Gado-gado adalah salah satu makanan yang berasal dari Indonesia yang berupa sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu atau saus dari kacang tanah yang dihaluskan disertai irisan telur dan di atasnya ditaburkan bawang goreng. Sedikit emping goreng atau kerupuk (ada juga yang memakai kerupuk udang) juga ditambahkan.
—Wikipedia(?)
.
.
Mix All In One
Chapter 1: It's started with an alien.
Story by Shia Zen
.
Ben 10 Cartoon Network
Warning: AU, mostly OOC, cross over, weird language, 'labil' desciption, and the list goes on ...
.
.
"DUARRRR!" terdengar suara ledakan besar di kota. Suaranya sangat keras diiringi api yang menjilati gedung-gedung bertingkat. Ternyata, sumber kegaduhan itu adalah monster jelmaan alien keturunan serigala yang menikah dengan angsa—pikirkan sendiri wujudnya. Yang jelas, monster itu besar, kuat, dan...
... menjijikan!
Ia mempora-porandakan kota, menghancur leburkan semua yang ada di atas tanah. Tetapi amukannya berhenti karena tiba-tiba ada yang menabraknya dari belakang. Sebuah benturan yang amat keras terasa sehingga makhluk pernikahan terlarang antar tiga sejoli berlainan spesies, genus, famili, dan tingkatan biologis lainnya itu mengerang kesakitan. Makhluk itu berbalik untuk melihat siapa yang menyerangnya. Dan ternyata...
Jeng, jeng, jeng, jeng...
Ternyata!
Jeng , jeng, jeng...
TERNYATA!
Oh oke, kelamaan. Ternyata itu merupakan lava yang diambil dari film 2012 karena telah melanggar keamanan manusia.
Loh? Ngaco fase pertama. Bukan, bukan... Sejatinya itu adalah api yang dihasilkan oleh Swampfire! Dari bawah, Gwen sepupunya dan Kevin sahabatnya ikut membantu menyerang. Ternyata, kekuatan monster Alserang—alien, serigala, angsa—lebih dasyat 10.000 kali lipat dari kekuatan Ben. Alserang memukul Ben dalam bentuk Swampfire hingga terhempas dan menabrak dinding gedung, membuat bocah itu berteriak kesakitan. Tapi ia segera bangkit, lalu terbang dengan api di kakinya. Di atas monster, ia membuat bola api untuk dilempar ke Alserang, tapi...
Tet, tet, tet … teoooot….
Terlambat! Omnitrix berkedip-kedip. Swampfire kembali menjadi Ben dan bocah brunette itu pun terjatuh di atas sang monster. Badan kecil yang jatuh itu langsung digenggam oleh tangan raksasa Alserang. Hal ini membuat Gwen dan Kevin panik. Mereka berusaha menyerang monster Alserang tapi tak berpengaruh. Sihir mana Gwen hanya bagaikan ingus berwarna pink bagi monster itu dan pukulan Kevin hanya seperti pijatan lemah dari tukang pijat yang dibayar terbatas di era krisis moneter.
'Sekuntum mawar merah, yang kau berikan kepadaku, di malam itu.…'
Suara lagu yang ada di playlist tetangga author terdengar dari dalam saku Kevin. Loh? Apa itu? Oh, itu adalah suara ponsel Kevin. Bocah berambut hitam itu pun hanya nyengir ketika kedoknya sebagai penggemar dangdut terbuka—sebelumnya ia pernah kepergok juga oleh Ben ketika bocah omnitrix itu menemukan lagu Ayu Ting Ting dan Goyang Gayung di laptop-nya—Tapi ia tak begitu peduli untuk sekarang. Karena di luar dugaan semuanya, Alserang pun bereaksi mendengar lagu itu. Ia melepaskan Ben dari genggamannya! Lalu … ternyata...
Makhluk itu berjoget ria! Ia menari-nari, bergoyang ala Inul Daratista, Dewi Persik, Iis Dahlia, dan berbagai penyanyi bohay nan aduhay lainnya. Namun semua itu membuat semuanya makin parah! Ia seperti bertambah kekuatan, ia lebih mudah untuk menghancurkan sebuah gedung.
