Tittle : Lightsaber
Author : Lee JinAe
Genre : AU, Crime, Hurt-Comfort, Mystery (maybe)
Rate : PG-15
Length : Chaptered
Cast : SM Family
Summary : Lightsaber adalah pembunuh berdarah dingin. Ia selalu membunuh target tanpa meninggalkan jejak apapun kecuali sebuah gambar goresan pada tubuh korban. Bahkan setelah satu tahun polisi masih sulit untuk melacak dan menemukan Lightsaber. Tapi satu hal yang polisi tidak tahu, bahwa lightsaber berada sangat dekat dengannya.
Sesuatu yang terbiasa dalam kegelapan, sulit untuknya menerima cahaya yang masuk, walaupun dia berasal dari cahaya
.
.
CHAPTER 1
.
.
"Pagi ini ditemukan mayat di daerah Sungai Han. Setelah diselidiki, polisi mencurigai bahwa Lightsaber yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Goresan berupa lampu pijar terdapat di punggung korban, sama seperti korban-korban pembunuhan Lightsaber yang lain. Sampai saat ini…"
TRIINNG TRIIING TRIIING
"Yo.." Sapa seorang dari sebrang telepon setelah pemuda berkulit pucat itu menjawab telepon.
"Ya.. Kau sudah lihat?" Balasnya dengan nada malas.
"Hm tentu, karya yang sangat bagus"
"Begitukah? Setelah ini karya siapa lagi?"
"Tidak tahu. Aku belum menghubunginya. Sampai ketemu nanti, Wind"
"Hm sampai ketemu nanti, Dark"
Telepon ditutup. Ia kembali menatap layar televisi yang menayangkan berita pembunuhan. Melirik sedikit arloji di tangan kirinya yang menunjukkan pukul 06.50. Sigap, ia raih tas yang berada di atas meja makan dan mematikan televisi dengan remote yang juga ada di sana.
"yosh waktunya berangkat untuk hari yang melelahkan."
.
.
Motor BMW S1000RR putih baru saja terparkir di parkiran sekolah elit itu. Si pengendara motor melepaskan helm-nya dan bersiap memasuki sekolah. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang menarik bahunya dari belakang.
"Ya! Kau tidak melihatku memanggilmu dari halte tadi? Kau.. benar-benar.. menyebalkan!" Kata seseorang yang telah menarik bahunya dengan terengah-engah.
"Maaf, aku memang tak mendengarmu. Lagian kenapa kau terlihat sangat berantakan seperti ini?" Tanyanya melihat orang itu. Dasi yang tidak terpasang dengan benar, kerah baju yang berdiri, baju yang keluar, rambut acak-acakan, benar-benar penampilan yang berantakan.
"Kau kira salah siapa aku seperti ini?! Aku mengejarmu dari halte hingga ke sini, bodoh!" bentak orang tersebut.
"Mengejarku? Kemana mobilmu?" Tanyanya sambil melihat ke parkiran mobil, memastikan orang itu memang tidak membawa mobilnya.
"Haaah sudahlah. Nanti aku ceritakan. Sekarang aku harus merapikan ini dulu. Kau mau menemaniku tidak?" Tanya orang itu sambil menarik tangannya pergi dari sana.
"Ck kau menanyaiku tapi kau menarikku terlebih dahulu. Cepatlah aku temani." Mereka berlari bersama menuju ruang ganti sebelum alarm masuk kelas berbunyi.
Kelas 3-2 tampak hening. Hanya terdengar goresan alat tulis dan suara instruktur dari laptop yang ada di depan kelas. Semua mata terfokus pada pantulan gambar dari proyektor di depan kelas, sedangkan guru yang seharusnya mengajar duduk mengawasi siswa dari mejanya.
Sekolah ini adalah salah satu sekolah elit di negara itu. Metode belajar-mengajarnya juga berbeda dari sekolah lain. Di sekolah ini, guru hanya sebagai fasilitator. Siswa yang harus mencari bahan dan belajar sendiri. Setelah guru memberikan mata pelajaran beserta indikator pelajarannya, siswa harus mencari bahan pelajaran tersebut. Siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah seperti laboratorium, internet, dan perpustakaan. Di sekolah ini, siswa sangat dituntut untuk aktif. Jika siswa yang malas, maka siap-siap akan di drop out dari sekolah, karena sekolah ini tidak mengenal kata tinggal kelas. Sekali gagal maka harus keluar. Jadi wajar saja orang beranggapan siswa dari sekolah ini adalah siswa polos yang hanya tahu belajar saja.
