Author: Athiya064

Title: { CHaptered} Twilight Remake Sequel

Genre: Yaoi. Romantic, Drama, SchoolLife, OOC(Out Of Character, beda banget sama aslinya!)

Rating: Teen, PG-13

Cast:

Xi Lu Han(Exo M Luhan)

Oh Sehun (Exo K Sehun)

Other cast:

Kim Joonmyeon (Suho) – Zhang Yi Xing (Lay) = Dr. Kim & Wife

Kim Jongin (Kai) – Do Kyungsoo (D.O) = Dr. Kim & Wife's stepchildren (A Couple)

Kris Wu (Kris) – Huang Zi Tao (Tao) = Dr. Kim & Wife's stepchildren (A Couple)

EXO's Other Member

SM's Member

Cari sendiri

Guest Cast:

Lee Gikwang = Sam

Zelo = Seth

Victoria Song Qian = Sue

Suzy = Leah

Ps: Iseng-iseng baca lagi twilight remake aku, eh gataunya kepikiran bikin kaya sequelnya gitu. ini banyak yang murni dari pikiran aku sih, tapi tetep masih setengah remake dari saga nya twilight. alurnya aku campur-campur dari new moon sama eclipse tapi tetep nanti ada parti kalo Luhan bakal diubah jadi vampir kok, hanya lebih ke gaya menulisnya aku aja hehehe xD

Desclaimer: All cast belong to their self and god. PLOT IS MINE ATHIYA064! Kesamaan tempat dan nama hanya sebuah rekayasa ataupun kebetulan!

Contact me on:

fb: athiya almas

wp: .com

Cerita ini hanya untuk yang menyukainya. Kalo gak suka jangan dibaca ya, DON'T BE A PLAGIATOR! TIDAK TERIMA BASH… this is just my imagination. RCL please^^

Happy reading

Kami –aku dan Sehun maksudnya- duduk di taman bunga, saat ini musim semi. Tapi di Jeju, musim semi ataupun salju tak merubah apapun, awan yang bergulung-gulung tetap saja memayungi Jeju dan sekitarnya. Tapi sekarang, gumpalan awan itu tak lagi menyebalkan bagiku, ya selama Sehun ada di sini.

"Suhu tubuhmu lebih panas dari biasanya," Sehun berkata dengan suara rendah, ia meletakkan dagunya tepat di pucuk kepalaku, sementara aku mencari tempat yang nyaman di dadanya yang bidang. "Hm benarkah? Kurasa aku akan demam, kau tahu akhir-akhir ini aku kelelahan."

Ia menyentuhkan telapak tangannya di pipiku, telapak tangan itu bagai membingkai wajahku. "Beristirahatlah, aku tak ingin gadisku sakit." Aku tersenyum kecil, "Aku bukan gadis Sehun-ah. Dan, ya aku akan beristirahat. Tapi nanti, atau tidak, atau entahlah.. kadang tubuh manusia ini menyusahkanku."

"Jangan memulai Luhan.." Sehun mengelus suraiku lembut, aku makin membenamkan diri ke pelukannya. Beruntung hari ini cuaca bersahabat dan tak sedingin biasanya, aku jadi tak terlalu peduli dengan suhu badan Sehun yang sedingin es. Aku mengerang kecil, "Kau selalu menghindarinya,"

Ya kapanpun aku menagih janji Sehun –atau itu memang bukan sebuah janji- Sehun selalu menghindarinya. Padahal menurutku dengan jadi makhluk Imortal aku pasti bisa bertahan lebih lama, bisa menyayanginya lebih baik, bisa memiliki waktu bersamanya tanpa perlu khawatir aku akan semakin tua dan rapuh. "Mengapa kau selalu menolaknya?"

"Apa kau yakin menginginkan jadi sepertiku? Seperti monster? Menjadi makhluk imortal?" aku mengangguk, lalu melepaskan diri dari pelukannya. Aku memandang mata emasnya dengan pandangan lurus, lalu mengangguk kembali. "A-aku yakin, kalau aku akan bisa mengikuti gaya hidupmu maupun dokter Kim. Aku akan jadi vampir yang lebih memiliki etika, aku hanya takut ketika umur akan membatasiku untuk mencintaimu Sehunnie." Aku menunduk.