"Gwen, Awas!" teriak Kevin yang melihat kaki Alserang yang hendak menginjak Gwen. Dengan cepat Kevin jongkok dan berubah menjadi batu. Ia menahan kaki Alserang yang hampir mengenai gadis berambut merah itu.
"Hah?" Gwen yang terkejut mengeluarkan suara tercekat ala senetron. Ia menoleh dengan putaran sembilan puluh derajat ke arah Kevin dengan slow motion.
'Oh ... my love ... my darling ... I wonder for your touch—'
'Plak!' Tangan Gwen menampar Kevin, membuat bocah itu meringis kesal ketika ponsel-sialan-miliknya-itu lagi-lagi berbunyi dan membuat orang bereaksi. Ring tone ponselnya memang benar-benar sesuatu yah. Ingin rasanya ia mengganti lirik lagu ambigu itu menjadi 'I wonder for your mouth' demi sebuah ciuman. Tapi tunggu dulu—itu tetap ambigu—bagaimana jika Gwen justru meludahinya? Ludah kan berasal dari mulut? Kevin mulai frustasi, namun segera sadar ia memikirkan hal tak penting.
Selesai dengan protes tidak masuk akal di batinnya, suara Gwen kembali menamparnya bangun.
"Kau melamun? Itu telepon dari gadis idamanmu ya? Karena itu kau memasang nada dering yang berbeda, hah?" Sebuah aura malaikat muncul—namun justru membuat bocah bermata onyx itu menelan ludah karena aura yang dikeluarkan gadis di depannya adalah aura malaikat pencabut nyawa.
"Ha? Tidak, bukan seperti itu!" timpal Kevin.
"Jangan bohong!" Gwen mengepalkan tangannya ke atas, membuatnya menyetuh kaki Alserang.
"Aku—hah—tidak ... berbohong! Hah ... hah..." Kevin tidak kuat lagi. Napasnya pendek-pendek, seolah menggambarkan pendeknya jarak akan kaki Alserang yang mungkin akan membuatnya mati sahid sebentar lagi. Keringatnya bercucuran bak orang mandi di kali. Ia benar-benar tak kuat lagi.
Di kala harapannya sudah pudar, tiba-tiba ia mendapat kekuatan baru sehingga ia tak perlu menggunakan tangannya lagi untuk menahan kaki Alserang...
... karena ternyata Humongosaur sudah siap membantu.
"Ben? Kau merusak acaraku!" dengus Kevin sebal.
Ben menatapnya dengan ekspresil yang sama kesalnya. "Merusak acaramu dengan sepupuku maksudmu? Aku baru saja menyelamatkanmu!"
"Aku tak minta!" Kevin tak mau kalah.
Ben yang sangat sangat sangat sungguh sangat sebal sekali melempar kaki Alserang sehingga Alserang kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kevin hanya bisa terpaku, takjub, terkesima ketika monster itu membuat suara bedebum keras, tak terasa mulutnya membentuk 'O' besar.
'Teooot.…'
Humongosaur kembali menjadi Ben. Dan saat itu pula Alserang melihat ke arah Ben dan Kevin dengan tatapan marah yang luar biasa!
Kevin sontak menggigil ketakutan "O-ow, itu salahmu Ben ... Kau yang tangani, aku tak mau ikut campur."
Ben tidak terima, "Heeeh.… Enak saja kau!"
"Hwoaaaaaaarrrr!" Alserang berteriak dengan suara basah serak-serak bernada dasar G dan diturunkan lagi satu Oktav dengan tempo 4/4 . Ben dan Kevin merinding, ngeri melihatnya. Tanpa sadar mereka berdua berpelukan saking takutnya.
"Aaaaaaaaaaaaaa!" teriak Gwen.
"Tenang Gwen, kami di sini, kau tak perlu takut pada Alserang," Ben menenangkan sepupunya.
"Aku tak takut pada monster itu! Aku takut pada kalian!" Gwen melihat sahabat dan saudaranya sebal—meskipun keduanya masih tidak mengerti. "Ternyata … selama ini … selama ini ... kalian … kalian ... H-hoo ... Hom … kalian homo!" bentak Gwen kesal.