TRIIING TRIIING TRIIING! Bel untuk istirahat telah berbunyi. Siswa dengan tertib keluar kelas masing-masing. Melepaskan jenuh dan mengisi tenaga setelah belajar selama tiga jam. Begitupun dengan siswa di kelas 3-2.
"Hai pucat! Kau tidak ke kantin?"
"Siapa yang kau panggil pucat, Kai? Kau tidak mau aku tumpangi pulang sekolah nanti?" Tanyanya dengan nada datar.
"Haha aku hanya bercanda Sehun. Kau harus mengantarku pulang nanti. Bukankah sudah ku katakan mobilku tidak bisa digunakan. Oke, aku ke keluar dulu." Ujar Kai yang sudah ada di pintu kelas.
Sekarang hanya Sehun yang tinggal di kelas tersebut. Ia melihat keluar jendela. Dari tempat ia duduk, pemandangan halaman belakang sekolah dapat terlihat. Halaman belakang sekolah sangat luas. Di sana ada bangunan kecil yang biasanya di gunakan pihak sekolah untuk menyimpan peralatan yang tidak terpakai dan kemudian membuangnnya atau menjualnya ke tukang loak jika sudah terkumpul. Gudang itu juga sering dikatakan angker oleh siswa. Sangat jarang bahkan hampir tidak ada siswa yang mendekati gudang itu.
Sehun mengernyit melihat seorang siswa berambut merah gelap keluar dari dalam gudang itu. Siswa itu sesekali memperbaiki letak kacamata bulatnya. Kacamata itu terlalu besar di wajahnya, hingga setiap saat ia harus memperbaiki letak kacamata itu. Seragam yang siswa itu gunakan sangat rapi. Sangat terlihat seperti siswa teladan jika saja rambutnya tidak berwarna merah. Sehun terkikik melihatnya.
Kai masuk kembali ke kelas. Ia segera duduk di samping Sehun yang tengah melihat keluar jendela. Ia meletakkan sebuah sandwich dan susu cokelat di meja Sehun.
"Thankyou brother!" Kata Sehun. Ia lapar, sangat malahan. Baru ingat dari tadi malam ia tidak sempat makan. Bersyukurlah Kai berbaik hati membelikannya makanan. Namun, baru saja ia membuka sandwich itu, bell berbunyi dan guru yang mengajar serta siswa lain langsung masuk ke kelas. Dilihatnya Kai menahan tawa di sampingnya.
.
.
Kantor polisi di pusat kota tampak sangat sibuk. Setiap orang tidak henti-hentinya menerima telepon yang masuk di ruangan informasi. Berbagai keluhan masyarakat di terima di ruangan informasi tersebut. Apalagi semenjak ada kasus pembunuhan dengan tanda pedang cahaya di tubuh korban, keluhan masyarakat tambah banyak. Membuat para staff kehilangan waktu istirahat mereka.
"Petugas Kim, tolong antarkan hasil analisis pembunuhan semalam kepada Tim Penyidik Pembunahan 1." Teriak seseorang yang memakai jas putih.
"Siap Ketua Lee Sungmin." Jawab Petugas Kim atas perintah Ketua Tim Forensik itu. Beruntunglah petugas itu, ia tak harus memakan waktu lama untuk menemukan anggota Tim Penyidik Pembunuhan itu.
"Detektif Xi, syukurlah aku bertemu denganmu di sini. Ketua Lee menyuruhku mengantarkan hasil analisis pembunuhan semalam." Ujar Petugas Kim saat bertemu salah satu anggota Tim Penyidik Pembunuhan di depan pintu masuk ruangan pusat informasi itu.
"Terima kasih Petugas Kim. Aku memang juga akan menemui Ketua Lee untuk ini. kalau begitu aku permisi." Kata Detektif Xi. Ia kembali ke ruangannya. Di sana sudah ada lima anggota lain termasuk ketua mereka.
"Ini hasil yang tadi diberikan Tim Forensik, Ketua." Detektif Xi memberikan berkas yang ia terima kepada pemimpin kelompok itu. Sambil menggumamkan terima kasih ketua tim menerima berkas yang diserahkan Detektif Xi, dan membagikannya kepada anggotanya.
"Brengsek! Lagi-lagi Lightsaber." Maki ketua tim. Ia meremas kertas di genggamannya. Kesal karena analisis pelaku pembunuhan itu tetap sama dengan pelaku pembunuhan selama dua tahun terakhir yang belum berhasil ditangkapnya.
"Ketua, sepertinya kali ini pelaku juga tidak meninggalkan jejak selain gambar seperti biasanya." Ujar Detektif Kim Jaejoong.