"Memang begitu seharusnya Luhan, kau harus beruntung memiliki kehidupan ini. Lagipula, kau kan tahu betapa sakit racun itu ketika masuk ke dalam pembuluh darahmu? Aku tak ingin menyakitimu Luhan." Aku menggeleng, "Andwae, aku menginginkanmu. Aku akan jauh lebih bahagia ketika aku dan kau hidup dalam 'kehidupan' yang sama. Dan aku bisa menahan sakitnya, bila kau menggantikannya dengan keabadian."

"Terkadang aku menyangkal bahwa kau berkebangsaan China, kau berbicara Korea dengan lancar sekali. Bahkan dari pendengaranku, suaramu terdengar bagai melodi yang tersusun dengan indah." Aku memutar bola mataku, ia selalu mengalihkan pembicaraan. "Sehunna, you may take anything from me. Tapi aku mohon, rubahlah aku.." aku menampilkan pandangan memelas, berusaha menembus kedalam dinginnya hati Sehun.

"Don't beg me, baiklah.. tapi aku punya satu syarat." Ini jawaban yang aku tunggu dari Sehun! Aku tersenyum kecil, tapi.. syarat? "Malhaebwa." Aku mengatakan dengan tulus, aku sudah berjanji kan?

"Xi Luhan, would you marry me?"

. . .

"Apa pulang sekolah nanti kau mau makan bersama?" saat ini kelas sastra milik Prof. Kang, sedikit membosankan karena kami berulang-kali diwajibkan menonton film tentang roman, balada, atau kisah cinta yang ironi. Dan itu sama sekali bukan bidangku untuk menjiwainya, aku bahkan tak benar-benar tahu apa arti cinta sebelum Sehun masuk ke kehidupanku. Baiklah ini sedikit cheesy.

"Makan bersama adalah saat dimana hanya aku yang makan dan kau akan memandangiku selama aku makan dan membuatku merasa seolah-olah di wajahku ada kotoran." Gerutuku. "Lebih tepatnya aku memandang wajahmu karena kau terlihat bagai mahakarya seni, dan aku beruntung karena aku satu-satunya orang yang bisa memandangmu."

"Hell yeah Sehun berhentilah. Apakah orang-orang di abadmu senang sekali menggombal?" Sehun tertawa kecil hingga kedua matanya menyipit dan membentuk dua bulan sabit yang indah. "Ini adalah cara kami untuk menyampaikan rasa cinta, di jamanku dulu bahkan sebelum aku bisa memegang telapak tangan wanita untuk aku genggam aku harus bertekuk lutut untuk meminta ijin terlebih dahulu. Sesopan itulah kami di abad itu,"

"Dan kau.. melakukannya?" aku mengangkat sebelah alis, membayangkan Sehun bertingkah sesopan itu pada wanita lain dan itu sedikit.. menyakitkan. "Hm, ya begitulah. Dulu aku memiliki seorang sahabat, tapi ia seorang noona. Jadi aku memperlakukannya lebih sopan daripada orang lain." Sehun mengakui, ternyata ia memperlakukan orang sebaik itu apalagi seorang gadis.

"Apa kalian menjalin hubungan spesial?" tanyaku blak-blakan kemudian aku ingin memukul kepalaku sendiri karena telah bertanya. "Hng, tidak." Aku sedikit merasa lega. "Ini kenyataan meski terdengar narsis, tapi sedari dulu orang-orang akan memberi pandangan tertarik padaku. Dulu, gadis-gadis Korea kuno masih mengenakan hanbok ketika bepergian. Aku tak terlalu tertarik dengan hubungan cinta, aku menekuni bidang akademik dan bekerja keras demi nilai-nilai yang sempurna. Kemudian ada seorang noona yang mendekatiku tapi tak memberi pandangan tertarik, dan ia memperlakukanku bagai adik kandungnya. Itulah mengapa aku dekat dengannya, dan bukankah aku telah memberikanmu isyarat bahwa kaulah yang pertama kali masuk dalam hatiku."

Aku mengulum senyum senang, "Benarkah?" Sehun mengangguk. "Kau tak sekalipun jatuh cinta dalam 110 tahun kau hidup?" Sehun menggumam tak jelas kemudian tanpa ragu menggeleng. "Tidak pernah sekalipun, maka seharusnya kau merasa bangga Mrs. Oh."

