Two Seconds Away From Home

Story By: rawrchelle

Pairing: Sasuke/Sakura

Rating: T

Disclaimer: I do not own Naruto nor the story

.

for AoRizuki, thankyou for the PM.

.

Read and Review

.

Bertahun- tahun melewati berbagai rintangan, terpisah jarak ratusan mil, dan kau masih bertahan berada dalam jangkauan tangan.

.

.


Beginilah awal kisah mereka: es krim di musim panas, saling melumuri lumpur di wajah masing- masing. Belajar bersama tentang satu hal dan yang lainnya, lalu bertukar makan siang.

Anak yang lain selalu mengatakan bahwa satu di tambah satu sama dengan jendela. Sakura tidak tahu apa maksud mereka -yang ia tahu adalah bahwa jika ia ditambah Sasuke sama dengan selamanya, begitu sudah cukup.

Saat mereka berusia tujuh tahun, Sakura mencoba menguatkan dirinya -karena Sasuke adalah bagian dari klan Uchiha, itu berarti Sasuke akan masuk ke sekolah shinobi. Sakura akan pergi ke sekolah normal sedang Sasuke akan pergi ke sekolah shinobi, hal itu membuatnya sedih. Karena berarti dia dan Sasuke tidak lagi bersama, bahwa Sasuke lebih baik darinya, dan bahwa mereka tidak sama.

Satu hari sebelum semester baru dimulai, mereka pergi makan es krim bersama seperti biasa. ("Kita akan tetap berteman setelah ini," kata Sasuke dengan mata lebarnya. "berhentilah terlihat begitu sedih."

Sakura percaya pada Sasuke, karena ia tidak tahu harus bagaimana jika ia tidak mempercayai Sasuke.)

Itu adalah kali pertama Sakura mengatakan bahwa ia mencintai Sasuke. Tapi ingatan seseorang terkadang tidak tepat -dia masih delapan tahun waktu itu- dan mungkin saja sudah mengatakan hal itu lebih awal. Tidak penting kapan pertama kali Sakura mengatakan bahwa ia mencintai Sasuke, karena sejak awal selalu saja Sasuke.

Saat Sasuke mendengarnya, pipinya merona membuat hati Sakura membumbung tinggi, kemudian Sasuke membersihkan tenggorokan, mencoba terlihat tangguh, "Shinobi tidak memiliki waktu untuk mencintai orang."

Sakura hanya tersenyum lebar, memamerkan giginya. "Tapi kau bisa, kan? Karena kau adalah Sasuke-kun dan kau bisa melakukan segalanya."

Memalingkan tubuhnya, Sasuke bergumam bahwa ia mempunyai waktu luang setiap hari minggu sore.


Beginilah bagaimana mereka saling menjaga kepercayaan: berjanji bertemu setiap hari minggu sore, menghabiskan waktu bersama selagi mereka bisa. Naruto mengatakan bahwa Sasuke tidak berusaha lebih keras untuknya, namun Sakura mempercayai Sasuke. Ia selalu mempercayai Sasuke. ( Naruto adalah seorang anak laki- laki yang ia kenal di sekolah -Naruto sangat baik. Sakura menyukai Naruto, tapi ia tidak akan pernah menyukai Naruto sebanyak ia menyukai Sasuke.)

Sasuke terlambat menghadiri pesta ulangtahun kesepuluh Sakura. Sakura pikir Sasuke telat -namun Naruto mengatakan bahwa Sasuke tidak akan datang. Sasuke datang saat pesta sudah hampir berakhir untuk mengucapkan selamat.

Sakura memiliki kepercayaan yang besarnya tidak masuk akal untuk Sasuke. Jika dilihat, Sasuke tidak jauh berbeda dari anak laki- laki lainnya -bahkan sebagai shinobi- Sasuke cenderung lebih kasar jika dibandingkan dengan yang lainnya. Mungkin karena Sasuke bertemu dengannya lebih dulu -maka walau ada racun di kalimatnya, Sakura tetap melihat bintang di kedua mata hitamnya.

( Sakura tidak mau mengakui bahwa ia sakit, bahwa Sasuke membuat dia menangis, namun begitulah yang terjadi.)

Sasuke menebus kesalahannya karena melewatkan ulangtahun Sakura seminggu yang lalu dengan sebuah hadiah. Kartu ucapan Sasuke hanya berisi beberapa kata, namun saat Sakura membuka kotak kecil dan berat itu, ia m benda yang ada di dalamnya dan membaca satu lembar kertas di dalamnya.

'Ini adalah sebuah kunai. Shinobi menggunakannya untuk melindungi diri dan melindungi orang yang mereka cintai. Benda ini tajam, jadi hati- hati.'

Ada lambang kipas Uchiha kecil yang terukir di pegangannya, merasa kagum, Sakura mengambil benda itu untuk mengamatinya lebih jauh namun tanpa sengaja menjatuhkannys ke tanah. Cukup memalukan, ia tidak tahu bahwa kunai setajam itu.

