Two Moons

.

.

.

Author mempersembahkan ~

.

.

.

Kyungsoo melihat ibu nya yg tengah berkutat dengan masakan nya di dapur, sayup-sayup ia mendengar lantunan lagu yg tengah ayah nya dengarkan di ruang tengah.

"ibu,, kapan keluarga Park akan kesini?" tanya Kyungsoo yg masih setia duduk di meja makan. Ibu nya tidak menoleh karena terlihat sangat sibuk, tapi ia yakin jika ibu nya mendengarkan. Bocah berusia 6 tahun itu menghela nafas, ingin sekali membantu, tapi ibu nya sudah mewanti-wanti dirinya jika lebih baik duduk melihat daripada membantu.

"eummm?" Do Sungmin menghentikan aktifitas nya, menatap jam dinding yg berada di ruang makan. "mungkin sebentar lagi" kemudian wanita mungil itu menatap putri nya dengan tawa jenaka "ada apa? kau sudah merindukan Chanyeol hmmm?" godanya.

"hmmm? Mungkin?" Kyungsoo memang polos, ia juga masih terbilang masih kecil, jadi apapun yg ia rasakan dan utarakan adalah hal kejujuran. Sungmin kembali terkekeh mendengar jawaban dari putri nya, mungkin ia akan berfikir menjodohkan putri nya dengan putra sahabat nya. ini pasti menyenangkan! Pikirnya bahagia.

"kita akan bertemu setelah ini, jadi putri ibu yg cantik mau membantu ibu?" wanita itu sudah membawa mangkok kecil di tangan nya, bersiap menyerahkan pada putri nya agak di letakkan di ruang makan.

"mmmmm!" dan dengan senang hati Kyungsoo menuruti.

Rintikan air hujan mengetuk-ngetuk kaca jendela, pertengahan bulan Januari dan udara masih lah dingin. Di ruang tengah di temani music jazz yg menenangkan keluarga Do menanti keluarga Park.

Dengan sabar dan telaten Sungmin merajut syal warna merah, warna merah yg mungkin akan sangat cocok untuk putri nya yg memiliki kulit putih susu warisan suami nya, Do Kyuhyun.

"mereka lama sekali, apa sesuatu terjadi?" tanya Kyuhyun, beberapa kali pria itu melihat keluar jendela, dimana petir sudah menyambar dan memekakan telinga. Beberapa kali ia mendengar patahan ranting di luar sana, Kyuhyun yakin jika angin di luar sangat lah kencang. Berharap Park Yoochun dan keluarga nya baik-baik saja.

"tenang lah sayang, mungkin mereka kini tengah berlindung, semua nya akan baik-baik saja" menghentikan sejenak aktifitas nya, menatap suami nya dengan tatapan menenangkan. Padahal dalam hati ia juga sangat kawatir. Kemudian tatapan nya beralih pada putri nya yg kini tengah bergelung nyaman dengan selimut nya. ia tersenyum,tapi kemudian senyum itu luntur,ada perasaan janggal untuk mala mini, dan insting omega nya berkata jika ini tidak baik.

Kyuhyun menghembuskan nafas nya, lalu mengangguk. Keheningan kembali menusik, Music jazz di piringan milik nya mengeluarkan suara tidak enak, mungkin akan rusak. Beberapa kali putri nya melenguh akibat tidur nya tidak nyenyak. Apa karena music? Atau kayu bakar di perapian tidak membuat putri nya hangat?

Selang beberapa menit, bel pintu berbunyi tepat pukul 9 malam. ini pasti keluarga Park. Meskipun terlambat datang namun tidak terlalu terlambat untuk memulai makan malam bukan? Niat hati ingin berjalan dan membuka pintu insting mereka berkata lain, kedua netra mereka bertemu.

"bawa Kyungsoo" ucap Kyuhyun singkat namun dapat di pahami istri nya dengan baik, tanpa berkata apa-apa, ia langsung menggendong putri nya.

.

.

.

Tubuh nya terguncang-guncang, udara dingin menusuk tulang nya, ia seakan tidak memakai selimut hangat buatan ibu nya, tapi ia seperti terselimuti oleh salju dingin.

Sayup-sayup ia mendengar suara tarikan nafas yg berat, bau anyir yg membuat hidung nya mengkerut karena tidak suka, dan kepala nya pening. Apa yg terjadi?

