Jalinan Takdir
Hallo minna-san Sophia up date lagi nih fic yang baru.. kali ini Sophia bikin kreativitas alias nyadur dari beberapa film nih untuk fic yang satu ini. Meskipun ceritanya gak menarik dan gak sesuai sama yang ada di filmya gak pa" kan yah? Sophia kan kreativ, Cuma minjem kejadiannya dan gak sama persis ko yang ada di film... ujung-ujungnya mah buat sendiri^^
Perhatian minna san: karakter dan semua tokoh beda yang ada di film, kejadiannya cepat, semua karakter Naruto (OOC) dan maaf-maaf yah kalo penulisannya masih (acak"an)^^ untuk judul film yang di sadur Sophia namanya *POSEIDON*...!
Chapter 1
^^selamat membaca^^
Di sebuah taman pinggir kota seorang gadis tengah mebaca buku, dia menyadari bahwa seseorang akan mengagetkannya. Gadis itu berbalik dan mendapati temannya terkejut kala dialah yang terkaget-kaget dengan tindakannya yang usil itu, "Hinata, ya ampun, kau benar-benar indra ke enam ku yang luar biasa aku bangga pada mu!" gadis itu memeluk Hinata.
"hentikan Sakura, aku tidak bisa bernapas!"
Sakura tersenyum, "aku menyayangi mu temanku, jadi aku memeluk mu. Haaaahhh... aku senang sekali bisa kembali lagi ke Konoha, pergi dengan kapal pesiar yang besar dan juga megah, mengarungi lautan yang membentang, dengan warna air nya yang biru, kau bisa membayangkan hal itu kan Hinata, indah sekali."
"aku harap kita tidak kembali ke Konoha dengan kapal pesiar itu!"
"kenapa?"
"sesuatu yang besar akan terjadi Sakura, aku dan kau bahkan para penumpang kapal, mereka semua berada dalam bahaya. Seharusnya kapal pesiar itu tidak berangkat minggu ini, seharusnya ia berangkat minggu yang lalu."
"jelaskan detailnya pada ku Hinata, kau membuat ku takut!"
"minggu yang lalu seharusnya kapal itu berangkat dari Amegakure ke pula Konoha, dan minggu itu laut sedang tenang. Tapi entah kenapa sesuatu telah terjadi hingga pemberangkatan di undur menjadi minggu ini, sedangkan minggu ini akan ada bahaya ditengah laut, ombak besar akan datang dan kapal itu akan... kapal itu..."
"hey tenanglah! Itu hanya... itu tidak akan terjadi, aku tahu kau punya semacam indra ke enam, tapi itu tidak akan terjadi Hinata. Tidak ada pemberitahuan dari lembaga yang mengurus sesuatu seperti ombak atau tsunami..."
"iyah, kau benar Sakura. Tsunami, akan terjadi di minggu ini!"
"jadi maksud mu Amegakure akan..."
"tidak, Amegakure tetap aman dari Tsunami, tapi Tsunami itu hanya terjadi dilaut, minggu ini!"
"tidak Hinata, kita akan tetap berangkat dengan kapal pesiar itu!"
Apa yang harus Hinata lakukan agar Sakura percaya padanya, dia selalu percaya kalau Sakura akan mempercayainya, tapi kenapa saat ini dia tidak percaya pada Hinata, "kenapa kau tidak percaya Sakura, aku takut terjadi sesuatu dengan mu, dengan diriku dan semua penumpang itu."
"Hinata, coba kau bayangkan, seandainya kita tidak ikut, lalu bagaimana dengan semua penumpang yanag berangkat itu hah, mereka yang tidak bersalah akan dalam bahaya, sementara kau yang tahu akan ada bahaya tapi kau tidak memberitahu mereka, itu tidak adil Hinata, jelas-jelas tidak adil!"
Sakura memang benar. Lalu apakah dia harus ikut dan memberitahu semua orang agar menunda perjalanan mereka ke Konoha minggu ini, bagaimana dia memberitahunya, "sudahlah! Ayo kita pergi dan mengemasi barang-barang kita di asrama!" Sakura menaraik tangan Hinata agar dia tidak berubah pikiran. Sakura mengerti betul bahwa selama ini dia sangat mempercayai Hinata dengan kemampuan indra ke enamnya, dan saat ini dia telah melihat sesuatu.