"Ige mwoya? Aigoo aku bukan wanita, aku harus menjelaskan berapa kali padamu? Aku juga belum jadi istrimu kan? Dan mengapa kau mengenakan marga kunomu? Bukankah kau telah berubah marga menjadi Kim?" Sehun mencubit pipiku pelan. "Kau terlihat bagi seorang gadis, bahkan lebih menawan dari kebanyakan gadis. Dan soal marga, baik Oh atau Kim aku menyukai keduanya. Hanya saja Oh mengingatkanku tentang masa laluku, soal menjadi istriku bukankah sebentar lagi aku akan melamarmu hm?"

"Mr. Xi dan Mr. Kim apa percakapan kalian lebih menarik daripada film yang aku putar di proyektor?" setidaknya meski dimarahi oleh Prof. Kang, aku terhindar dari percakapan tentang pernikahan yang selalu diungkit Sehun.

Restaurant

"Mengapa kau menghindari percakapan tentang pernikahan hm? Bukankah awalnya kau yang menggebu-gebu memintaku untuk merubahmu?" Sehun berkata dengan nada lirih sementara aku mulai memotong-motong steak tenderloin milikku. "Tapi kau tak bilang kalau syaratnya adalah menikah tuan Oh."

Ia terkekeh pelan, "Kau turuti syarat yang aku berikan maka aku akan mengabulkan permintaanmu. That's a deal Luhannie~" aku menggeleng, "Itu akan.. memalukan. Kau tahu, aku meminta agar kau merubahku sebelum umur 20 ku berakhir, dan itu berarti sebentar lagi. Dan tidak akan ada yang menilai pasangan gay yang menikah muda sebagai orang normal."

"Bukankah kita memang tidak normal sedari awal hm?" aku menggeleng, aish Sehun tak mengerti maksudku. "M-mengapa harus menikah? Bagaimana kalau orang-orang menilai aku terkena virus aneh yang menyebabkan aku hamil di umur muda dan jadi satu-satunya lelaki di dunia yang hamil ketika memiliki kekasih lelaki juga? Bagaimana kalau mereka mengira kita akan married by accident?"

"Mengapa pikiranmu jauh sekali?" tanya Sehun. "Karena di tahun 2013 ini menikah muda dan sesama jenis adalah salah satu cara mengatakan kalau aku terkena virus berbahaya, kemudian aku tidak normal dan yang terakhir virus itu menyebabkan aku hamil." Aku tak tahu mengapa aku berkata-kata sevulgar ini.

"Ternyata pikiran kita jauh berbeda, di jamanku menikah adalah cara untuk menunjukkan bahwa aku sangat mencintaimu dan kau benar-benar milikku." Aku memutar bola mataku malas, "Begini, ketika kau mengajak menikah gadis berumur 20-an sepertiku di jaman sekarang saja sudah dianggap sedikit tidak normal. Apalagi karena kita sesama jenis, bisakah kita menikah lain kali? Maksudku akan lebih baik ketika aku telah membeku di umur 20 saja kemudian kita akan menikah ketika teman sebaya kita juga mulai menikah, bagaimana?"

"No, that's a deal. Aku hanya akan mengabulkan permintaanmu ketika kau juga menuruti syarat yang aku berikan." Aku membenturkan kepalaku ke meja pelan, "Baiklah.. biarkan aku berpikir, lagipula sebentar lagi kita juga akan lulus kan?"

"Dan, Sehun aku mencium bau darah. Bisa kita keluar? Aku.. ya bisa dibilang sedikit phobia pada darah dan luka, baunya seperti kaleng berkarat dan itu menusuk indra penciumanku. Ugh kurasa aku ingin muntah,"

"Hm, sebenarnya aku telah mencium aromanya sedari tadi. Tak kurasa indramu peka juga, baiklah aku akan membayar billnya kau tunggu disini kemudian aku akan menggendongmu masuk mobil." Aku telah keluar bahkan sebelum Sehun menyelesaikan urusannya dengan pelayan genit yang sengaja mengulur waktu dan berpura-pura linglung agar Sehun lebih lama menatapnya.