"ibu?" mencoba memanggil, mencoba mengerjap kedua kelereng biru nya. gelap yg ia dapat, dan sosok compang camping milik seseorang yg ia yakini sebagai ibu nya.

Sosok itu menoleh, nafas tersengal nya membentuk uap-uap. Ibu nya bergerak dengan gesit ke arah nya "oh astaga,," ibu nya langsung memeluk nya dengan sangat erat. Seperti tidak ingin melepaskan nya dan pelukan hangat ini seperti tidak pernah akan ia rasakan lagi.

"ibu ada apa? kenapa ibu berdarah?" ada rasa tidak nyaman yg menggerogoti hati kecil Kyungsoo, ia merasakan ketakutan lebih mendominasi. Tangan mungil nya terulur menyentuh dahi ibu nya yg kini teraliri darah, mengalir tanpa mau berhenti.

"Kyungsoo, ibu bahagia memiliki kau dan ayah mu"

"ibu?"

"hal yg paling membahagiakan ibu adalah melahirkan mu dan juga menikah dengan ayah mu"

"ibu,, apa yg"

"ibu tidak akan menyesali keputusan ibu, tidak akan"

"jangan banyak bicara bu, darah nya semakin banyak"

"dengarkan ibu" Sungmin menangkupkan kedua tangan yg berlumuran darah di pipi tembam putri nya. shapire milik suami nya ada bersama putri nya dan ia merasa tenang melihat nya.

"hiduplah dengan baik, apapun hasil yg akan kau dapat terimalah itu dengan lapang dada. Kau tidak perlu menjadi kuat dan pintar karena ibu dan ayah akan selalu bangga padamu, milikilah mimpi dan miliki kepercayaan untuk mewujudkan mimpi mu, bertemanlah dengan siapa saja, tidak perlu banyak yg penting dapat bisa di percaya walau itu hanya satu. Belajarlah memasak, karena ibu benci junkfood, itu tidak baik untuk kesehatan terlebih lambung mu bermasalah….." Sungmin sudah tidak sanggup lagi bicara, kini air matalah yg ikut serta. Luka nya sudah sangat parah dan sebentar lagi ia akan menyusul suami nya dan meninggalkan putri kecil nya. apa ia sanggup?

Kini kelereng hitam milik Sungmin menatap putri nya yg terlelap karena ulah nya. air mata lagi-lagi mengalir tanpa bisa ia kendalikan, rasa sakit itu kini lebih sakit, telinga nya sudah berdenging. Dan waktu nya akan tiba.

"putriku, putriku, putriku, putri kecilku yg malang, hiks,,, maafkan ibu, maafkan ibu yg tidak bisa di samping mu sampai dewasa…." Sungmin semakin mengeratkan pelukan nya, semakin ia memeluk putri nya semakin ia tidak bisa meninggalkan putri nya.

"sudah sayang" seketika Sungmin langsung mendongkakan kepala nya, disana di belakang putri nya, ada suaminya yg tengah berdiri dengan senyum milik nya dan tanpa luka sama sekali.

"Kyungsoo adalah putri kita, putri kecil kita bukan lah gadis lemah, jadi ayo~" dengan berat hati Sungmin menidurkan putri nya di atas tumpukan salju yg mulai menipis, mengangguk dan mengikuti kemana arah suami nya melangkah.

.

.

.

Pusing itu yg pertama kali Kyungsoo rasakan, kepala belakang nya sakit sekali da nada rasa terbakar di sana, ia seakan tertidur lama sekali.

Mengerjapkan kedua shapire nya untuk menyesuaikan cahaya terang yg tiba-tiba masuk ke dalam retina nya. samar-samar gadis kecil itu mendengar suara bisik-bisik.

"hey dia sudah sadar?"

"waaah, dia cantik juga"

"apa dia memakai softlens? Cantik sekali"

Akhirnya penglihatan nya menjadi jelas, di sana ada beberapa anak-anak yg tengah menatap nya dengan raut penasaran. Bukan hanya mereka Kyungsoo juga penasaran dimana ia sekarang?

Melihat sekitar, kayu, semua perabotan dan rumah ini terbuat dari kayu. Sederhana namun hangat, dan ia terduduk di atas ranjang berukuran kecil.