Sakura menemukan plaster di dasar kotak.


Beginilah bagaimana mareka jatuh cinta: Sakura menunggu Sasuke kembali dari misi sampai pagi buta. Jatuh tertidur sambil duduk di bangku dekat gerbang desa saat udara tidak begitu dingin, walau ia selalu dimarahi Sasuke keesokan harinya -namun tidak masalah, karena ia dapat melihat Sasuke yang baru kembali dari misi. Itu adalah sebuah bentuk cinta -tidak lebih dari itu.

Sakura berpikir bahwa ia masih muda, namun Sasuke terlihat dewasa seperti ia sudah mengalami sepuluh kehìdupan -seperti ia lelah dan bosan, dan siap untuk tidur dan tidak akan bangun lagi.

Ada sesuatu yang membuncah di dada tiap saat Sasuke menyandarkan tubuhnya kepada Sakura, meminta kekuatan -saat Sasuke sangat lelah bahkan untuk berjalan sendiri. Sakura senang berpikir bahwa ia bisa sedikit membantu, walau ia bukan seorang kunoichi, walau Sasuke tidak bisa menceritakan tentang misi kepadanya. Sakura senang berpikir bahwa ia adalah tempat untuk Sasuke pulang saat banyak hal sulit yang ia alami dalam hidupnya.

Musim panas saat mereka tiga belas tahun, mereka duduk di tepi sungai, berlari di ladang dengan rumput yang menjulang. ("Memangnya kau bisa menyusulku." teriak Sasuke dengan sebuah seringai), ditemani kehangatan sinar mentari dan angin yang sejuk dan gaun musim panas berwarna kuning mereka jatuh berguling-guling sampai mereka terbaring seperti onggokan daging di tanah, tertawa dan kehabisan nafas dan tiba-tiba bibir mereka saling memagut. Sakura tidak bisa melihat kembang api -karena ia terlalu sibuk melihat Sasuke dan melihat Sasuke lebih baik daripada melihat kembang api.

Tidak ada pembicaraan setelahnya, hanya terdengar hela nafas berat dan wajah- wajah memerah, dan Sakura menikmatinya -Sasuke yang terlihat malu adalah Sasuke yang ia ingin lihat sejak bertahun-tahun lalu.

"Jangan pernah berubah." katanya, meraihkan tangan mungilnya untuk mengelus pipi Sasuke.

Sasuke mengikuti gerak sentuhan Sakura tanpa sadar. "Akan aku berusaha."


Beginilah bagaimana mereka jatuh, lebih cepat dan lebih dalam dari yang Sakura perkirakan.

Shinobi memiliki beberapa tingkatan yang berbeda. Sekarang, Sasuke adalah seseorang yang disebut chuunin -kata Sasuke chuunin sama sekali masih jauh dari puncak, dan ia harus berusaha lebih keras.

Sakura berpikir bahwa Sasuke gila, setelah ia mendengar apa yang harus Sasuke lakukan untuk mendapatkan posisi yang sekarang. Dari seorang genin menjadi seorang chuunin -tidakkah itu sebuah lompatan yang besar?

Tapi tentu saja, dia adalah Sasuke -tidak ada yang pernah cukup baginya.

Ada satu waktu saat Sasuke kembali dari sebuah misi, remuk dan lebam dan di punggung Kakashi. Sakura berdiri di sana, hanya menatap -tidak bisa bergerak saat Kakashi menyapanya dan mengatakan bahwa ia akan membawa Sasuke ke rumah sakit, dan apakah Sakura ingin ikut?

Sakura tidak ikut. Ia pergi ke sungai -dimana segalanya (atau tidak ada) bermula -aliran air yang hening membentur bebatuan, rumput yang tinggi memeluknya saat ia jatuh ke tanah.

Mencintai seperti ini -apakah benar? Terkadang Sakura mengintip ke tempat latihan shinobi untuk melihat apa yang dilakukan Sasuke -Sasuke berlari dan melompat dan mengeluarkan api dari mulutnya dan ia berpikir bahwa Sasuke adalah keajaiban -sedang dirinya, hanya belajar tentang tubuh manusia dengan mimpi menjadi seorang dokter biasa. Siapa dia jika dibandingkan dengan seorang ninja medis? Sakura melangkah pulang dengan sepatu kotornya setiap hari saat Sasuke di luar sana mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan nyawa. Dia tidak cukup pantas untuk Sasuke, kan?

Jika ia disuruh memilih apa yang paling ia cinta dari Sasuke, jawabannya adalah tangannya. Bukan karena tangan Sasuke hangat, atau kuat, bukti dari kerja kerasnya selama ini. Tapi karena dengan tangan itu Sasuke mengelus rambutnya, membelai wajahnya saat menciumnya- tangan itu juga menggandeng tangannya di depan umum walau kanya terkadang. Tapi dari semua itu –karena Sasuke menggenggam hatinya dengan tangan itu, Sasuke menggenggam seluruh dunianya -dengan sentuhan hangat dan lembut, dan Sakura tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Sasuke.