"Benar Hyeong. Baiklah, Luhan tolong minta petugas untuk menginformasikan kepada seluruh sekolah untuk meminta siswanya agar segera pulang setelah sekolah selesai, setelah itu tolong kau lihat lagi CCTV di sekitar TKP. Minho dan Luna tolong siapkan bahan untuk rapat tentang ini jam empat nanti. Jaejoong Hyeong tolong tulis laporan tentang ini dan berikan ke atasan, Detektif Wu. Ingat Hyeong, harus langsung ke tangan Detektif Wu. Dan Kibum Hyeong, kita akan ke TKP sekarang." Perintah ketua tim kepada seluruh anggota.
"Siap, Ketua!" Ujar seluruh anggota dan bergegas melaksanakan perintah ketua mereka.
"Lightsaber atau siapapun itu harus kita tangkap secepatnya." Gumam ketua tim, Cho Kyuhyun.
.
.
Kelas 3-2 tampak ribut setelah bell pulang sekolah berbunyi. Baik siswa maupun guru membereskan perlengkapannya, bersiap untuk keluar kelas. Namun, tak seperti biasanya, Kang Saem yang selalu keluar lebih dahulu jika kelas selesai, sekarang terlihat menunggu siswanya selesai membereskan peralatan mereka. Setelah ia rasa siswanya selesai, ─melihat bagaimana mereka kembali berbincang membuat kelas itu tambah ribut─ Kang Saem memukul meja dengan tangannya mengisyaratkan agar siswanya berhenti berbicara.
"Begitu senangkah kalian pulang sekolah, huh?" Tanyanya yang di jawab dengan sorakan 'iya' dan acungan jempol oleh siswanya. Ia terkekeh sejenak melihat para siswa tingkat akhir itu yang masih terlihat kekanakan.
"Anak-anak, kalian tahu banyak berita kriminal baik tentang pembunuhan, perampokan, teroris, penculikan dan lainnya yang terjadi di sekitar kita. Jadi, tadi ada beberapa petugas polisi yang langsung mendatangi sekolah kita. Mereka meminta agar kalian tidak berkeliaran di luar sekolah setelah sekolah selesai. Aku juga berharap kalian mengulang pelajaran di rumah. Ingat! Kalian sudah kelas 3. Jika kalian tidak bisa mendapatkan nilai bagus di ujian tengah semester nanti, maka berhentilah berharap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Jika kalian punya waktu untuk keliaran di luar, lebih baik kalian gunakan itu untuk belajar di rumah. Mengerti?!" Ujar Kang Saem di depan kelas.
"Ne~ Saem!" Jawab murid serempak. Mereka keluar kelas satu persatu setelah mendengar ceramah sang guru. Kemudian pintu kelas ditutup oleh sang guru.
Kai dan Sehun telah tiba di halaman sekolah. Sedari tadi Kai tak henti-hentinya menertawakan Sehun yang perutnya mengeluarkan bunyi aneh, tanda ia kelaparan. Mereka berdua berjalan beriringan ke parkiran motor, masih diselingi oleh Kai yang sesekali tertawa. Saat melintasi halaman sekolah yang luas, mereka berpapasan dengan seorang lelaki berambut merah gelap. Lelaki yang dilihat Sehun dari kelasnya tadi. Sejenak mata mereka bertemu dengan mata lelaki itu.
"Benar-benar idiot." Ujar Kai pelan dan tertawa setelah lelaki berambut merah gelap tadi jauh dari mereka. Ia kemudian mendapat tatapan tajam dari Sehun.
"Jaga ucapanmu Kai. Sudahlah berhenti tertawa atau aku tidak akan memberikan tumpangan padamu." Ujar Sehun yang telah duduk di motornya. Ia membuka sandwich yang diberikan Kai tadi dan kemudian memakan roti isi tersebut dengan lahap.
"Oke aku berhenti." Kata Kai dan menghentikan tawa bodohnya itu. Mereka terdiam beberapa saat. Sehun yang sibuk dengan makanannya, dan Kai yang sudah sibuk dengan ponsel pintarnya.
"Setelah karya Wind yang memuaskan, selanjutnya kalian akan melihat karyaku minggu depan. Light"
.
.
.
TBC or delete
annyeong reader-nim... jin comeback dengan ff baru nih. ini baru chapter awal, jika banyak yang minat untuk membacanya, jin akan memposting chapter 2 nya minggu depan..
jika selesai membaca tolong tinggalin jejak di kotak review, oke.. please give me your like and comment for my fict ^^