"ne, ne,,, siapa nama kakak?" anak laki-laki dengan mata sipit bertanya, senyum nya mengembang tanpa di aba-aba dan Kyungsoo hanya bisa menaikan salah satu alis nya.

"hey! Dasar tidak sopan! Sebelum menanyakan nama orang lain perkenalkan dirimu sendiri dasar Jimin bodoh!" kini giliran gadis kecil yg mungkin seumuran dengan anak laki-laki yg bernama Jimin menyerobot.

"kau juga tidak sopan Mirai, berteriak di depan orang asing juga salah satu nya" dan keributan terjadi, mempermasalahkan siapa yg benar dan siapa yg salah. Dan Kyungsoo benar-benar semakin pusing akan ini.

"hey, hey jika kalian ribut seperti ini, kakak cantik ini akan semakin sakit" terdengar suara berat kas laki-laki dewasa mengintrupsi, ia datang dari pintu yg beberapa meter dari ranjang dengan membawa nampan berisikan mangkuk yg mengepul, seperti nya enak, tercium dari bau nya. dan perut nya langsung menunjukan suara saat itu.

Pria itu tersenyum "kau pasti lapar" setelah itu meletakan nampan berisikan bubur di atas meja kecil dekat ranjang.

"waaah kelihatan enak…"

"aku juga mauuuu ayaaah!"

"ibu sudah membuatkan nya" kemudian terdengar kata 'horeeeey!' dari anak-anak dan ruangan menjadi sepi dan hening, Kyungsoo merasa canggung dan ia tidak mengenal siapa pria ini.

"kau pasti bingung untuk saat ini" tanya pria itu dan Kyungsoo mengangguk.

"akan aku jelaskan, tapi makan lah terlebih dulu"

.

.

.

Pria dewasa dengan dimple di pipi nya bernama Park Jungsu, suami dari Park Soora. Pasangan suami istri yg telah hidup bersama anak-anak terlantar. Dulunya Soora pernah mengandung, namun berkali-kali keguguran. Hingga pada akhirnya, mereka mengangkat anak-anak terlantar kurang kasih sayang orang tua atau sengaja di buang. Meskipun hidup serba kekurangan mereka berdua sangat bahagia dengan kelima anak mereka.

Jungsu mengatakan jika ia menemukan Kyungsoo di tumpukan salju meski tak sampai membenamkan gadis itu, pria dewasa dengan beberapa janggut di sekitar dagu nya menemukan Kyungsoo dalam keadaan mengenaskan, dimana ada jejak telapak tangan darah di kedua pipi dan kedinginan. Tapi yg membuat Jungsu bernafas lega adalah tidak ada luka pada tubuh gadis mungil tersebut.

Dan penjelasan Jungsu mengingatkan Kyungsoo akan kemarin yg telah ia alami, dimana ia menunggu sahabat orang tua nya, hujan deras, patahan ranting, angin yg mengamuk, dan juga teriakan ibu nya. Kyungsoo tidak yakin akan terakhir, tapi ia seperti mendengar teriakan ibu nya.

Dan juga, kata-kata ibu nya yg aneh. Ngomong-ngomong soal ibu nya, dimana orang tua nya?

"ibu? Dimana ibu?" pertanyaan yg keluar dari bibir mungil milik Kyungsoo memberi efek besar bagi kedua pasangan suami istri yg ada di ruangan dimana Kyungsoo di rawat.

Jungsu dan Sora saling memandang, sendu dan juga sedih. Sora memutuskan untuk tidak berkata-kata. Dia terlalu takut melihat ekpresi yg akan di tampilkan anak gadis nya. setelah melihat keadaan Kyungsoo, Sora sudah memutuskan untuk menjadikan Kyungsoo putri nya.

Jungsuu menggeleng menjawab pertanyaan anak gadis nya.

"ayah,, ibu,,, kemana mereka?" Kyungsoo masih bergumam, air mata mengalir dari shapire indah milik nya, melihat anak seusianya yg sudah mengalami pahit nya dunia, membuat Sora langsung tak tahan dan langsung memeluk nya.

"sssssst,,, jangan menangis.."

"ada kami disini" lanjut Jungsoo, pria itu juga ikut memeluk mereka. Berjanji akan melindungi keluarga kecil mereka apapun yg terjadi.

.

.

.