Kalau pun apa yang dikatakan Hinata memang benar, dia harus ikut dan bergabung dengan yang lain, agar tidak disalahkan akan dosa para penumpang yang lain yang tidak selamat, oh tuhan, bahkan sekarang Sakura memikirkan penumpang yang tewas. Sakura menggelengkan kepalanya, Hinata mengerti atas reaksi itu, "lihat! Kau sekarang percaya bukan, aku tebak kau sedang membayangkan para penumpang iu telah meninggal, dan kau akan merasa bersalah jika tidak merasakan hal yang sama dengan mereka, benarkan?"
"kau benar sayang ku, hufffttt... kau benar-benar indra ke enam ku yang luar biasa!"
"berhentilah mengatakan hal itu Sakura!"
"aku tidak akan berhenti! Sebagian dari diriku semuanya terselamatkan oleh mu, aku sangat beruntung bisa berteman dengan mu, dan saat kelulusan ini menyambut kita, aku ingin kita bekerja di tempat yang sama, kau mengerti!"
"apakah itu bisa?"
"tentu saja, kau temanku dari kecil, kita sudah seperti saudara, apapun yang terjadi nanti, kita akan selalu bersama-sama bukan?"
"tentu saja Sakura, aku menyayangi mu, sangat!"
"ho ho.. baru kali ini aku mendengar kau mengatakan hal itu!"
"benarkah?" ujar Hinata dengan ekspresi tanpa dosa.
~~~###~~~
"kau sudah siap!"
Sakura mengangguk cepat. Mereka mulai melangkah menaiki tangga, saat Hinata menginjakkan kakinya di kapal itu, semua kejadian yang akan terjadi mulai muncul dibenaknya, ia hampir terjatuh karena pusing melanda kepalanya. Kalau saja tidak ada orang yang menangkapnya Hinata pasti sudah terjatuh di laut. Tahu Hinata tertinggal dibelakang Sakura kembali lagi untuk mencari Hinata. Hinata merasakan tangannya dipegang dengan sangat lembut, tangan siapa ini, batin Hinata.
"kau tidak apa-apa?" tanya orang itu.
Hinata mengedipkan matanya, saat sudah jelas ia melihat seseorang tengah menopang tubuhnya yang hampir terjatuh, "nona, kau baik-baik saja?" orang itu bertanya lagi. Hinata sudah sadar sepenuhnya dan sekarang dia berdiri tegak dan dapat melihat orang yang tengah menolongnya, "aku mencintaimu," tiba-tiba dia mendapat penglihatan, "aku mencintaimu,"
"tidak!"
"maaf!" ujar orang itu.
"aaahh, aku baik-baik saja, terima kasih tuan!"
"Uzumaki Naruto, panggil saja Naruto!"
"oh, terima kasih Naruto." Naruto menyipitkan matanya dan itu adalah sebuah tanda, "ooh maaf, nama ku Hinata, Hyugga Hinata."
Naruto tersenyum ramah pada Hinata, dan sepertinya nama itu tidak asing bagi Naruto, Hyuuga!. Pria ini sepertinya seumuran dengan ku, mungkin lebih tua dari ku, kurasa! tapi apa tadi, penglihatan tentang dirinya yang menyatakan cinta pada... pada siapa, apa padaku, batin Hinata.
"nona!" panggil Naruto, dan Hinata menatapnya dengan aneh, "ada apa nona, apa kau kehilangan seseorang?"
"Hinata!" panggil Sakura, "ya tuhan, ku kira kau hilang ditengah kerumunan ini, ayo kita harus segera mencari kamar kita, dan... siapa kau?"
"nama ku Naruto, tadi Hinata hampir terjatuh, jadi aku menolongnya."
"begitukah?" Hinata mengangguk, "baiklah, terima kasih Naruto, kami permisi dulu!"
Naruto masih memperhatikan Hinata yang berlalu menjauhinya, Hinata menoleh ke belakang dan mendapati Naruto masih menatapnya, Hinata tersenyum tipis, tidak dengan Naruto, dia hampir tertawa dan senyumnya kali ini membuat temannya menyipitkan mata. Sejak kapan dia melihat Naruto, "seorang gadis cantik?" Naruto menoleh ke sumber suara itu. Temannya Sasuke menyilangkan lengan didadanya.
"kurasa begitu, dia..."
"hufffttt... kau sudah jauh melangkah meninggalkan ku rupanya, kalau ada satu lagi sisakan untukku!" ujar Sasuke
"aahh yah, aku melihat temannya, mungkin kau bisa mendapatkannya!"