Dia tidak bisa membayangkan jika tidak ada hari minggu sore mereka, jika tidak ada senyuman tipis yang terkadang terukir di bibir Sasuke jika Sakura mengatakan sesuatu yang menurutnya lucu -Sasuke sangat sangat berharga untuknya, dan ia tidak mau kehilangan Sasuke.

Maka dari itu ia meminta.

"Tetap begini?" Sasuke memandangnya dengan mata hitam malam. "Kau gila?"

"Lihatlah dirimu! Kau sudah pergi menghadapi misi- misi berbahaya, kenapa kau ingin kembali naik tingkatan? Memang apa bagusnya menjadi seorang jounin? Atau masuk ANBU? Itu berbahaya!"

(Semakin keras kau berusaha, semakin nyata jarakmu denganku. Semakin besar perbedaan di antara kita.)

"Maka dari itu aku harus lebih banyak berlatih," Sasuke menjelaskan -jengkel namun tidak marah. "Semakin banyak berlatih, aku akan semakin baik -dan kemungkinan untuk terluka semakin sedikit."

"Tapi nanti kau akan mendapatkan misi yang lebih sulit!"

"Dan mendapat lebih banyak uang."

"Kau tidak perlu peduli tentang uang, kau berasal dari salah satu klan paling kaya di negara ini!"

Menggelengkan kepalanya, Sasuke kembali meneguk tehnya. "Kau tidak akan mengerti, Sakura. Ini bukan hanya tentang uang."

"Ini tentang harga dirimu, kan?"

"Bukan itu." Sasuke memalingkan pandangannya. "Keluargaku memimpin organisasi keamanan di desa ini. Nii-san dan hampir semua Uchiha masuk ANBU atau menjadi jounin dan bergabung menjaga keamanan. Aku tidak bisa berhenti di tengah jalan dan menyerah."

"Tapi kau tidak menyerah, " ia bersikeras ( ia tidak mau kehilangan Sasuke- Sasuke sangat berarti untuk dilepas begitu saja) "kau hanya memilih jalan yang berbeda."

Sasuke hanya mengatakan hal yang sama. "Kau tidak akan mengerti."

Rasanya seperti ditusuk tepat di perut -kau tidak akan mengerti.

Tentu saja ia tidak akan mengerti -bagaimana ia bisa mengerti, kalau Sasuke tidak menerangkannya? Sakura selalu berbangga karena ia selalu tahu lebih banyak tentang Sasuke daripada orang lain, tapi ini, kali ini- ia tidak bisa mengerti.

Mereka enam belas tahun dan sama sekali belum dewasa, tapi karena Sasuke menganggap dirinya dewasa, Sakura juga begitu.

"Aku akan ikut ujian jounin berikutnya," kata Sasuke final padanya. "Aku akan sibuk berlatih beberapa saat ke depan."

Sakura tahu apa artinya itu. Itu berarti tidak ada lagi waktu luang -tidak ada jalan-jalan sore, tidak ada makan tengah malam di kedai takoyaki bersama. Sakura sudah biasa dengan ini, karena hal ini sudah pernah terjadi saat Sasuke mengikuti ujian chuunin -hampir satu bulan penuh tanpa melihat Sasuke, kecuali saat ia membuatkan onigiri dan mengantarnya ke tempat latihan Sasuke.

Satu detakan. "Baiklah." memangnya apalagi yang bisa ia katakan? Sasuke sangat keras kepala kadang-kadang, ia tidak akan berubah pikiran bahkan untuk Sakura.

Dari seberang meja, Sasuke meraih tangan Sakura dan membawanya menuju bibirnya. "Aku akan kembali dengan selamat," kata Sasuke.

Sebuah janji. Tidak tertulis, tidak diukir di atas batu -namun berasal dari Sasuke, dan dengan itu saja sudah cukup. Ia percaya kepada Sasuke. Ia selalu mempercayai Sasuke.

Jadi, ia tersenyum. "Baiklah."


Beginilah bagaimana Sakura tumbuh: dengan airmata, dengan perasaan bahwa ia akan selalu berada dalam bayang- bayang. Ia tidak mau mengakuinya, tapi ia takut- bahwa suatu hari, Sasuke akan kembali dengan luka parah, dan dia tidak bisa menyelamatkan Sasuke.

Sakura mencintai Sasuke begitu banyak - sampai terkadang, hanya dengan memikirkan Sasuke saja membuat hatinya seperti akan meledak. Hanya ada satu hal yang ia hargai di masa depannya lebih dari karirnya yang akan segera tercapai -dan itu adalah Sasuke. Baginya, Sasuke adalah keluarga.

