I WISH I NEVER KNOW
Summary. Bagaimana jika ada dua orang teman atau bahkan kedua saudaramu memberitahukan orang yang disukai? Tapi mereka menyukai orang yang sama? Dan mereka juga memintamu untuk membantu mendekatkannya dengan orang itu, terlebih lagi mereka menyuruhmu berjanji untuk tidak menceritakan pada siapapun. Bad summary! Happy reading.
Disclaimer:Animonsta studio
Warning. No power, Romance, Diusahakan tidak typo, aneh, OOC (mungkin), Ga jelas dll
hope you like it ^^
Selamat Membaca~~
.
.
.
.
Chapter 1. Rahasia
Halilintar pov
" Hali! Tunggu!" Panggil seseorang di belakangku. Saat ku lihat ke sumber suara, seorang pemuda yang mirip denganku-kembaranku-dengan topi menghadap ke belakang. Dia Gempa, saudara kembarku yang paling pemalu-kurasa- dia berlari kecil menghampiriku.
Aku berhenti tepat di depan gerbang saat ingin pulang sekolah. Aku menunggunya hingga dia sampai. " Apa?" Tanyaku datar.
" Kamu sekarang lagi ga ada jadwal club?" Tanya Gempa. Aku hanya menggelengkan kepala mengingat club karate yang kuikuti memang bukan sekarang jadwalnya.
" Huft, bagus lah~," ujarnya sambil tersenyum lega dan mengelus dadanya beberapa kali.
Melihat responnya seperti itu, aku menaikkan alis kiriku. " Memang kenapa kalau sekarang aku ga ada jadwal club?"
Gempa menggaruk pipi kanannya yang pasti kutahu kalau tidak gatal karena itulah kebiasaan kami( aku, Gempa dan Taufan) saat ada 'maunya'. " Itu.. Kita ke EmCeDe dulu yuk! Aku traktir. Aku mau ngomong sama kamu."
Aku memutar mataku dan bergumam, ' Pasti ada maunya deh. Tumben dia baik biasanya minjem duit goceng ke dia aja susahnya minta ampun. Tapi enak nih ditraktir sama Gempa.'
" Hei! Gau mau aku traktir? Kalo ga mau ya sudah," ucap Gempa sambil berlalu.
Kuraih segera lengan saudaraku itu sebelum pergi jauh. " Okeh, aku mau. Tapi-"
" -Taufan ga usah diajak. Cuma kamu aja." Gempa memotong ucapanku, mungkin dia tau apa yang akan aku katakan. Aku menoleh ke arah lapangan. Melihat Taufan sekilas yang sedang berlatih bulu tangkis bersama teman satu club-nya.
" Ya sudah ayo," ujarku pelan sambil berjalan lebih dahulu meninggalkan Gempa beberapa langkah di belakangku.
" Eeh.. Tunggu-laah.. Kan aku yang traktir, kok kamu malah ninggalin aku." Gempa berjalan cepat berusaha mensejajarkan langkahnya denganku.
" Kamu lama," jawabku dingin seraya melirik Gempa dengan ekor mataku. Dia tidak menanggapi perkataanku. Pandangannya mengarah ke aspal dengan tatapan kosong. ' Kenapa sih Gempa?'
Halilintar pov end
ooOoo
Gempa pov
Aku dan Hali sudah memasuki pintu masuk foodcourt favorite-ku. Ku suruh Hali untuk mengambil tempat duduk takut tidak dapat tempat karena tempat yang kami datangi selalu dipenuhi pelanggan, tidak mungkin dong kita duduk lesehan 'ngemper' di jalan, plis deh.
Setelah kepergian Hali mencari tempat duduk dan menemukan ada yang kosong tepat di sudut ruangan dekat jendela, aku mengantri untuk membeli minuman.
" Mau Ice Choco Float dua sama French Fries dua," pesanku pada pegawai foodcourt setelah tiba giliranku. Beberapa menit kemudian pesananku telah siap. Setelah membayar, aku pun membawa pesananku ke meja di sudut ruangan foodcourt cepat saji yang sudah ditempati oleh Hali yang sedang menatap ke arah jalan raya melalui jendela.
" Hehehe... Lama ya?" Tanyaku agak sedikit tertawa pelan saat mendudukkan pantatku di kursi menghadap Hali. " Nah.. Ini punyamu." Aku menyodorkan French Fries dan segelas minuman favorite ku dan 2 saudara kembarku. Dia menoleh ke arahku dan melihat apa yang aku sodorkan.
Pemuda di depanku ini mengambilnya dan menyesapnya sedikit. Kemudian pandangannya ke arahku. " Mau ngomong apaan?" Ujarnya dingin, sedingin minuman yang sedang aku minum.
Aku berhenti melakukan aktivitasku dan menatapnya lurus. Memikirkan kata-kata bagus yang akan aku katakan. Dia masih memandangku dengan wajah seriusnya seperti meminta penjelasan mengapa aku mau repot-repot mentraktirnya.
" Itu.. Aku- aku mau curhat sama kamu," ujarku malu.