Hari berganti, bumi berotasi dan kini bumi tengah merasakan panas nya matahari, musim panas yg membakar begitu pula masa lalu Kyungsoo. gadis kecil itu begitu cepat melupakan masa kelam nya dan hidup dengan ceria bersama kakak dan adik nya.

Hidup serba kekurangan membuat orang tua angkat nya banting tulang, terlebih di tambah kehadiran nya. tidak ingin hanya menumpang saja, Kyungsoo mulai berjalar membantu, seperti memasak dan melakukan hal rumah tangga lain nya.

Gadis kecil yg bulan depan akan menginjak usia 7 tahun itu juga ikut membantu mengurusi adik-adik nya yg masih kecil.

"Jimin! Jangan berlari-lari ketika sudah mandi, nanti kau akan jatuh!" Park Jimin, anak laki-laki dengan sepasang mata sipit dan senyuman khas milik nya. berumur 4 tahun dan sangat aktif dalam segala hal termasuk melompat dan berlari. Kyungsoo sangat kesusahan akan tingkah hiperaktif milik Jimin, dan berkali-kali ia mendapati Jimin akan terjatuh dan tubuh penuh lebam setelah nya. namun Kyungsoo heran karena Jimin tidak pernah menangis sama sekali, ia pernah berkata jika anak laki-laki pantang menangis. Dan Kyungsoo hanya bisa mendengus setelah nya.

"Mirai! Jangan ganggu adik mu!" Park Mirai dan Park Kirei, kembar identic yg sangat merepotkan. Terlebih Mirai sangat suka sekali menggoda adik nya yg cengeng nya minta ampun, jika Jimin jarang menangis maka Mirai akan selalu menangis walau tergigit semut sekalipun.

"ada masalah Taeminie?" Park Taemin, umur nya tidak jauh beda dengan nya, hanya terput beberapa bulan. Anak laki-laki ini sangat pendiam dan pemalu, karena sigat nya itu ia jadi sukar meminta bantuan kepada orang lain.

"makan yg banyak pendek, kau terlihat kurus dan semakin jelek!"

"Yongguk oppa!" Park Yongguk, anak tertua di keluarga Park. Kepribadian nya tegas dan cara bicara nya kasar, meskipun wajah garang dan bicara nya pun tidak ada kata halus, Yongguk adalah orang pertama yg akan menjerit histeris ketika adik nya dalam bahaya, akan berteriak marah jika salah satu adik nya di ganggu. Namun jahil nya minta ampun, terlebih jika bersama Kyungsoo.

Melihat interaksi Kyungsoo dengan saudara-saudara nya, tak ayal membuat pasangan suami istri itu bahagia. Waktu memang benar-benar menyembuhkan luka gadis kecil nya, di usia yg memang masih kecil tak heran jika anak seusia Kyungsoo cepat melupakan seuatu dan pasangan suami istri itu pun bersyukur atas itu.

Kegembiraan datang di keluarga kecil tersebut, hari ini Park Yongguk mendapat hasil dari test kedudukan, dimana ia menjadi ras Alpha. Ras dominan, test akan di lakukan jika anak sudah menginjak umur 13 tahun, masa pubertas masa dimana anak-anak akan melangkah ke tingkat selanjut nya.

"waaaaah! Omedeto!" seru Mirai dan Kirei dalam bahasa jepang yg khas. Meskipun di tinggalkan orang tua pada usia masih terbilang kecil, mereka masih tidak lupa akan ajaran orang tua nya dulu, meskipun mereka tidak yakin akan wajah orang tua yg sudah mulai memudar di ingatan dan berubah menjadi Jungsoo dan Sora.

"Arigatou!" balas Yongguk, kemudian memeluk kedua nya bersamaan dan mengangkat nya tanpa ada rasa beban sekalipun. Karena ia Alpha dengan anugerah kekuatan 'strengh'. Jadi tidak akan menjadi masalah jika ia mengangkat lemari sekalipun, mencabut pohon dalam sekali tarikan.

"cukkae hyung!" si kecil berteriak histeris, gembira tentu saja. Dan tidak lupa lompatan dan tubrukan dan Jimin yg dengan sigap Yongguk tangkap.

