Di sebuah ruangan bernuansa putih dengan aroma khas obat-obatan, terbaring seorang gadis bermahkota vermilion sedang tertidur dengan berbagai alat pemacu kehidupan melekat di tubuhnya. Sebuah perban melilit indah di kepala dan sebagian anggota tubuhnya, masker oksigen selalu setia di wajahnya, berbagai kabel yang terpasang di dadanya yang menyambungkan kesebuah monitor untuk memantau laju detak jantungnya, dan tak lupa genggaman tangan seorang lelaki bersurai pasir yang juga setia menggenggam tangannya.

Ntah sudah berapa lama gadis tersebut tertidur. Wajahnya sangat damai seakan menyatakan bahwa dia tak ingin terbangun lagi. Bahkan, Sang Dokter yang menanganinya pun, hanya bisa berharap kepada yang di Atas, agar Sang Pasien lekas terbangun dari tidur panjangnya dan penantian pemuda bersurai pasir yang selalu menemaninya tersebut terhenti.

Namun,semua itu hanya harapan bukan?

Masih adakah harapan mereka agar gadis tersebut tersenyum kembali?

Masih bisakah mereka memperbaiki kesalahan mereka kepada gadis tersebut?

Andai, waktu bisa berputar kembali. Pemuda tersebut, berjanji akan lebih memperhatikan gadis itu. Namun, sekali lagi semua hanya harapan rancu yang tak mungkin terjadi. Pemuda itu tau akan permintaan konyol yang tak mungkin terjadi itu. Yang diharapkan oleh Okita Sougo, pemuda bersurai pasir dengan manik crimson yang menawan, itu adalah melihat gadis vermilion yang terngah terbaring itu, terbangun dari mimpi panjangnya. Sehingga, dia dapat memperbaiki kesalahannya dulu. Meskipun, dia harus membayar mahal untuk keajaiban itu. Dia akan memberikan apapun, asal gadis vermilion itu dapat tersenyum kembali.

"Cepat bangun Kagura. aku merindukanmu." ucapnya lirih sambil tetap setia menggenggam tangan gadis vermilion yang bernama Kagura itu. Seraya berharap gadis tersebut menyadari keberadaannya yang selalu setia menanti dia terbangun.

"Sungguh aku sangat merindukanmu."

"Ku mohon bangunlah Kagura." lirihnya seraya menenggelamkan wajahnya disisi wajah gadis tersebut.

Kokoro Nokori

Disclaimer : Gintama By Sorachi Hideaki a.k.a Gorilla-Sensei. Story By Me

Warning : OOC, Kerajaan Versi Modern, AU, Rated T, and for the last Typo mungkin bertebaran. DLDR. OKIKAGU Slight OKINOBU, HIJIMITSU, SAKATSUU, KOUKANOC, OC: Imai Yuuka. Gintoki dan Tsuukuyo ganti marga menjadi Okita


Suasana mendung pagi hari di kota Edo saat ini, sangat kontras dengan suasana hati seorang pangeran sadis bersurai pasir yang tetap setia menunggu seseorang untuk bangun dari tidur panjangnya. Pangeran sadis yang sudah terkenal kesadisannya itu mungkin sekarang rela mencabut predikat kesadisannya dan menjadi seorang masokis sejati hanya untuk gadis vermilion itu. Menunggu, menunggu dan menunggu. Hal itu, yang dilakukannya dalam jangka waktu 3 bulan ini. Wajahnya yang selalu terlihat imut tanpa dosa itu, kini terlihat kusut dengan kantong tebal di wilayah bawah matanya. Menjadikannya mirip dengan hewan khas dari suatu daerah yang sering kita sebut, Panda. Rambutnya nampak berantakkan tidak serapi biasanya. Bahkan, seringai sadis yang selalu tertempel diwajahnya itu kini telah hilang ntah kemana.

Hanya ada raut sedih, takut, dan penyesalan yang mendalam yang selalu tertangkap dari wajahnya. Satu hal yang tak berubah sejak 3 bulan belakangan ini dari dirinya, yaitu keberadaannya yang selalu setia berada disisi gadis yang tertidur itu beserta harapan besar agar gadis tersebut membuka matanya, tersenyum seperti biasa, bermanja–manja dengannya seperti sedia kala, dan tak lupa selalu beradu otot denganya.

"Sou-chan, sebaiknya kamu istirahat dulu sekarang," sebuah tangan menepuk pundak Sougo lembut. Tanpa Sougo melihat siapa yang menepuknya, dia sudah bisa menebak dari suara lembut wanita itu.

"aku tidak lelah, ane-ue. Aku masih ingin berada didekat, China," balasnya kepada wanita yang memiliki wajah dan warna rambut yang sama dengan Sougo, Okita Mitsuba, atau sekarang telah berubah nama menjadi, Hijikata Mitsuba, kakak kandung Sougo.

Wanita itu menatap miris adiknya. Di samping wanita itu, berdiri seorang pria bersurai hijau tua yang tengah menatap Mitsuba sambil menggelengkan kepala pertanda untuk tak mengganggu Sougo sekarang. Pria itu, Hijikata Toshirou, segera menarik tangan Mitsuba untuk keluar dari ruangan putih tersebut, meninggalkan Sougo dengan seseorang lainnya.

