Disclaimer : All Harry Potter character are the property of J. K. Rowling and all Kuroshitsuji character are the property of Yana Toboso. This is nothing more than a FANFICTION that I have Writen.
Warning : Mentions of character death, drama and angst maybe, foul language, AU, OOC, Typos, Master of Death Harry
Rating : T For now
Genre : Adventure, Frienship
"aaaaaaaaa" Percakapan
'aaaaaaaaa' Pemikiran
Prologue : Just My Luck
Harry merasakan tubuhnya melayang, melayang, melayang dengan tenangnya. MELAYANG?! What the...
Dengan susah payah dia membuka matanya, sekali dua kali dia mengerjap mencoba melihat dimana dia "melayang" tapi berakhir tanpa hasil. Dia tahu dia terlahir dengan warisan pengelihatan Potter yang terkenal dengan setengah butanya tanpa bantuan kacamata, tapi tempat ini memang sangat gelap. Jadi memang bukan kesalahan matanya kan? Dan tubuhnya juga sangat sulit digerakkan padahal dia tak merasakan ada yang mengekangnya. Tidak, ini berbeda rasanya, ini seperti seolah tubuhnya memang tak punya tenaga untuk menggerakkan anggotanya. Pahahal dia tak merasakan lelah, lebih tepatnya dia tak merasakan apapun pada tubuhnya hanya perasaan seolah melayang saja yang mampu dia rasakan.
Bosan dengan usaha sia-sianya, dia coba mengingat apa yang terjadi sampai dia bisa berada pada kondisinya saat ini. Seingatnya dia sedang berada di perpustakan keluarga Black, membaca beberapa buku yang dianggap Kementrian Sihir sebagai salah satu tiket menuju Azkaban. Ya, Buku tentang Sihir Hitam. Sihir Hitam Huh? Harry bukan lagi seorang anak naif dimana dia akan mempercayai apa pun yang Kementrian dekte kan pada seluruh kehidupan di dunia sihir. Dia bukan lagi anak yang percaya pada yang "hitam" adalah buruk dan yang "putih" adalah baik. Karena lihat apa yang terjadi pada hidupnya akibat kenaifannya dulu? Setelah dia mengalahkan Voldemort, dia pikir dia akan bisa hidup dengan normal, tapi nyatanya harapan yang dia inginkan sejak dulu tak pernah terjadi.
Beberapa bulan setelah hal itu kehidupannya relatif normal, senormal dimana kematian dikedua pihak begitu besar, senormal dimana sebagian dari dunia ini berkabung, dimana Dunia Sihir tak akan lagi sama seperti sebelum perang dimulai. Tapi paling tidak dia bisa kembali ke Hogwart, rumahnya. Dia membantu memperbaiki kastil yang rusak dan melanjutkan Tahun lama kelamaan mereka yang mengetahui kekuatan Harry yang besar mulai merasa takut dan menjauhinya, dan entah dari mana mulai menyebarnya isu bahwa dia akan menjadi Pangeran Kegelapan berikutnya.
Kehidupan Hogwart pada akhirnya sama seperti Tahun Kelimanya terulang lagi. Dia mencoba bersabar dengan hal itu, mencoba memahami perasaan mereka setelah perang, mencoba memahami ketakutan tidak rasional mereka. Tapi kesabaran pun ada batasnya dan itu dibuktikan saat orang-orang terdekatnya mulai menatapnya curiga setiap kali bertemu dengannnya. Dan bahkan Ron pun yang mengaku sahabat "Sang Harry Potter" menjauhinya. Lalu Hermione? Sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya dia memilih menjauh dari Harry seolah bersikap netral, cih benarkah? Dan Harry muak akan hal itu. Dia bukanlah pion yang bisa seenaknya digunakan saat mereka tak dapat menyelesaikan masalah dan seenaknya dibuang saat tak dibutuhkan.
Sejak saat itu Harry memutuskan keluar dari Hogwart dan mengurung diri di kediaman kelurga Black. Tak peduli dengan dunia di luar sana. Pada akhirnya penghuni dunia sihir tak lebih baik dari Muggle. Para pengecut yang membiarkan anak-anak dari usia 11 tahun untuk berjuang dan melawan penyihir terkuat seperti Voldemort, dan apa balasan yang dia dapat? Keluarga tanpa kasih sayang seperti Dursley? Kematian orang-orang terkasihnya Sirius, Remus, Orang tuanya? Hilangnya masa kecil dan remajanya? Sahabat yang meninggalkannya? Berapa pengorbanan yang dia harus berikan untuk sebuah kehidupan yang normal? Normal, rasanya kata ini begitu asing di kehidupan Harry Potter.
Dan kemarin, kalau itu bisa dibilang kemarin karena dia tidak tau berapa lama dia "melayang" ditempat ini. Dia hanya melakukan rutinitas seperti biasanya, bangun tidur lalu sarapan lalu mengurung diri di perpustakaan lalu... lalu dia mendengar bisikan?