"jangan melompat dasar bodoh!" dasar Yongguk, mulut nya tidak pernah di filter sama sekali, bahkan dengan Jimin sekalipun. Yongguk menatap Kyungsoo, setelah menurunkan Jimin pemuda itu langsung tersenyum hangat dan melebaran kedua tangan nya.

"tidak ingin memberiku selamat ?" pipi Kyungsoo mengembung, mamanas dan memerah seperti bakpau matang yg siap santap.

"selamat kakak bodoh"

"ah adik ku yg manis…~"

"aku tidak manis, dasar idiot!"

"ah aku semakin menyayangi mu"

"aku semakin ingin mencekik mu dan menguburmu di dekat pekarangan rumah!"

"aku menantikan itu,,walau akan lama, aku akan tetap menunggu"

"aku akan menang kali ini!" jawab Kyunsoo bersungut-sungut, kali ini pipi nya memerah bukan karena malu karena emosi nya membakar nya.

"benarkah? Bahkan setiap duel kau tidak pernah menang? Lihat melepaskan pelukan ku saja kau tidak sanggup"

"sialaaaan!"

"sudah, sudah,,, ayo kita makan… lihat Jimin sudah berliur di sana" ayah nya memang penengah yg baik dan sabar.

Kyungsoo menatap keluarga baru nya dengan haru, melihat Yongguk yg sudah melepaskan pelukan nya, berjalan dengan pelan ke arah Jiminy g tengah makan duluan. Pertengkaran Mirai dan Kirei, ibu nya yg mencoba memisahkan si Kembar dan sang ayah yg hanya terkekeh di tempat.

Entah apa yg terjadi jika ia tidak bertemu dengan keluarga ini, meskipun tidak sedarah, namun kehangatan nya mampu melupakan segalanya, termasuk orang tua nya. tidak terasa air mata nya jatuh dan lolos begitu saja dari kedua shapire nya.

"Kyungsoo? ada apa?" tersentak kaget mendengar suara ibu nya yg terdengar cemas, melihat ayah, kakak nya juga demikian, kemduian si kembar dan Jiminy g penasaran. Dengan cepat-cepat ia menghapus air matanya dan menggeleng.

"tidak" kemudian berjalan menuju kursinya. Canda tawa kembali terdengar, teriakan histeris menjadi lengkap acara. Dan Kyungsoo tidak akan melupakan nya seumur hidup.

.

.

.

Tubuh nya terguncang-guncang dan ia merasa dejavu. Mengerjapkan kedua shapire nya, kali ini dengan cepat ia memperjelas tatapan nya. kali ini ia melihat kakak nya, Park Yongguk yg tengah menggendong Jimin, di samping kanan dan kiri nya ada si kembar yg tengah menggenggam erat tangan Yongguk.

Ada apa? pikir Kyungsoo kalut, indra penciuman nya kembali mencium bau anyir yg tidak ia lupakan dalam ingatan nya. perasaan itu kembali, ketakutan, kecemasan bercampur menjadi satu, membuat perut nya mual.

"ada apa?" tanya Kyungsoo memastikan, memastikan jika semua baik-baik saja.

"ikut aku, aku akan menjelaskan nya nanti" Kyungsoo mengangguk, kini tangan nya menggandeng Kirei.

Kamar Kyungsoo berada di di ujung, dimana dekat dengan ruang tamu yg langsung menuju pintu. Kedua alis Kyungsoo menyatu kala melihat Yongguk yg celingukan seperti maling. Ia akan menanyakan nya setelah ini, lagipula ia merasakan perasaan yg buruk.

Yongguk bergerak, ia pun ikut melangkah, namun langkah nya terhenti saat melihat dua sosok yg sangat ia kenali, orang tua nya yg tergeletak di ruang makan yg memang terhubung dengan ruang tamu, sehingga shapire itu dengan mudah melihat kedua orang tua nya yg tengah bermandikan darah.

"Ay…"

"sssst!" Yongguk menggeleng, menarik paksa Kyungsoo yg ingin berontak, jika bisa ia akan menggendong semua adik nya saat ini, namun tidak bisa, karena faktor banyak nya yg akan ia gendong.

Yongguk lengah dan Kyungsoo pun bisa lepas dari genggaman tangan, gadis itu berlari kemudian memeluk tubuh tak bernyawa milik ibu dan ayah nya. menangis meraung, meminta penjelasan apa yg terjadi, namun tidak terjawab hingga….