Sasuke sudah menjadi seorang jounin sekarang. Sakura berpikir bahwa Sasuke hebat, tapi itu tidak menghentikan perasaan tidak nyaman yang bersarang di perutnya. Ada saat di mana Sasuke kembali dari misi dengan lengan yang patah dan memutar. Setelah perawatan di rumah sakit selama satu jam setengah, pemuda itu terlihat seperti hanya melakukan pengecekan biasa, tidak seperti baru terluka.

Saat seperti inilah yang membuat Sakura bertanya- tanya kenapa mereka membutuhkan dokter biasa saat ninja medis bisa melakukan segalanya?

"Ninja medis mengobati luka besar," Sasuke menjelaskan padanya satu kali. "tapi dokter sepertimu, mereka melakukan hal lainnya -mereka mengobati lecet dan membantu dalam fisioterapi. Ninja medis mengobati tubuh dan luka yang terlihat, tapi kau-" Sasuke berhenti, membuatnya menunggu.

"Apa?" tanyanya. "Aku apa?"

Suara Sasuke pelan, dan menolak menatap mata Sakura. "Kau mengobati hati."

Sakura baru delapan belas tahun, namun ia tahu bahwa itu adalah rasa yang kau dapatkan saat jatuh cinta. Belajar memahami, berkorban -Sakura merasa bahwa pengorbanannya terbayarkan saat momen manis seperti ini terjadi. Dan hanya dengan itu (mungkin tidak hanya dengan itu, mereka sampai di mana berdiri sekarang dengan langkah- langkah kecil) Sasuke menjadi alasan ia dapat merasakan hangatnya matahari menyentuh kulitnya, dan semilir angin lembut yang bertiup di pergelangan kakinya.

( Dan jika mereka seperti ini, Sakura bisa membayangkan menyebrangi samudra bersama Sasuke.)

Satu sore di musim gugur saat mereka menikmati teh bersama di kedai teh kegemaran Sakura. Tempat itu familiar, dengan lantai dari papan yang sudah berumur di bawah kakinya, dan aroma manis dango menguar di udara. Syal merah menghangatkan leher Sakura -syal yang sama yang diberikan Sasuke sebagai hadiah natal dua tahun lalu.

Sakura bercerita kepada Sasuke tentang pekerjaannya –agar Sasuke tidak merasa bersalah karena tidak bisa menceritakan pekerjaan Shinobinya- dan tentang beberapa pasien yang ia sukai, dan beberapa pasien yang rasanya ingin ia cekik saja lehernya. Ia bercerita tentang Yamanaka Ino, rekan kerjanya yang cerewet, dan Naruto yang akhirnya mendapat pekerjaan di Ichiraku, dan mungkin akan mengambil alih pimpinan beberapa tahun ke depan.

Sakura senang bercerita walau Sasuke terlihat seperti mengabaikannya, namun ia tahu sebenarnya Sasuke mendengarkan obrolan tidak pentingnya dan menanyakan satu dua pertanyaan dan mengingatkan Sakura bahwa ia tidak sedang mengobrol dengan batu.

"Ayahku," kata Sasuke tiba- tiba, memotong kalimat Sakura. " Ayahku berbicara kepadaku beberapa hari silam."

Sakura menutup mulutnya: diam, menunggu. Selalu saja menunggu. "Beliau bilang... Aku harus berhenti menemuimu."

Jeda. "Kenapa?"

"Kau bukan seorang shinobi. Kau tidak berasal dari suatu klan. Beliau menginginkan..." Sasuke tidak kuasa bertatap mata dengan Sakura. "Darah murni."

Beberapa saat jantung Sakura melompat ke tenggorokan. "Kau mungkin harus menikah dengan sepupu jauhmu atau siapa, kalau begitu." ia bergurau, tertawa. Sasuke tidak akan meninggalkannya hanya karena ayahnya menyuruhnya begitu.

Sasuke menatap Sakura, matanya gelap dan berat. "Mungkin begitu."

Menghela.

"Beliau mengatakan tidak masalah kalau aku tidak serius denganmu. Tapi jika aku serius, aku harus segera meninggalkanmu."

Cengkeraman di cangkir teh Sakura mengerat. Tidak ada nada bercanda dalam suara Sasuke, tidak ada kedutan di ujung bibirnya. Sasuke serius. Dan Sakura takut -karena dari seluruh kecemasannya, dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi - tanpa Sasuke, ia akan kehilangan arah hidupnya.

"Kalau begitu"- kalimatnya keluar disela nafas -"kalau begitu kita tidak serius. Memangnya sejak kapan kita serius, Sasuke-kun?"

Sasuke tidak menjawab.

Lewat tengah malam Sasuke membawa Sakura ke pinggiran desa, di ladang dengan angin musim gugur yang membuat merinding kuduknya. Namun langit bersih dan semuanya sangat bebas dan tak berujung di sini, sama seperti perasaan yang Sasuke berikan padanya.

