Hei hei! Salam kenal, semuanya~ saya baru pertama kali bikin fic untuk fandom ini, 'nih, meskipun sudah lama ngestalk (dan nggak pernah ngereview *plak*). Dan untuk menyambut ultah Aiolia yang berdekatan dengan hari ulang tahun negara kita tercinta ini, saya membuat fic ini, diilhami juga oleh tweet sesama fans dan author fic Saint Seiya di Twitter. Nah, tanpa berbasa-basi lagi, enjoy!
Title: Saint Seiya: 17 Agustus Arc
Warnings: OOC, hint of slash
Disclaimer: karakternya punya Masami Kurumada dan Shiori Teshirogi, ide-idenya punya saya dan kumpulan fans Saint Seiya di Twitter.
.
.
.
Saint Seiya: 17 Agustus Arc
Chapter 1: Awal Mula
.
.
.
"Ap-bisa Anda ulangi, Athena-sama?"
Saori menghela napas pelan mendengar pertanyaan itu. Seolah Saga meragukannya. Dan meskipun Gold Saint-nya yang lain tidak mengatakan apa-apa, ia mengerti bahwa mereka menanyakan hal yang sama di benak mereka masing-masing.
"Karena sebentar lagi tanggal 17 Agustus, bertepatan dengan hari ulang tahun sebuah negara yang merupakan tempat tinggal dari banyak penggemar kalian, maka kita akan mengadakan berbagai macam acara lomba untuk ikut merayakan hari penting negara tersebut. Yah, anggaplah semacam fanservice untuk mereka, begitu."
Para Gold Saint yang mendengarkan sabda Dewi mereka langsung melakukan berbagai macam reaksi. Ada yang jawsdrop, ada yang tetap kalem, ada yang mengernyit tidak senang, dan ada juga yang nyengir bahagia.
"Jadi," kali ini Aiolos yang angkat bicara. "Kita akan mengadakan lomba se-Sanctuary, begitu maksud Anda?"
Gadis dengan surai sewarna lembayung itu menggeleng. "Tidak. Kita akan mengikuti lomba-lomba khas negara tersebut, dan saya bermaksud mengikutsertakan kalian, 11 Gold Saint, sebagai satu tim untuk memenangkan lomba-lomba tersebut."
"Tunggu, 11 Gold Saint?" Mu mengernyit heran. "Bukankah jumlah kami ada 12, Athena-sama?"
"Benar. Tapi Dohko tidak masuk hitungan karena panitia acara melarangnya untuk ikut. Lagipula, menurut mereka 1 tim terdiri dari 12 orang, dan itu sudah termasuk saya sebagai pemimpin kalian."
Semuanya tertegun. Athena juga akan mengikuti lomba? Entah apakah hal itu akan menjadi keuntungan bagi mereka atau tidak...
"Lalu, kita akan melawan siapa-siapa saja pada lomba nanti?" Camus ikut bertanya.
Saori tersenyum penuh arti. Dan mereka semua tidak terlalu menyukai makna yang tersimpan dalam senyuman itu, apalagi ketika Dewi mereka tersebut menjawab pertanyaan sang Aquarius.
"Kalian akan melawan 3 tim lain yang mengikuti lomba itu. Tiga tim tersebut masing-masing berada di bawah pimpinan dua paman saya-Hades dan Poseidon-dan yang satunya oleh inkarnasi saya yang sebelumnya, yaitu Lady Sasha."
Dohko, yang berada di antara mereka, terkesiap. "Jadi maksudnya... orang-orang dari abad ke-18 akan dipanggil ke masa ini untuk mengikuti perlombaan ini?" Itu artinya, teman-teman seperjuangannya di Holy War terdahulu akan dibawa ke abad 20 ini?
Athena mengangguk untuk menjawab pertanyaan Saint Libra-nya. "Dari apa yang saya dengar, sepertinya pihak dari abad ke-18 semuanya sudah setuju untuk mengikuti perlombaan ini, begitu juga dengan dua pihak lainnya. Karena saya sudah mendaftarkan nama-nama kalian, saya harap kalian bisa memberikan yang terbaik di perlombaan nanti."