"Luhan, kau butuh paperbag?" tanya Sehun, aku menggeleng. Aku hanya mencoba menstabilkan sistem pencernaanku sebentar, kemudian aku membuat jok mobil Sehun lebih rendah agar aku bisa berbaring. "Itu tadi, ada pelanggan yang terkena pisau saat mengiris. Aku sudah hampir mengeluarkan naluri binatangku tapi aku menahannya karena kita sedang terlibat percakapan penting, kemudian aku berusaha mengendalikan diriku dengan mencium aromamu dalam-dalam. Ya meski kemudian sekarang tenggorokanku terasa kering dan terbakar tapi setidaknya itu lebih baik, kau membuatku kenyang. Juga aku penasaran bagaimana bisa manusia sepeka itu terhadap aroma darah?" Sehun terkekeh.

"Entahlah, aku dari dulu tak pernah bersahabat dengan cairan pekat itu. Dan beruntungnya ketika aku sendiri yang terluka aku akan pingsan dengan cepat sehingga tak melihat darah itu lebih lama seperti waktu Yongguk melukaiku,"

"Em, ya sudahlah berhenti membahasnya. Dan oh, mau kemana kita sekarang?" tanya Sehun mulai menyalakan mesin mobilnya. "Ayah menyuruhku pergi ke rumah Choi Seunghyun ahjussi, ayah bilang ia sedang kesepian dan butuh paman itu untuk menemaninya menonton siaran ulang beberapa pertandingan bola."

"Well, kenapa ayahmu tak menelpon?" aku mengangkat bahu. "Entah, keluarga Choi sepertinya tak tertarik untuk mengurusi ponselnya bahkan mereka tak menggunakan jasa telepon rumah." Jawabku, dan itu adalah kenyataan aneh di tengah era global seperti ini. "Apa kau mau mengantarku?"

"Mianhae Lu, tapi aku tidak bisa. Kemana saja asal tak ke tanah teritorial suku Gyeopsam." Aku menyipitkan mataku curiga. "Apa yang salah tentang suku Gyeopsam? Maksudku ayolah, hanya mengunjungi rumah Minho dan setelah itu selesai." Sehun menggeleng, "Maaf Luhan, kami terikat dengan perjanjian."

Tunggu, perjanjian? Aku seperti mengingat sesuatu. 'hanya saja anak-anak dokter Kim tidak akan mungkin datang ke mari.' Itu bukankah kata-kata dari Gikwang salah satu teman Minho? Dan ucapan Minho saat itu, "Keluarga Kim memiliki sebuah klan, dan klan itu adalah musuh kami. Dulu, kakek moyangku menemukan mereka mengacau di tanah kami. Sempat akan terjadi perlawanan, tapi kedua pemimpin klan; kakekku dan pemimpin mereka meminta cara perdamaian. Akhirnya dibuatlah suatu perjanjian, perjanjian itu tertulis dengan jelas. 'Jika mereka tidak akan menginjak tanah kami, apalagi berbuat kekacauan di sini. Kami tidak akan membongkar jati diri mereka kepada orang lain.' Dan kemudian klan itu setuju, setiap anggota klan juga diberi tahu. Ternyata klan seperti itu banyak, dan klan dari keluarga Kim adalah klan kesekian yang berada di sini."

"Boleh aku tahu sesuatu tentang perjanjian kuno yang kalian lakukan?" tanyaku kelewat penasaran, Sehun menghela nafas –meski vampir tak memerlukan bernafas- "Ternyata kau sudah tahu, apa 'serigala' itu selalu membocorkan semua hal padamu?" tanya Sehun. "Serigala apa sih?"

"Oh ternyata kau belum tahu, baiklah jangan dipikirkan. Kurasa suatu saat nanti anak ingusan itu akan membukanya, kau hanya perlu bersabar karena aku takkan mungkin mengatakannya padamu sayang." Baiklah Oh Sehun tukang penyimpan rahasia. "Hm, benar. Baiklah sebelum kita melewati tikungan dekat pantai Hyeopjae kau bisa menurunkanku dan aku akan mencari taksi, karena aku tak mungkin kembali pulang dan mengambil Chevy kunoku. Bahan bakarnya sedang habis dan mobil tua kesayanganku itu benar-benar boros."