Sasuke menciumnya di sana, manis dan lembut pada awalnya. Sangat mesra dan sempurna sampai airmata mulai mengalir dari sudut mata Sakura, tangan mungilnya mengepal meraih baju Sasuke.

Ia menarik Sasuke lebih dekat, karena Sasuke tidak boleh pergi, tidak boleh -dan Sasuke memperdalam ciumannya, rasanya buas sampai ia menemukan dirinya terhimpit di antara pohon dan tubuh kekar Sasuke, gesekan punggungnya dengan batang pohon sakit, namun ia tidak peduli karena ini Sasuke dan ia mencintai Sasuke.

Panas, ia tahu - rasa panas yang tidak baik sampai ia mendengar dirinya mendesah di bibir Sasuke. Sasuke melepas pagutannya, dan hanya merengkuhnya dalam pelukan, rasa hangat terasa mencekik , namun ia bisa merasakan debar di dada Sasuke yang menempel di dadanya seirama dengan miliknya, seperti tidak ada yang memisahkan mereka selain kain tipis yang membungkus tubuh mereka. Sepasang mata hijau terpejam dan ia hanya berdiri di sana, jatuh di pelukan Sasuke dan bernafas.

"Aku mencintaimu," gumam Sakura dari dada Sasuke -berkali- kali ia ucapkan kalimat itu dalam hidupnya, namun ini kali pertama ia ucapkan dengan segenap perasaan dan segalanya.

Ia mendengar suara Sasuke bergetar. "Aku juga."


Beginilah bagaimana dunia hancur.

Sakura hanya tahu sedikit sekali tentang shinobi, namun ia mengerti kata seperti Akatsuki dan Uchiha Madara. Nama itu tertulis di buku sejarahnya dan pernah ditanyakan saat ujian. Selama ini hal itu terasa sangat jauh buatnya, seperti khayalan tak berujung -namun untuk Sasuke, ia tahu bahwa hal demikian sangat nyata.

Konoha diserang dan jatuh dengan mudah -bangunan roboh dan api menyala di mana- mana.

Sakura tidak tahu harus melakukan apa -ia meraih kunai pemberian Sasuke bertahun silam, dan mencoba melangkah menuju rumah sakit.

Ia melewati Ichiraku, yang ajaibnya masih utuh saat ada sosok berkelebat di depannya.

"Kau bodoh," desis Sasuke.

"Apa yang sedang kau lakukan? Ikuti penduduk yang lain dan mengungsi!" mata Sasuke semerah darah. Untuk beberapa saat, Sakura pikir Sasuke buta -tapi Sasuke menatapnya dengan jernih, dan jantungnya mulai berdebar karena alasan yang berbeda.

"Aku harus ke rumah sakit," jelas Sakura nafasnya pendek karena berlari. "Mereka mungkin butuh bantuan dan-"

"Ada ninja medis di rumah sakit!" suara baritone itu memotong kalimat Sakura, membuat gadis itu berkedut.

"Kau harus pergi dari sini sebelum terluka! Kau tidak seperti ninja medis -kau tidak bisa melindungi dirimu sendiri!"

Sebelum Sakura bisa merespon, dia sudah berada dalam pelukan Sasuke, angin bertiup menerpa wajahnya. Ia merasakan seperti terbang, namun sebenarnya ini karena Sasuke membawanya melompat melewati atap, hal yang sangat mahir dilakukan pemuda itu dan membawanya menuju luar desa di mana penduduk yang lain sudah mengungsi.

"Sasuke-kun!" Sakura menggeliat di lengan Sasuke. "Lepaskan aku! Aku harus membantu!"

Sakura tidak pernah mendengar Sasuke membentaknya sebelumnya- tidap pernah mendengar nada tajam dan tanpa kehangatan dalam suara bariton itu.

"Sasuke-kun!"

"Dengarkan aku, Sakura!" Sasuke meletakan Sakura di atas tanah yang bergetar. "Tidak ada yang bisa kau lakukan sekarang kecuali melindungi dirimu sendiri. Ini-Aku-" saat itu Sakura baru menyadari ada sisa airmata di pipi Sasuke.

"Aku tidak pernah ingin kau melihat sisi diriku yang seperti ini." rambut hitam kelamnya lengket dan kotor oleh darah. Sakura merasakan perutmya berputar tidak nyaman.

Sakura menelan ludah menelan ludah. "Aku tidak apa-apa, sungguh..." ia meraihkan tangannya dan membasuh wajah Sasuke dari airmata, mencium kedua kelopak mata Sasuke saat nafas pemuda itu bergetar.
"Kau jangan mencemaskan aku."

"Kalau begitu aku mohon," suaranya parau, "mengungsilah."

Sasuke - ia akan melakukan apapun untuk Sasuke. Maka ia mengangguk. "B-Baiklah."


Beginilah bagaimana Sakura hancur.

Sebelum Sasuke berjalan melewati gerbang ujian ANBU, Sakura berdiri di ujung kakinya dan mencium pipi Sasuke, sama seperti yang selalu ia lakukan setiap kali Sasuke pergi misi.