Semua Gold Saint-minus Dohko, yang telah dinyatakan tidak akan ikut perlombaan-menelan ludah. Mereka sadar bahwa beban berat telah diletakkan di atas pundak mereka. Beban untuk mempertahankan martabat dan nama baik junjungan mereka yang agung namun seenaknya sendiri itu.
.
.
.
"Jadi lombanya ada sepuluh: balap karung, merias dengan mata tertutup, balap lari dua orang tiga kaki, tarik tambang, joget berpasangan, memasukkan kalajengking ke dalam botol, balap bakiak, kepruk kantung berisi lava, panjat pilar Poseidon, dan futsal sambil mengenakan daster."
Saga, yang membacakan daftar lomba yang diberikan Athena padanya, mengernyit tidak senang. "Deretan lomba yang terakhiran, 'kok, aneh, ya..."
"Memasukkan kalajengking ke dalam botol serahkan padaku saja," Milo nyengir, percaya kalau dirinya akan menang mudah. Secara objek yang dibicarakan itu, 'kan, binatang yang sangat jinak di hadapannya, jadi wajar saja jika ia yakin lomba itu akan ia menangkan dengan mudah.
"Merias dengan mata tertutup biar aku yang tanganin!" Aphrodite girang. Kalau berhubungan dengan kosmetik memang dia yang paling semangat.
"Kenapa nggak diserahin ke Shaka aja? Dia, 'kan, biasa matanya ketutupan. Pasti gampang dandanin orang dengan mata tertutup!" Aiolia mengusulkan.
"Tapi aku yang paling tahu cara memakai kosmetik yang baik dan benar!"
"Tidak usah marah-marah, Aphrodite," sambar Shaka, ekspresi dan suaranya datar. "Saya tidak berminat mengikuti lomba yang satu itu, 'kok."
"Pembagian peserta untuk lomba-lomba yang berpasangan dan beregu nanti saja," ujar Aiolos kalem. "Sekarang kita tentukan siapa yang mau ikut... kepruk kantung berisi lava?"
Semuanya diam. Tidak ada yang menyahut. Lagipula, siapa, 'sih, yang mau memecahkan kantung berisi cairan magma panas?
Oh ternyata ada.
Camus mengacungkan jarinya, tanda bahwa ia bersedia mengikuti pertandingan itu.
"Oh iya, ya. Kalau Camus, 'kan, bisa mendinginkan tangannya jadi tidak terlalu berbahaya kalau dia yang ikut pertandingan," ucap Shura yang baru ngeh mengenai alasan Camus mencalonkan dirinya sendiri.
"Lho, kalau pakai Excalibur juga, 'kan, gampang menangin pertandingan itu," Milo nimbrung. "Tinggal tebas juga semua kantung lavanya jatuh."
"Iya, terus tanganku yang dipake buat nebas itu melepuh kena lava."
"Sudah, sudah..." Mu melerai keduanya. "Shura mau ikut balap karung?"
Sang pemilik jurus Excalibur terdiam sejenak, berpikir. "Asal karungnya bukan karung yang bisa bikin gatel-gatel, 'sih, aku hayuh aja."
"Berarti Milo, Camus, Aphrodite, Shura, dan Shaka kurang lebih sudah tahu mau dimasukin ke lomba apa, ya," Saga mencatat nama-nama peserta untuk masing-masing lomba.
"Saya tidak mau ikut lomba merias dengan mata tertutup," protes Shaka, tapi sayangnya ucapannya tidak dipedulikan oleh yang lain.
Aiolos melirik daftar lomba yang tersisa. "Lari dua orang tiga kaki mungkin aku sama Lia aja, ya? Mu sama Shaka juga bisa, 'sih..."
"Nggak apa, kak! Aku sama kakak ikutan yang itu aja!" Aiolia menyahut dengan sorot mata berkilat kegirangan. Sepertinya dia senang bisa berlomba bersama abangnya tersayang. "Seenggaknya masih mending daripada joget berpasangan..."