"Aaaaaa!" Ben dan Kevin baru sadar mereka sedang berpelukan. Mereka segera melepaskan pelukan mereka dan keheningan canggung pun tercipta.
.
.
Sementara di tempat lain yang lebih jauh, melewati dimensi lain ... ada beberapa biang kriminal yang sedang bercakap-cakap tentang rencana jahat mereka….
"Sejauh ini rencanaku berjalan dengan lancar. Semua ini tidak akan berhasil tanpa kau yang mengontrol monster itu… " ucap pria bertopeng pusar atau pusaran—sama saja—pada anak buahnya yang mukanya penuh tindikan; tindikan ini tidak seperti preman setempat yang suka digodain banci tentunya.
"Terimakasih tuan Madara," kata pemuda berambut oranye itu.
"... juga tidak akan berhasil tanpa rencana jahat yang super itu." Kini pandangannya beralih pada pria berambut panjang yang berotot nan maskulin. Ia nampak seperti kekaisaran. Sebuah lambang api menghiasi pakaian kesatrianya; bukan kostum kesatria baja hitam yang lebih pantas disebut kesatria lalat itu tentunya.
"Karena memang hanya itu yang ada dipikiranku." Suara berat dan mengintimidasi dari otang tadi terdengar.
"Tapi kita benar-benar diuntungkan karena hasil eksperimen monster yang luar biasa itu." Kali ini orang bernama Madara itu mencari-cari. Satu-satunya mata yang ia punya melihat sekitar, kebingungan.
"Orang—uhm, makhluk-nya anda injak tuan…" ucap anak buahnya tadi.
"Hah?" Pria berambut hitam itu segera melihat ke balik kakinya. Di situ ada organisme uniseluler yang kini rata dengan sepatunya. Entah bagaimana mereka bisa melihatnya.
Jadi, ternyata.…
Jeng, jeng, jeng, jeng….
Akatsuki mengajak kerjasama RA Ozae—bukan Raden Ajeng Ozae, tapi Raja Api Ozae—dan Plankton untuk menghancurkan kota!
Jeng, jeng, jeng, jeng….
Sebelum author disoraki norak oleh pembaca karena selalu memakai back sound yang sama, Madara tengah menatap kejauhan dengan ekspresi gundah. Kalau diungkapkan dengan bahasa anak gaul di Konoha maka singkatnya—ia galau.
"Lama sekali untuk menghancurkan satu kota?" tanyanya.
"Maaf , ada gangguan sedikit, sepertinya ada yang dapat mengimbangi kekuatan monster itu…" jawab Pein.
"APA?" dengan tatapan murka ia menoleh ke arah Plankton. "Kau tak bilang kalau di sana ada orang berkekuatan super!"
"Hah? Yang benar? Kemarin sudah kuperiksa, Superman sedang berlibur dan cuti, jadi tak akan ada gangguan!" timpal Plankton yang merasa ia adalah korban praduga tak bersalah.
"Maksud tuan Madara adalah orang yang seperti Superman tapi bukan Superman. Seperti Krabypetty dan Hotdog," jelas Pein.
"Krabypetty dan Hotdog ya? Kenapa tak bilang dari tadi? Kalau itu aku memang tidak tahu." Makhluk ber-sel satu itu berkata tanpa rasa dosa.
"Huaaa!" Madara berteriak frustasi.
"Tenang tuan, kita bisa meningkatkan kemampuan monster itu," kata Pein. Sekarang pemuda penuh tindik itu merasa ia telah berganti profesi menjadi penasehat negara.
"Ide bagus, bawa monster itu kemari!"
.
.
To be continued...
.
.
Edited:21/12/11
A/N:
1. Hey…. Fanfic ini saya edit. Habisnya saya saying aja kalau fanfic starter di Ben 10 harus dihapus karena melanggar guidelines. Jadi, gimana? Jadi aneh ya?
2. Ehe. Soal awal-awal ada deskripsi tentang gado-gado itu … ini mix all in one kan? Gado-gado 8D. Terus soal mention yang banyak tentang dangdut itu … saya ga suka dangdut kok =.=v
3. Saya sengaja ga masukin ini ke cross over gara-gara ini cross over lebih dari 3 kartun. Gapapa kan?
4. Thanks for reading, mind to review?