"Aku akan kembali dengan selamat." kata Sasuke -kalimat yang ia dengar beribu kali, namun memiliki efek yang sama kuat seperti baru pertama.

Ia mengangguk, tersenyum -Sasuke menjauh darinya lagi, ia tahu- sebelum melambaikan tangan, melihat punggung kekasihnya menjauh.

( Dan rasanya sakit, melihat Sasuke mencoba mencari kedamaian dalam dirinya.)

Itu adalah saat terakhir Sakura melihat Sasuke dalam sepuluh hari ke depan. Itu adalah waktu ujian -membalikan langkahnya ia menuju kedai teh untuk beberapa dango. Dia akan memakan bagian Sasuke juga, mewakili. Sakura sudah bisa seperti ini -menghabiskan waktu yang lama tanpa Sasuke, dan ini bagus karena jika terus menempel dan bergantung pada Sasuke, tidaklah baik baginya.

Enam hari berikutnya, Sakura mendengar kabar yang menyebar di desa bahwa Sasuke sudah kembali, dia tidak masuk ANBU -setidaknya tidak kali ini. Penasaran, ia bertanya kepada Ino, karena Ino selalu tahu segalanya, dan gadis pirang itu mengatakan bahwa Sasuke terluka saat ujian dan hampir fatal jadi Sasuke terdiskualifikasi. Mata Sakura melebar dan tiba- tiba ia tidak bisa bernafas karena Sasuke, Sasuke-

Saat ia sampai di rumah sakit, Sasuke masih dalam operasi -dan tidak ada seorangpun di ruang tunggu.

( Cinta adalah pedang dengan dua mata pisau, Sakura harusnya tahu bahwa akan menyakitkan pada akhirnya.)

Kurang dari satu jam kemudian, seorang wanita duduk di sampingnya. Satu lirikan dapat menyimpulkan bahwa beliau adalah ibu Sasuke -ia pernah melihatnya beberapa kali.

Matanya merah dan Sakura berpikir mungkin ia dapat berbagi kegelisahan yang wanita itu rasakan. Ia mungkin mencintai Sasuke, namun ia bukan ibunya. Ia tidak benar- benar tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang anak.

"Aku selalu bertanya dalam hati," kata Mikoto, suaranya jauh. "bagaimana bisa kau bertahan bersamanya selama ini. Sasuke bukan -dia bukanlah pria ideal. Dia keras kepala dan mudah marah. Namun sepertinya kau bisa melunakkannya, dia selalu berbeda saat bersamamu."

Sakura menelan ludah. "Saya hanya- melakukan apa yang saya bisa."

"Kau juga bukan seorang kunoichi. Kau tidak tahu apa yang dialami shinobi - bahwa hidup mereka ada di garis tidak aman saat mereka keluar desa. Namun di samping semua itu -kau bertahan bersamanya dan dia tinggal bersamamu. Aku tidak bisa mengerti." isaknya.

"Menjadi seorang shinobi adalah sebagian besar hidup Sasuke, namun ia menolak untuk meninggalkanmu, walau kau sama sekali tidak ada hubungannya dengan bagian hidupnya itu."

Sakura menangis sekarang -ia tidak tahu kenapa, tepatnya, namun airmata tidak berhenti mengalir dan ia terisak yang jika saja Sasuke tahu, Sasuke pasti akan memutar matanya. "Kenapa kalian tidak membiarkan kami untuk bersama?"

Mikoto menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa mengomentari masalah itu. Suamiku tidak bisa mengerti -ia percaya bahwa cinta bisa dipelajari. Seorang shinobi dengan penduduk biasa- itu tidak biasa, karena seluruh perbedaan antara keduanya. Tapi - Sasuke adalah anakku..." ia mencengkeram saputangan di depan dadanya.

"Fugaku membentuk Itachi seperti yang ia inginkan, tapi aku tidak mau dia menyentuh Sasuke." Saat wanita itu melihat Sakura, matanya besar dan berkaca-kaca. "Aku tidak pernah melihat dia peduli kepada seseorang begitu banyak."

Terbatuk dengan airmatanya sendiri, Sakura hanya bisa mengangguk.

"Jangan menyerah, Sakura-chan. Apalagi di saat seperti ini."

"Aku tidak akan menyerah."

Tidak sekarang, tidak akan -tidak bahkan untuk sepuluh kehidupan yang lain. Sakura tidak akan pernah meninggalkan Sasuke.


Beginilah bagaimana Sakura bangkit: dengan lutut gemetar dan ketidakpastian yang cukup banyak untuk meremukan bumi.

Sakura selalu bangga karena ia lebih tangguh dan kuat jika dibandingkan dengan kebanyakan gadis lainnya, tapi dia bukannya tidak terkalahkan -jadi saat Sasuke terbangun setelah lama tak sadarkan diri, Sakura menangis sampai gemetar.