"Sudah berapa kali aku bilang kalau aku akan membelikan mobil baru untukmu hm? Setidaknya untuk memastikan bahwa kau akan aman," aku menggeleng, Sehun sudah terlalu sering menawariku mobil baru. Dari Audy, BMW, Mercedez Benz, hingga Lamborghini. Dan aku tak mau terlihat bagai itik buruk rupa yang tiba-tiba menjelma jadi angsa indah, orang-orang pasti mengira aku merampok ketika mereka tahu aku seorang Xi Luhan anak kepala polisi Tan Hankyung yang biasanya membawa truck Chevrolet kuno dan kusam tiba-tiba membawa mobil mewah. Kan tak mungkin aku menjelaskan pada setiap orang 'Oh Sehun yang memberiku mobil ini,' itu terdengar pamer.

"Kenapa? Kau takut Hankyung ahjussi akan mengira aku menyogok anaknya dengan mobil mewah untuk menikah?" aku memukul bahunya main-main, Sehun benar-benar membicarakan hal pernikahan terus akhir-akhir ini dan itu terdengar sedikit mengganggu.

Mobil Sehun berbelok di tikungan terakhir sebelum kami benar-benar masuk pada daerah suku Gyeopsam yang dibatasi oleh bibir pantai Hyeopjae. Aku melihat ombak yang bergulung-gulung kecil di laut Hyeopjae, indah sekali. Seandainya aku dan Sehun bisa menikmati waktu berjemur di pantai itu tanpa harus dibatasi oleh perjanjian-perjanjian ini. Sehun membukakan pintu mobilku dan aku keluar dari Audynya.

Aku turun dan tiba-tiba melihat sebuah BMW berwarna hitam –sepertinya baru, bahkan tempat duduknya masih dilapisi plastik- "Ugh Sehunna." Keluhku, Sehun hanya nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya yang terlihat menawan, baiklah semua hal tentang Sehun pasti menawan.

"Begini, aku mengenalmu bahwa kau adalah orang yang ceroboh dan ya.. menurutku melakukan tindakan pencegahan jauh lebih baik. Kau boleh mengabaikan mobil ini dan aku akan menyimpannya di garasi rumah bersama dengan Porsche milik Kyungsoo dan mercedes benz milik Kai juga beberapa mobil lain. Hanya satu permintaanku, bila aku tak bisa mengantarmu gunakan mobil ini. Kau masih bisa mengendarai Chevy milikmu ke sekolah kok."

"Oh ya terima kasih atas perhatianmu, baiklah mungkin aku akan mengenakan mobil ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya." Gerutuku. "Jangan begitu, Kai yang memesankan mobil ini pasti akan protes. Ia mendengar gerutuanmu loh, dia kan sedang berkencan dengan Kyungsoo di dekat sini." Sehun terkekeh geli.

"Ups, katakan pada Kai aku meminta maaf." Sehun kemudian tertawa, kurasa ia mendengar pikiran Kai. "Ia bilang ia akan memaafkannya kalau kau bersedia membuang Chevymu itu ke tukang loak." Jawab Sehun, "Well, katakan padanya itu tak pernah terjadi. Baiklah, aku akan pergi sekarang."

"Hm, hati-hati Xiao Lu. Dan ya, kau tahu kan cara mengemudikan mobil ini?" aku mengangguk. Aku berniat melambaikan tanganku tapi Sehun buru-buru mengecup bibirku. "Bye, aku harus ikut Kai menenangkan Kyungsoo. Anak itu mulai mengamuk karena visi-visi masa depannya tentangmu mengenai titik buta karena kau berdekatan dengan si serigala."

Aku membulatkan mata, "Oh aku tak tahu apa maksudnya itu, tapi katakan pada Kyungsoo untuk tak perlu khawatir. Kau tahu ya.. bagaimanapun Seunghyun ahjussi teman ayahku dan Minho adalah sahabatku jadi sangat tak memungkinkan mereka akan melukaiku."

"Kuharap begitu."

. . .

Dengan sekali gas BMW keluaran terbaru ini akhirnya sampai di halaman keluarga Choi, ini kali pertama aku berkunjung kemari. Dan mobil ini benar-benar cocok denganku sepertinya, halus sekali tak seperti Chevyku yang harus di gas berulang-ulang sebelum bisa berjalan lancar, dan aku pasti akan dikritik oleh ahli lingkungan karena asap yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar Chevy itu sangat mencemari udara.