"Joget berpasangan kayaknya mesti dua orang yang tingginya sama, jadi..."
Semua orang langsung menoleh ke arah Mu dan Shaka, yang memang saat itu sedang berdiri bersebelahan, sehingga memudahkan orang-orang untuk menilai seberapa tinggi mereka. Yang dipandang malah gantian saling pandang satu sama lain (meski mata Shaka tetap tertutup), dan langsung mengerti.
"Oke, yang ikut lomba joget berpasangan Mu dan Shaka. Setuju?"
"Setuju!"
"Nggaaaak! Saya nggak bisa joget!" Mu panik, sekuat tenaga mencoba membuat keputusan sepihak itu dibatalkan.
"Tenang aja, Mu. Shaka, 'kan, orang India, pasti dia bisa ngajarin kamu joget," Aldebaran mencoba menyemangati Mu, yang malah membuatnya kena tatapan tajam (dengan mata tetap tertutup) dari Shaka.
"Saya lahir dan besar di India, tapi bukan berarti saya orang India," geramnya.
"Iya, tapi kamu pernah, 'kan, joget gila-gilaan bareng kita pas Athena menghadiahkan sejumlah iPod ke kita?" Deathmask nyengir, mencoba menyudutkan si rambut pirang.
"I-itu..."
"Pokoknya Mu dan Shaka udah fix ikut lomba joget," ucap Saga dingin. "Yang belum ikutan... Aldebaran, saya, dan Deathmask. Mau ikut apa, ya..."
"Saya futsal saja, jadi penjaga gawang. Kalau saya yang jaga pasti nggak ada yang bisa ngegolin ke gawang," pinta Aldebaran, pede.
Tapi Aphrodite malah cekikikan. "Serius, Dy, mau ikutan futsal?"
"Iya... emang kenapa, Dite?"
"Meski pakai daster sekalipun?"
Semuanya diam.
Mereka lupa bahwa dalam pertandingan futsal nanti mereka diharuskan memakai daster.
Aiolos menepuk pundak Saga. "Jangan masukin saya ke tim futsal kita, ya, sob," pintanya sambil nyengir gugup. Meskipun dia suka sepak bola, bukan berarti dia sudi berlarian di tengah lapangan rumput yang hijau (aih, malah nyanyi) dengan mengenakan daster.
"Tenang saja, Los," Saga menepuk tangan Aiolos yang berada di pundaknya. "Kamu pasti saya ikut sertakan."
"KOK TEGA SAMA SAHABAT SENDIRI?"
"INI, 'KAN, DEMI KEMENANGAN BERSAMA! KAMU MAU KITA KALAH KALAU MISALNYA POSISI KAMU DIGANTIIN APHRODITE?"
"Aku tahu kalau aku nggak bisa main bola, tapi ngomongnya jangan gitu, dong..." Aphrodite pundung di pojokan. Dan tidak digubris oleh siapapun.
"Iya, Los. Mending kamu ikut aja," Shura ikut-ikutan membujuk. "Bisa main bareng sama Aiolia juga, lho..."
"EH! Aku juga ikutan pakai daster?" Tampang Aiolia langsung berubah pucat, tapi ia tidak berani protes lebih banyak lagi karena Saga dan Shura sudah memelototinya dengan tatapan yang seolah mengatakan 'lo-diem-aja-deh-lo-mau-tim-futsal-kita-menang-kan?'.
Aldebaran mengangkat sebelah alisnya. "Kalau Aiolos nggak mau, bagaimana kalau digantiin Shura aja?"
"Sejak kapan si kambing bisa main bola? Perasaan kerjaannya tiap hari kalau nggak main tebas-tebasan di kuilnya, ya... karaokean lagu-lagu dari koleksi album tembang kenangan," ledek Deathmask, yang membuat Shura mendelik ke arah sang kepiting.
"Ng... aku nggak tahu. Tapi Shura, 'kan, dari Spanyol, negara yang menang World Cup tahun lalu, jadi kupikir..."
Krik krik krik...
Garing abis.