Sasuke terbungkus dengan perban di kepala dan tubuh bagian atasnya- perban yang harus diganti dua kali sehari. Saat Sasuke membuka matanya dan berkedip dengan pandangan muram, ia berkata dengan suara serak, "Aku didiskualifikasi, kan?"

Terburu menghapus airmata di pipi, Sakura tergopah membenarkan letak selimut Sasuke agar lebih erat menutupi tubuh pemuda itu. "Jangan mencemaskannya. Selalu ada lain waktu."

Sasuke mendesah, menatap langit- langit kamar. Sakura tidak tahu apa artinya masuk ANBU bagi Sasuke -saat menyangkut yang berhubungan dengan Shinobi, ia tidah tahu apapun. Namun sebagian dari dirinya merasa senang bahwa rencana Sasuke tertunda sebentar -karena itu berarti jarak antara dia dan Sasuke belum bertambah. Ia tidak tahan memikirkan Sasuke akan meninggalkannya berminggu- minggu untuk membahayakan hidupnya.

"Tidak ada lain waktu." Sasuke menolak menatap gadisnya.

"Apa maksudmu?"

"Aku sudah berjanji kepada ayahku..." Sasuke ragu, "bahwa jika aku tidak bisa melewati ujian ANBU, aku akan mengakhiri hubunganku denganmu."

( Dan di mana keadilan dalam dunia?)

"Apa -Kenapa? Sasuke-kun, itu sangat bodoh."

"Beliau bilang kalau aku bisa lulus, beliau akan mengizinkan kita tetap bersama." Sakura menggigit bibir bawahnya, mengingat apa yang dikatakan Mikoto beberapa hari lalu.

"Aku tidak bisa menolak begitu saja tawaran itu, Sakura. Kau tahu bahwa izin ayahku berarti selamanya."

( Padahal tidak ada yang lain di sini, kecuali harapan tanpa dosa untuk bisa bersama.)

"Lalu..." Sakura menelan ludah. "sekarang bagaimana?"

Sasuke mencoba susah payah untuk duduk, Sakura membantu menyangga bantal untuk memudahkan Sasuke.

"Akan aku pikirkannya." Sasuke meraih tangan mungil Sakura di tangannya, jemari saling meremas meminta kekuatan dan oh beginilah rasanya berharap tanpa harapan sama sekali.

Sakura mengunjungi kediaman Uchiha malam itu, melangkah hati- hati sepanjang jalan. Tempat yang asing baginya, karena Sasuke sama sekali tidak pernah mengajaknya ke sini -ada banyak tempat yang lebih baik, itulah yang selalu dikatakan Sasuke. Tempat ini adalah penjara.

Jadi, sungguh sebuah ironi -Sakura yang mencoba memasuki penjara untuk sebuah kebebasan.

"Sakura-chan!" Mikoto terlihat kaget begitu melihatnya di pintu depan. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Ia tersenyum lemah. "Jika diizinkan, bolehkah saya berbicara dengan ayah Sasuke-kun?"

Sakura kini mengerti kenapa Sasuke mengikuti perintah ayahnya seperti diancam hukuman mati. Pria itu memiliki kepercayaan diri yang dapat memindahkan gunung, dan Sakura merasa seluruh tubuhnya berguncang saat melihatnya. Sakura duduk berseberangan dengan Fugaku di meja makan, punggung tegak dan kaki ditekuk perlahan di bawah tubuhnya, saat Mikoto membuatkan mereka teh. Saat Fugaku sama sekali tidak mengatakan apapun, ia menelan ludah, tenggorokannya kering, lidahnya kaku, ia mencoba untuk langsung melakukannya.

"Tolong lepaskan Sasuke-kun."

Tak masuk akal, pikirnya -meminta seorang ayah untuk melepaskan anaknya sendiri. Sasuke berarti dunia bagi Fugaku, sama seperti Itachi. Tapi Fugaku punya dua dunia -bahkan lebih, dengan klan dan istrinya dan kedua anaknya dan pekerjaannya. Namun Sakura hanya punya satu dunia, dan ia tidak sedang meminta agar Fugaku melepaskan Sasuke sepenuhnya, ia hanya meminta agar Fugaku sedikit meloloskan tali kekangnya.

Tahu bahwa Fugaku tidak akan mengiyakan tanpa perlawanan, Sakura mencoba menjelaskan bagaimana arti Sasuke baginya -bahwa ia akan mencoba membuat Sasuke bahagia dan menjaganya sebaik yang ia bisa.

( Ia tidak bisa menjaga Sasuke dari musuh yang mencoba mematahkan lehernya -tapi ia bisa menyembuhkan hati Sasuke, ia bisa merengkuh Sasuke dekat dan memberikan Sasuke kekuatan.)