Flashback
Harry membaca buku tua yang ada dipangkuannya dengan seriusnya tanpa menyadari kalau hari telah menjelang malam, tak memperdulikan bahwa ia telah melupakan makan siang dan tanpa ambil peduli pada Peri Rumah yang menyalakan lilin disekitarnya. Terus membaca hingga dia mendengar suara samar di sekelilingnya, awalnya dia mengacuhkan hal itu tapi lama kelamaan suara samar itu mulai terdengar lagi hingga seolah berbisik tepat di dekat telinganya. Saking terkejut Harry langsung berdiri dan berbalik dengan mengacungkan tongkat sihirnya, sebuah mantra sudah ada diujung lidahnya tapi hanya udara kosong yang dia lihat.
Harry mengitarkan pandanganya ke seluruh ruangan tapi tak menemukan siapa pun. 'Mungkin hanya imajinasiku' pikirnya. Lalu mengambil buku yang terjatuh ke lantai akibat ulahnya tadi. Saat dia menunduk untuk mengambil buku, muncul makhluk bertudung hitam seperti Dementor melayang di depannya. Dan bayangkan betapa terkejutnya dia melihat makhluk tersebut tiba-tiba muncul dihadapannya saat dia berdiri dari posisi menunduknya.
"khu khu khu, ekspresi Master sangat menghibur" ucap sosok itu pada Harry yang speecless saking terkejutnya. Suara makhluk itu hanya seperti sapuan angin, berbisik, tapi entah mengapa Harry mampu mendengarnya dengan baik.
"Ma.. Makhluk apa kau ini?!" Tanya Harry yang sebisa mungkin mengembalikan topeng dinginnya ke tempat semula. Walau Harry tidak mau mengakui kalau suaranya barusan terdengar agak histeris.
" khu khu Lama tak bertemu Master, Kau pernah bertemu denganku beberapa kali tapi aku tak pernah mampu membawamu" Gumam makhluk tersebut.
Setelah mengatasi keterkejutannya Harry mulai mengamati makhluk di hadapannya, dan yang terlintas dibenaknya adalah Dementor. Jubah hitam panjang, melayang, berkerudung hingga ia tak dapat melihat bagian wajahnya, dan tangan yang terlihat seperti kerangka. Dan suasana yang mencekam, benar-benar Dementor... tapi sejak kapan Dementor bisa bicara? Dan kenapa dia tak mulai terjatuh ke dalam kenangan buruknya? Hingga dia tersadar kalau makhluk di depannya tadi memanggilnya... master? "Apa maksudmu memanggilku master? Kau ini apa sebenarnya?" Tanya Harry sebisa mungkin bersikap tenang.
"Ahhhh, kau masih belum menyadarinya ternyata. Siapa aku tidaklah penting. Aku kesini karena ingin memberikan sebuah penawaran padamu, Master"
"Penawaran?" Tanya Harry, apa yang bisa ditawarkan makhluk seperti ini padanya?
"Ya, penawaran, dunia yang kau tempati ini sudah mulai tua, dan Sihir akan mulai lenyap. Tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Dan aku tau kau tak lagi bahagia dengan dinia ini. Penawaranku adalah aku mampu membuatmu pergi dari dunia ini dam memulai hidup yang baru. Kehidupan yang kau inginkan."
Harry menatap makhluk dihadapannya dengan pandangan horror. Makhluk apa yang sebenarnya dia hadapi? Sekuat apa dia sampai bisa membuat seseorang pergi dari dunia ini? secara harafiah. "Ap.. apa?" jawab Harry lirih.
"Keputusan ada ditanganmu, Master." Kata makhluk itu dengan nada final.
Harry tau bahwa apa yang dikatakan oleh makhluk itu benar adanya. Dia tak lagi bahagia dengan dunia ini. Tak ada lagi yang akan menghentikannya sekalipun dia pergi. Tak ada lagi Sirius, tak ada lagi mereka yang akan menyayanginya. Tapi akankah dia siap untuk meninggakan dunia ini dan memulai sesuatu yang baru? Sesuatu hal yang belum pasti?
"Jawabanmu, Master?" Tanya sosok tersebut dengan mengulurkan tangan kanannya yang tampak seperti kerangka. Untuk sesaat Harry hanya menatap tangan yang terulur padanya. Dan entah kekuatan dari mana Harry menyambut tangan tersebut tanpa ada perasaan takut. Dia sudah memutuskan. Jika ini memang satu-satunya jalan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. So be it.
Setelah tangan Harry berada digenggamannya, makhluk tersebut mendekatkan tubuhnya hingga tubuh Harry yang lebih kecil berada dalam dekapannya. Insting Harry seolah tau untuk mempercayai makhluk ini. Hingga Harry merasa tubuhnya terasa ringan, ringan, dan dalam kesadarannya yang mulai menipis dia mendengar sayup sayup suara yang dibisikkan ditelinganya, "Aku adalah Kematian."
Flashback End
Setelah akhirnya Harry mengingat apa yang terjadi dia hanya bisa merutuki nasib dan kebodohannya. Kematian huh? 'Apa itu artinya aku sudah mati saat ini?'
"Tentu saja belum, Master. Petualanganmu bahkan belum dimulai." Suara familiar itu terdengar lagi. Sebelum Harry mampu menanggapinya, kesadarannya mulai menghilang dan...gelap.
to be continued....
Hurraaaaaaaaaaiii akhirnya fanfic ini selesai juga XD
Kayaknya ini jadi ff crossover Harry Potter and Kuroshitsuji pertama ya? hm hm?