Alis Hali terlihat makin berkerut mendengar aku mengatakan kata 'curhat'. Pasalnya, jarang diantara kami bertiga atau malah tidak pernah menceritakan permasalahan yang kami hadapi, apalagi curhat ke Hali itu terlihat aneh pastinya.
" Curhat? Soal apa?" Tanya Hali seraya memakan French Fries yang aku beli tadi.
Kurasakan telingaku sedikit memanas. " Eehm, kamu sekelas sama..." Aku menghentikan ucapanku. " Ga jadi deh. Ga jadi curhat."
Hali membulatkan matanya. " Oi! Aku udah menunggu dari tadi buat kamu bicara trus kamu kata ga jadi?! Udah pernah kena tonjokkanku belum?! Mau coba sekarang?!" ujarnya marah sambil menunjukkan kepalan tangan kanannya.
Aku meringis, pasrah kalau sudah melihat Hali marah. Aku menundukkan kepalaku agar helai-helai rambut yang tidak tertutup topi jatuh menghalagi mataku. " Oke-oke, aku akan bicara. Kamu punya temen sekelas yang namanya Ying, kan?"
" Oh, iya benar. Trus kamu suka sama dia?" Ucapnya seolah tahu isi hatiku. Kali ini telinga dan wajahku sangat panas. Kurasa wajahku merah seperti udang rebus.
Gempa pov end
ooOoo
Halilintar pov
Wajahnya merah, sangat merah. Dugaanku benar, dia memang pemalu. Semburat merah itu belum hilang juga saat beberapa saat lalu aku menebak kalau dia menyukai Ying.
Apa yang Gempa lihat dari gadis berwajah oriental itu? Kurasa dia hanya gadis paling cerewet di kelasku, 8A, sedangkan Gempa kelas 8B dan Taufan 8C.
Aku memutar mataku jenuh. " Sejak kapan?"
Pertanyaanku membuatnya sedikit tersentak. " Eh, eee.. Sejak...sejak aku ke kelasmu buat mengantarkan buku catatan fisika-mu yang aku pinjam."
" Itu kan kira-kira 3 bulan yang lalu. Kenapa kamu suka sama dia? Dia itu cerewet tau," ujarku padanya yang sedang meminum minumannya.
" Dia.. itu cantik, baik, pintar, lucu sama.. Dia itu imuuutt banget," jawab Gempa sambil bertopang dagu menatap langit-langit. " Gemesin."
Aku hanya bisa sweatdrop mendengar jawaban langsung dari Gempa dan eksperinya menunjukkan untuk memilikinya. Karena aku tak pernah berfikir soal cinta, jadi aku tidak mengerti apa yang dirasakan Gempa, yang kutahu dia terlihat senang sekali.
" Jadi... Hali kamu mau bantu aku ga? Kamu dekatkan aku sama Ying, ya? Kumohon," pinta Gempa dengan eyes puppy dan menelungkupkan jarinya memohon.
Aku geli melihat ekspresi seperti itu dan cepat-cepat kuterima permintaan anehnya itu agar ekspresi menjijikan itu hilang. Tapi bagaimana caranya? Baiklah, nanti aku minta bantuan sama Taufan.
" Hali, jangan kasih tau soal ini ke Taufan, ya," ucapnya menyadarku dari lamunan.
" Eh, kenapa?"
" Tidak apa-apa, aku mau ini jadi rahasia kita berdua aja."
Apa boleh buat, karena Gempa yang meminta dan sudah kusetujui jadi ini akan jadi rahasia antara aku dan Gempa. Pembicaraan pun selesai. Aku dan Gempa beranjak dari foodcourt cepat saji itu dan pulang ke rumah.
Skip time...
Taufan pov
Aku membuka pintu kamarnya perlahan. Kemudian menampakkan kepalaku di celah pintu yang kubuka. " Hali..," panggilku pelan saat kulihat pemilik kamar sedang melakukan push up di lantai.
Hali berhenti melakukan aktivitasnya, kemudian menoleh ke arah pintu, ke arahku. " Apa?" Tanya Hali dengan nada dingin seraya memposisikan dirinya duduk di atas kasur
Aku masuk ke kamarnya dan duduk di kursi belajarnya. " Hehehe, sebenernya udah lama aku mau ngomongin ini tapi lupa terus. Jadi, selagi aku ingat, aku mau kamu bantu aku. Kamu mau kan?"
Hali mengerutkan dahinya. " Bantu apa?" Tanya-nya sambil melap keringat di leher.
" Itu, ini soal Ying. Kamu tau, kan? Itu loh teman sekelasmu. Aku suka sama dia," ujarku to the point.
Kulihat ekspresi terkejut dan bingung di wajah Hali yang penuh peluh. matanya membulat menatapku. 'Apa mungkin dia juga suka sama Hali?'
Next?
Hai hai hai...
Ini FF keduaku, yeay..
Maaf ya kalo agak bingungin ceritanya.
Mungkin untuk next chapter aku tidak bisa update cepet soalnya ada ujian, maaf ya..
Tapi diusahakan ga lama kok..
Okeh, sekian dariku..
REVIEW please..