"wah, wah,,, siapa ini?" pria tinggi dengan jubbah dan tudung yg menutupi tubuh serta tubuh nya. mendekati Kyunsoo yg masih bingung dan shock dengan keadaan yg terjadi.

"anak kecil ini mengingatkan ku pada Kyuhyun saja" pria kedua datang dari arah dapur, menatap lekat yg kini masih terdiam di tempat.

"atau memang dia putri nya? kita tidak tahu kan jika putri mereka masih hidup atau sudah mati?" dan setelah itu, Kyungsoo merasakan sakit di punggung nya, ia terhimpit dan terjepit oleh pria di depan nya, seringai terukir di bibir pria tersebut dan Kyungsoo ketakutan saat ini, apa ia akan di bunuh seperti ayah dan ibu nya? tidak apa asal saudara nya selamat, dan dengan reflek Kyungsoo melirik Yongguk yg masih diam mematung di sana.

Melihat adik nya dalam bahaya, ia segera menurukan Jimin, menenangkan si kembar walau tidak yakin akan berhasil.

"lepaskan adikuuu!" teriak Yongguk dengan suara menggelegar milik nya, mata hitam nya berubah menjadi merah pekat. Menyerang pria yg tenah mencekik adik nya dengan brutal, dengan langsung mematahkan lengan pria itu.

"aaaaargggg!" sakit tentu saja, marah lebih mendominasi. Harga dirinya tercoreng, terlebih siapa yg telah menyerang nya.

"hahahaha, kau kalah oleh anak kecil? Tidak kusangka" teman nya tidak membantu malah memanas-manasi, amarah yg membakar tersiram oleh bensin, sehingga dengan kecepatan ia langsung menyerang Yongguk.

Yongguk tahu jika nyawanya tidak akan selamat, sehingga waktu yg tersisa akan ia gunakan untuk berteriak agak adik-adik nya melarikan diri dari sini, tidak masalah jika ia tidak selamat, asalkan adik nya masih bernafas dan hidup ia akan menyerahkan nyawa nya kali ini.

"Hyung!"

"Ni chaan!"

"oppa!"

"Lariiii!" adik-adik nya masih berdiri. Ia takut pria yg satu nya akan bergerak tapi ia salah, pria itu malah duduk di meja makan dengan gaya arogan milik nya. leher nya tercekik dan hampir akan patah. Dengan segenap kemampuan ia kembali berteriak "LARRRIIIIIII!"

Mengaum Yongguk berteriak, adik-adik nya langsung tunggang langgang ingin melarikan diri, mata Kyungsoo membola saat melihat pria yg hanya duduk santai mulai bergerak menuju adik-adik nya, ingin berteriak tapi tak mampu.

Kedua kaki nya reflek berlari namun kalah cepat, dengan kedua mata nya, ia melihat kepala Jimin yg putus, bahkan tanpa sempat berteriak adik kecil nya meregang nyawa.

Tubuh Mirai tercerai berai, dan Kirei yg tersisa, gadis kecil itu menggigil, menatap takut sosok di depan nya. tubuh kecil nya di tarik.

"ja jangan…." Cicit Kyungsoo, leher nya tidak tercekik, tapi ia merasa pasokan udaran nya terebut paksa.

Sosok di depan nya malah menyeringai, gigi taring yg sebelum nya tidak di perlihatkan akhirnya menampakkan diri, menggigit dengan beringas leher Kirei hingga putus.

Kyungsoo sudah histeris, menangis untuk meluapkan segala emosi nya. sedangkan Yongguk, pemuda yg masih hidup itu hanya bisa memejamkan kedua mata nya, sebagai seorang kakak tertua, ia tidak bisa melindungi adik-adiknya. Ia bahkan hanya bisa melihat dan tidak bisa berbuat apa-apa. omong kosong dengan kekuatan nya yg tidak bisa di gunakan dalam keadaan ini, ia muak.

"sekarang giliran mu…" dan Yongguk ingin menyelamatkan adik nya walau itu hanya satu. Dengan kekuatan entah dari mana dan tekad nya Yongguk dapat melawan balik vampire di depan nya, yakin jika mereka vampire karena taring yg mereka perlihatkan.

Denan gerekan cepat, melompat keatas vampire tersebut dan mematahkan leher nya. satu mati tinggal yg satu.