Aku keluar dari mobil dan mengambil tasku, sedikit bersantai di kediaman keluarga Choi sepertinya menyenangkan. "Oh, hai Lu. Aku tak menyangka kau datang, dan hei kemana Chevy milikmu huh? Mengapa kau menggantinya dengan mobil, astaga bukankah itu BMW keluaran terbaru?"

Aku mengangguk, Minho sedang mengotak-atik motor besar yang terlihat kuno tapi masih keren. –aku sedikit bingung apa keluarga Choi menyukai hal-hal berbau kuno?- aku melemparkan tasku ke meja dan duduk sambil melipat kakiku di atas sofa usang di garasi milik keluarga Choi ini. "Hng, ayah menyuruhku kemari dan membawakan ini. Ia bilang apa ahjussi punya waktu untuk berakhir pekan di rumah? Soal mobil, itu pemberian Sehun dan aku tak menjamin akan memakainya di setiap waktu. Tapi mengistirahatkan Chevy orange itu hampir sama dengan melakukan etika lingkungan bukan?" aku bercanda, Minho tertawa keras.

"Oh apa undangan berakhir pekan di rumahmu itu juga termasuk undangan buatku?" tanya Minho sambil mengarahkan obengnya untuk membongkar beberapa bagian. "Tentu saja, hanya mungkin aku akan bertanya apakah kau tahan dalam pembicaraan dua orang tua itu? Haha, karena aku banyak tugas aku harus berakhir di rumah Xiumin untuk mengerjakan beberapa makalah."

"Ah, kau pergi ya? Tak asyik, lebih baik aku mematung di rumah bersama Zelo." Aku tersenyum, "Itu jauh lebih baik!" tiba-tiba seorang wanita cantik datang di antara kami, "Anak-anak, makan dulu." Ia meletakkan sebuah nampan berisi beberapa makanan ringan.

"Ah bibi Qian! Lama tak bertemu," aku memeluk wanita keturunan China tersebut, ia salah satu sahabat ayah. Tak kusangka ia tinggal di dekat rumah Minho, pantas saja ayah begitu dekat dengan Seunghyun ahjussi. "Luhannie, kau bertambah besar ya? Cantik dan tampan." Aku tersenyum malu-malu, ia adalah wanita yang hangat dan bagai figur seorang ibu. Ia juga yang menghiburku ketika eomma meninggal.

Kemudian bibi Qian masuk kembali meninggalkan aku dan Minho, "Hei Minho-ya apa kau memangkas rambutmu?" tanyaku, rambutnya jadi kelihatan lebih cepak. "Hm begitulah, aku mengikuti model yang sedang trend." Aku terkikik geli mendengar jawabannya, kemudian aku memutuskan duduk di lantai bersamanya dan memperhatikan tangannya yang masih asyik dengan kain kumal yang sudah ternodai oleh oli.

"Apa mengendarai motor besar itu menyenangkan?" tanyaku penasaran, aku menyentuh bagian badan motor itu. "Ya begitulah, adrenalinmu akan terpacu." Jawab Minho, aku mengangguk-angguk. "Oh dan mengapa si 'Kim' albino itu membolehkanmu kemari? Apa kau kabur darinya eo?"

"Ey, tidak tentu saja tidak. Dan Sehun pasti memperbolehkan aku melakukan apapun," Minho hanya mengangguk. "Tapi setidaknya ia menepati janjinya." Lagi-lagi aku harus tenggelam dalam pembicaraan perjanjian kuno antara kedua klan tersebut.

"Hei lenganmu terkena noda oli." Baru saja aku ingin mengusapkan kain ke lengan Minho tapi kemudian aku mengejang, "Minho-ya kau demam? Kau sakit? Badanmu begitu panas." Minho menggertakkan giginya pelan lalu menggeleng. "T-Tidak, tidak tidak apa-apa." Kemudian Minho masuk ke dalam rumahnya, "Akan kusampaikan pada appa ketika ia pulang nanti!"

Blam!

Pintu rumah itu tertutup, seakan Minho tak memberi aku kesempatan untuk bertanya lebih jauh. Aku menyerah dan akhirnya memilih pulang dengan BMW itu, tapi tetap saja ada hal yang kupikirkan. Apa yang disembunyikan oleh Minho sebenarnya?

TBC,

Review Jusseyo^^~