Seorang pemuda yang memiliki surai yang sama dengan sang gadis, hanya berbeda gender saja, Berdiri tepat di samping Sougo sekarang. Manik biru laut sang pemuda dengan surai panjang yang di kepang satu tersebut, nampak meredup melihat keadaan sang adik. Ya, pemuda tersebut adalah kakak gadis itu, Yato Kamui, seorang pemuda yang lebih tua 4 tahun dari gasid itu. Pemuda yang sangat hobby untuk memotong gaji bawahannya tercinta, dengan senyum yang selalu terpampang di wajahnya apapun kondisinya tapi, hanya untuk saat ini senyum Kamui juga hilang ntah kemana. Padahal, dia juga terkenal sadis sama seperti si kepala pasir.

"Oi, Baka Imouto, Cepatlah bangun! Kamu ingin menghajar kakakmu ini bukan?" ucapnya seraya berdiri disebelah Sougo.

"Cepat bangun dan hajar Onii-Chan tersayangmu ini!" ujarnya lagi dengan nada sedikit PeDe.

"Ku, mohon bangunlah, Kagura! Tidurmu sudah terlalu panjang, dasar tukang tidur! Lihat lah sekarang sudah memasuki musim kesukaanmu loh! Musim panas sebentar lagi tiba, Kagura. Kamu ingin melewatkan hari-hari dimana kamu dapat berburu Serangga, kah?" hening, tak ada jawaban apapun.

"Onii-chan mohon, bangunlah Kagura," sambung Kamui panjang, nada suara sedikit melunak. Dia selalu mengucapkan hal yang sama berulang kali dan setiap hari. Berharap sang adik yang selalu dia anggap bodoh dan lemah itu mendengar ucapannya, merasa kesal, kemudian bangun untuk menghajarnya seperti biasa.

.

.

.

Sudah 2 jam berlalu, Kamui memutuskan untuk pulang ke kediamannya sebentar dan berganti dengan sang Ayah. Dia berpamitan kepada Sougo seraya menitipkan sang adik hingga ayah mereka tiba di Rumah Sakit. Ya waulupun, tanpa diminta juga Sougo akan tetap setia berada disana.

Tepat ketika Kamui bersiap untuk pulang, gadis bersurai biru sepinggang masuk keruang tersebut sambil membawa plastik yang berisi makanan. Melihat siapa yang datang Kamui tersenyum dan mengajak gadis itu untuk bersiap pulang juga yang di balas anggukan singkat olehnya. Kamui keluar dari ruangan tersebut, setelah sebelumnya mengatakan akan menunggu gadis itu di Mobil. Setelah Kamui keluar, Gadis tadi mendekat ke Sougo kemudian, menyerahkan bungkusan itu kepadanya.

" Sougo-Nii, belum makan bukan? Aku membelikan Nii-chan sedikit makanan," ujarnya datar.

"Arigatou," balas Sougo singkat lalu meletakkan plastik itu di meja.

Gadis bersurai biru itu menatap nanar kearah Sougo. Dia tak pernah membayangkan bahwa pemuda itu akan terlihat begitu rapuh seperti sekarang. Ingin rasanya gadis tersebut memeluknya, memberikan semangat seperti dulu. Namun, semuanya kini telah berubah. Sejauh apapun gadis itu berusaha, pada akhirnya pemuda itu tetap tidak akan memandangnya lebih. Sekelebat rasa bersalah kembali naik kepermukaan hatinya. Andai saja dulu dia tidak egois, Andai dulu dia tidak terlalu terobsesi kepada pemuda sadist itu pastinya, pemuda itu akan tetap tersenyum dengan wajah sadis andalannya. Dari dulu dia tau bahwa, pemuda itu akan tetap kembali kesisi vermilion itu. Walaupun, dia telah berusaha menjauhkan mereka. Tapi, sikap obsesi dan egois yang memuncak itu kini hanya menyisahkan sebuah penyesalan.

Lama terhanyut dalam bayangan masa lalu, gadis itu menyadarkan dirinya setelah mengingatkan bahwa sang Kakak tadi, telah menunggunya untuk pulang. Mengambil tas selempang dan cardigan toscanya yang tergelatak di kursi dengan segera dia berjalan untuk keluar dari ruang putih itu. Sebelum gadis itu benar-benar keluar, dia sempat mengatakan,

"Maafkan aku, karna keegoisanku dulu, dia sekarang menjadi seperti ini," seraya menatap pemuda itu.

"Tak ada yang perlu di maafkan," balas Sougo.

"Dari awal semuanya adalah salahku. Aku yang tidak menyadari perasaan hancurnya. Aku yang selalu membuat dia menangis. Aku yang selalu membuat dia sendirian. Dan aku yang selalu mengingkari janjiku padanya," sambung Sougo panjang lebar.

"tapi tetap aku yang berperan besar sehingga dia menjadi seperti ini, bukan?" balas gadis itu.

Sougo menggelengkan kepala "Bukan salahmu, Nobume. Dari awal, memang semua salahku," balas Sougo lagi. "Seharunya, Waktu itu aku tidak meninggalkannya...," ucapnya lirih. Nobume hanya bisa diam mendengar jawaban Sougo dan segera keluar dari ruangan itu seraya menunduk.

"Dari awal semua memang salahku bukan? Nee.. Kagura?".