Sakura terus berbicara walau mata Fugaku tajam menembusnya, membuat ketetapan hatinya berombak sedikit -ia harus melakukan hal ini, untuk Sasuke. Selama ini selalu Sasuke yang melakukan berbagai hal untuknya, sekarang adalah gilirannya.

Mikoto meletakan satu cangkir teh di hadapan masing- masing dan mendudukan diri di samping Fugaku. "Tidakkah menurutmu dia baik untuk Sasuke? Dia membuat Sasuke berjalan lurus."

Fugaku mendesis, "Itu tidak merubah kenyataan bahwa dia orang biasa."

"Lagipula wanita Uchiha juga tidak diizinkan untuk kembali menjadi seorang kunoichi, jadi kenapa kau bersikeras?"

Sakura mengagumi Mikoto yang bisa berbicara seperti itu kepada Fugaku, tapi kemudian, banyak juga orang yang mengatakan bahwa Sakura sangat berani untuk memarahi Sasuke karena beberapa orang pasti tidak akan bertahan hidup jika melakukan hal itu.

"Dan jangan memulai membahas tentang darah kotor lagi, karena sebenarnya darah kita lah yang kotor."

Fugaku memalingkan wajah, jengkel. "Sasuke didiskualifikasi dari ujian."

"Dan pada ujian selanjutnya, Sasuke pasti lolos, dengan nilai bagus. Tidak semua orang bisa melakukannya sebaik seperti Itachi."

Saat Fugaku menatap Sakura, ia menatapnya balik. Mencoba terlihat seperti gadis tangguh yang selalu orang bilang. Sedikit sulit, tapi ia memikirkan Sasuke -Sasuke yang terbaring di ranjang rumah sakit, kecewa dengan dirinya sendiri. Sasuke yang selalu bersamanya sampai sekarang. Sasuke yang memberikan begitu banyak cahaya kepadanya, Sasuke yang membuat Sakura bersinar.

Fugaku menghela nafas. "Aku akan.. memikirkannya lagi." suaranya terdengar kaku, namun sebuah senyuman mengembang di wajah Sakura, ini sebuah permulaan.

Mikoto tersenyum lebar ke arahnya, ia tidak bisa tidak membalas senyum lebar itu dengan senyum lebar lainnya.

Ini hanya sebuah langkah kecil, namun langkah kecil tidak masalah untuk meraih seorang Uchiha Fugaku. Ini adalah kekuatan yang diberikan Sasuke kepadanya.


Beginilah bagaimana hidup terus berjalan.

Ada saat dimana Sakura meringkuk di bawah selimutnya. Ada saat dimana rasa takut mencengkeram erat hatinya sampai rasanya Sakura akan mati kehabisan nafas. Ini adalah bagian dari kehidupan dan tidak ada yang bisa ia lakukan tentangnya -namun kemudian pagi menjelang dan ia dapat mendengar suara Sasuke memanggil namanya, menyuruhnya untuk segera bangun.

Maka ia melakukannya.

Sakura menghayal tentang menikahi Sasuke -tentang hidup di bawah atap yang sama, tertidur ditemani suara nafas Sasuke. Sakura menghayal tentang memiliki anak yang berlari di kebun, mencoba menangkap kupu- kupu. Masa depan belum terlihat jelas dan tidak ada yang dapat dipastikan -pelajaran berharga yang ia dapat dari Sasuke, namun Sasuke juga mengajarkan Sakura untuk terus percaya.

Mereka masih menghabiskan waktu bersama di hari minggu sore. Di musim panas, mereka makan es krim bersama, namun di musim dingin, mereka saling merengkuh di ruang keluarga Sasuke dengan dua cangkir cokelat panas buatan Mikoto ( karena sekarang Fugaku sudah mengizinkan Sakura masuk.). Setelah bertahun-tahun, ia akhirnya bisa memasuki sisi lain kehidupan Sasuke, dan ia sangat menghargai setiap detiknya

"Aku mencintaimu." Kata Sakura dengan suara seperti lantunan lagu, sambil mencium pangkal hidung Sasuke. Ia terkekeh melihat ekspresi Sasuke.

"Shinobi tidak punya waktu untuk mencintai orang." namun ia dapat merasakan lengan Sasuke melingkari pinggangnya, menariknya lebih dekat, menjaganya tetap dekat.

Sakura tersenyum lebar. ""Tapi kau bisa, kan? Karena kau adalah Sasuke-kun dan kau bisa melakukan segalanya."

Sasuke tertawa lembut, namun menggema di dada Sakura, dalam dan membuat jiwanya menari. "Hanya untukmu."


AN : thankyou rawrchelle for letting me do this. i owe you, girl.

Sebenernya mau bikin OS untuk SasuSakuFanday, but life happend dan sampai sekarang itu OS belum selesai. jezz.

Segera beritahu Eve kalau ada miss-typo ya, people.

Anyway, Terimakasih sudah membaca.

Kritik, saran dan pendapat silahkan sampaikan lewat review.

-with cherry on top-

.the autumn evening.