Meraih pistol si vampire yg sudah tak bernyawa dan langsung mengerahkan ke vampire satu nya. namun lagi-lagi ia kalah cepat, tangan nya terputus dan pistol nya melayang dan terjatuh. Kedua kaki nya juga putus dan ia sudah ada di ambang batas, menatap nanar adik satu-satu nya.

"Oppa!"

"lari…" bisik Yongguk yg masih dapat Kyungsoo dengar. Darah segar keluar dari mulut Yongguk, nafas nya tersengal.

Tanpa sepengetahuan si vampire, ia di kejutkan oleh kemunculan Kyungsoo yg ada di samping nya, memegang pistol, dengan jari telunjuk yg sudah siap menarik pelatuk. Ia sengaja menoleh, dan..

"mati!" teriak Kyungsoo, dan suara letusan senjata api mengakhiri malam berdarah di rumah yg awal nya hangat menjadi dingin.

Tubuh mungil Kyungsoo menggigil, tangan nya bergetar, pistol yg ada di tangan nya terjatuh dan ia langsung berlari ke arah Yongguk.

"pergi dari sini"

"tidak mau!"

"mereka akan kesini, menemukan mu dan membunuh mu"

Kyungsoo menggeleng "bersama mu"

Kali ini Yongguk menggeleng "kumohon Kyung,, turuti perkataan ku sekali ini" dan Kyungsoo masih mencoba menyeret tubuh tidak berdaya milik Yongguk, tubuh mungil nya bahkan tidak sampai mengangkat tubuh sang kakak.

Yongguk menggeleng lagi, menampik kedua tangan kecil milik Kyungsoo yg berusaha menggendong nya, meskipun ia sekarat ia bisa mencium jika vampire-vampir itu hampir dekat.

"LARRRIIIIIII! DASAR KYUNGSOO BODOH!" tubuh Kyungsoo membeku, ini adalah untuk pertama kali nya Yongguk membentak nya dan menangis di depan nya. ini berarti kakak nya benar-benar frustasi.

Kyungsoo mundur beberapa langkah, dengan perasaan campur aduk ia langkah kan kaki nya, berlari sekencang-kencang nya. meninggalkan rumah kecil mereka, orang tua dan saudara-saudara nya.

"tetaplah hidup adik ku, jagalah dirimu baik-baik. Maaf sampai disini oppa menemanimu" lirih Yongguk untuk terakhir kali.

.

.

.

Lari dan terus berlari, dalam pelarian nya air mata pun tetap tidak bisa berhenti menetes. Kekecewaan pada diri sendiri yg hanya bisa lari dan mengorbankan orang tua serta saudara-saudara nya, kemarahan yg melingkupi, dan bibit balas dendam yg sebelum nya tak terfikirkan menanam nya tumbuh begitu saja.

Ia berlari hingga tanpa sadar keluar dari hutan, terjatuh karena akar pohon dan tergelincir karena licin nya tanah, membuat nya terperosok jatuh di atas terotoar jalanan. Belum sempat ia berdiri, kedua mata nya menyipit karena sorot lampu sebuah kendaraan, telinga nya berdenging karena decitan rem mobil.

Kyungsoo dapat melihat sosok pria keluar dari mobil, tingkah ketika keluar dari mobil seakan tergesa-gesa, sepeti menyiratkan akan kepanikan dak kekawatiran, dan sebelum ia benar-benar melihat wajah pria yg hampir menabrak nya, kegelapan menguasai Kyungsoo.

"hei!" dengan cekatakan pria itu langsung membopong tubuh kecil Kyungsoo, memasukkan nya ke mobil.

"apa dia baik-baik saja sayang?" istri nya bertanya dengan raut kawatir dan panic sama sepertinya. Oh Sanghyun menggeleng tidak tahu, tapi ia berkata jika gadis kecil ini akan baik-baik saja.

.

.

TBC

Saya datang membawa cerita baru dan benar-benar melupakan cerita lama, maafkan saya *bow

Jika ada yg berminat, mungkin saya akan melanjutkan.

Tinggal mood juga sih wkwkwkwkwkw bahkan saya malah ingin merombak ff yg saya publish *plak!

dan maaf,, ini no edit TT

Gimme a review, favorite, and follow

Gomawo! Arigatou!