagai baju tidur saja. Oh, ya. Bukan hanya paket baju. Ada juga paket-paket lainnya, salah satunya adalah tas dan peralatan sekolah baru(untuk sementara waktu). Ya. Tsugaru dan Psyche sudah sekolah sekarang.

"Tsugaruuu! Psycheeee! Kemari sebentar!"panggil Izaya. Shizuo, Tsugaru, dan Psyche mendekat. Izaya membuka paketnya dan meminta Tsugaru dan Psyche memakai baju yang sudah ia belikan.

"Waah! Tsugaru keren! Kita jadi benar-benar kembaran, ya!"puji Psyche senang. Pasalnya sekarang Tsugaru juga memakai setelan serba white-pink, mirip Psyche. Hanya saja Tsugaru memakai jas dan celana putih, dengan kemeja pink bergaris-garis. Tak lupa headphone sewarna serupa yang bentuknya cukup unik. "Besok kita pakai baju ini saja ke sekolah, ya!"

Shizuo mengangkat sebelah alisnya. "Sekolah?"

"Ooh…aku belum memberitahumu. Tsugaru dan Psyche sudah bisa sekolah. Kau tahu? Saat pertama kali aku membawa mereka, Psyche menangis dan tidak mau melepas celanaku. Dan Tsugaru berdiri menunduk dan menangis, wajahnya terlihat bersemu dan takut-takut. Jadi hari itu aku menunggui mereka sampai pulang dan ngobrol dengan ibu-ibu di sana. Tak kusangka, tahu-tahu mereka sudah punya banyak teman dan besoknya mereka sudah mau ditinggal. Oh, ya! Bagaimana kalau besok pagi Shizu-chan mengantar mereka ke sekolah? Di Shinjuku…enggak terlalu jauh dari stasiun kok. Soalnya Shiki-san tiba-tiba menghungiku dan meminta sedikit pertolonganku. Bagaimana?"

Tidak mau melewatkan kesempatan ini, Shizuo mengangguk. "Baiklah"

"Kaa-chan! Kaa-chan! Lihat ini! Kostum pangeran milikku!"seru Psyche sambil memutar-mutar tubuhnya. Memperlihatkan kostum pangerannya yang berwarna putih dengan jubah emas yang tampak kebesaran. Ah, tentu saja tidak lupa dengan mahkota emas di kepalanya dan sepasang sepatu boot emas menghiasi kaki kecilnya. Tsugaru juga kini sudah mengganti bajunya dengan kostum butler.

"Ah, ya! Besok mereka juga akan melakukan latihan drama untuk minggu depan"


Ja jaaaang~, akhirnya chapter 1 bisa selesai dengan laknatnya!

Hm? Tidak puas?

(^_^)

BUAT SENDIRI!

*dilempari street sign plus vending machine*

*author tepar di atas kolam darah*

Shizuo : Terima kasih telah membaca kisah-uhuk-keluarga besar Heiwajima yang-uhuk-penuh kasih ini.

Nichi : Shizuo lagi TBC ya?

Shizuo : *kill author*

Nichi : Hoek-*muntah darah*

Izaya, Tsugaru, Psyche : Baca kelanjutan ceritanya di chapter 2 nanti ya~