"Pokoknya! Kamu masuk tim futsal, Los. Demi kemenangan bersama, oke?"
Aiolos menghela napas, pasrah. Sepertinya kalau ia terus menolak, Saga dan Shura tidak akan berhenti membujuknya. "Iya, deh... tapi ada syaratnya: kamu juga harus ikut main futsal!"
Mulut Saga terbuka lebar. Sangat lebar, sampai-sampai Aphrodite bisa melempar mawarnya hingga masuk dengan mulus ke dalam mulut sang Pope-wannabe.
Inginnya menolak syarat yang akan diajukan Aiolos, tapi junior-juniornya memberinya tatapan untuk menerima saja. "Baiklah..." Toh dia juga belum menentukan akan ikut lomba apa.
"Sisanya lomba bakiak getah, ya? Siapa yang tersisa?" celetuk Milo, yang ingin rapat ini cepat-cepat selesai.
Saga membaca daftar nama-nama Gold Saint yang telah ditetapkan untuk mengikuti lomba-lomba. Iris hijaunya segera beralih dari kertas di tangannya ke arah salah seorang Saint, yang saat ini tengah menghadap ke arah lain sambil bersiul-siul, berpura-pura menghindari tatapan seniornya. Gold Saint lainnya ikut-ikutan memperhatikan lelaki yang tengah bersiul-siul, tapi karena sepertinya ia bersikukuh untuk mengabaikan tatapan kamerad-kameradnya, Aphrodite akhirnya turun tangan.
"Hei!" sang Pisces merangkul sahabatnya itu dari belakang, "Kamu ikut aku di lomba balap bakiak, oke, Anggie?"
"JANGAN PANGGIL AKU ANGGIE, IKAN MAS KOKI!" balas Deathmask ketus, sangat tidak senang karena nama aslinya diplesetkan menjadi nama yang sangat girlish.
"Siapa suruh kamu mencoba menghindar! Pokoknya kamu harus mau!"
"Kalau aku nggak mau kamu mau apa, hah?"
"Aku... bakal pakein make up ke topeng-topeng di kuil kamu, terus aku hiasin kuil kamu pakai mawar di sana-sini! Kalau masih nggak cukup juga aku bakal ajak kamu buat kencan sama OM-OM GIRANG!"
Deathmask langsung sujud minta ampun mendengar ancaman Aphrodite. Meski ia kuat, ia tahu kalau Aphrodite serius, sang Pisces bisa bersikap sangat gahar, macam bencong dibuat marah.
Sementara rapat para Gold Saint terus berlangsung, Dohko, yang tersisih secara otomatis karena tidak ikut serta dalam lomba, hanya bisa memandangi para 'cucu'nya dari kejauhan. Ia tidak merasa sedih atau apa, tapi malah bahagia. Melegakan rasanya melihat mereka akrab satu sama lain. Ia begitu asyik mengamati mereka sampai-sampai tidak sadar bahwa Shion berjalan mendekatinya dan menepuk punggungnya.
"Kenapa tidak ikut berdiskusi dengan mereka, Dohko?"
"Ah!" Dohko refleks menoleh, dan ketika melihat bahwa Shion yang mengagetkannya, ia tertawa pelan. "Tidak usah, deh. Orang tua sepertiku lebih baik mengawasi dari jauh. Sekalian jaga-jaga kalau-kalau mereka bertengkar hebat karena berbeda pendapat."
Mantan Aries di sebelahnya ikut tertawa. "Hm... kalau tidak ada kerjaan lain, bagaimana kalau ikut denganku ke Papacy? Sekalian bernostalgia dengan teman lama."
"Memangnya mengobrol denganmu bisa disebut nostalgia, Shion?"
"Bukan denganku saja. Bersama Hasgard dan yang lainnya juga."
Dohko mengerjap. "Eh?"
Meski ingin tertawa melihat reaksi sang Libra, tapi Shion menahannya dan hanya menunjukkan senyum lebar. "Gold Saint dari generasi kita sudah datang. Ayo, kau temui mereka juga."
.
.
.
Bersambung...