"aku senang sekali kawan kau tidak lupa dengan teman mu yang satu ini."
"kau seorang pencinta wanita, sadarkah kau?"
"aku sangat sadar."
Saat semua sudah menaiki kapal pesiar itu kini keberangkatan menuju pulau Konoha akan segera mereka lewati, tapi entah apa yang terjadi dengan kapal itu nani, hanya tuhan lah yang tahu, hanya gadis itu yang tahu kejadian apa yang akan menimpa kapal itu.
Sementara Sakura membereskan pakainnya Hinata masih bergelung dengan pertemuannya dengan Naruto, dia tiba-tiba tersenyum dan hal itu diketahui Sakura, "wah..wah Hinata, kau memikirkan pria barusan yah, gawat!" Hinata menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "kau tahu Sakura, aku mendapatkan penglihatan yang sangat indah, aku..."
"katakan padaku!"
"pria itu, dia mengatakan 'aku mencintaimu' entah untuk siapa itu, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas."
"benarkah? Mungkin pernyataan cinta untuk mu, aku yakin itu. Hinata, sudah sekian lama kita berteman kau baru kali ini merasakan hal itu, aku sangat senang, sebagai teman dan saudara mu aku akan selalu mendukung mu, ku harap kita bisa bertemu dengannya lagi, bukan begitu!"
"aku sangat senang jika itu terjadi!"
"pastikan kau tidak melupakan ku nantinya. Ingat yah, kita harus bekerja bersama-sama, dan untuk menikah..."
"ya ampun Sakura, kita baru saja lulus kuliah, kau sudah membicarakan pernikahan."
"heeeyy... sadarkah kau berapa usia kita sekarang, 25 tahun Hinata, kita barus saja meyelesaikan S2 kita, kau jangan melupakan hal itu Hinata. Kita sudah cukup umur untuk menikah, yaaah kalau kita bisa selamat di kapal ini, aku berjanji aku akan segera menikah!"
Hinata tertawa terbahak-bahak, "dengan siapa kau akan menikah, lucu sekali!"
"jangan meledekku seperti itu, mungkin saja di kapal ini aku bisa menemukan jodohku. Dan aku yakin kau juga sudah menemukannya!"
Hinata tahu ia bahwa Sakura menunjuk pada orang itu, entahlah, penglihatannya saat ini hanya berfokus pada Naruto, dan itulah kenapa dia sedikit khawatir dengan ucapan Sakura barusan. Selamat atau tidaknya mereka, mereka berdua harus selamat, Hinata yakin bahwa mereka akan benar-benar selamat. Tapi tunggu, dari mana keyakinan itu datang? Dari oh tidak... Hinata melihat Sakura mengenakan baju pengantin, dia cantik sekali, tapi dia tidak akan mengatakan hal itu pada Sakura. Belum saatnya!
"tahukah kau Sakura, aku melihat beberapa penglihatan tentang dirimu!"
"apa itu Hinata?"
"belum saatnya aku memberitahu mu!" Sakura menyeringai pada Hinata. Hinata hanya tersenyum geli melihat Sakura yang begitu penasaran.
~~~###~~~
Sejenak Hinata mulai melupakan bencana yang akan terjadi di kapal itu, penglihatan tentang kapal masih sedikit sama dan kabur, sekarang dia hanya bisa melihat kejadian-kejadan yang kecil yang terjadi di kapal itu seperti kebakaran kecil di dapur dan lain-lain yang Hinata untungnya selalu sempat memberitahu mereka sebelum kejadian yang lain itu terjadi. Ada untungnya juga dia di kapal itu, setidaknya menolong sesuatu yang kecil seperti ini melegakan hatinya.
Saat itu Hinata keluar dari kamarnya dan berbarengan dengan dia, "ooh maaf!" ujar Hinata dan orang itu, "kau?" tunjuk mereka berdua, "Hinata!" "Naruto!" keduanya memanggil nama masing-masing, "kau.. i-ini kamar mu?" tanya Hinata.
"yah, ini kamar ku, aku bersama dengan temanku juga, aku tidak menyangka kita bertetangga."
"aku juga, awwhh!" Hinata merintih kesakitan. "ada apa?" tanya Naruto. Hinata memegang perut dan kepalanya secara bergantian, "a-aku.. aku lapar!" ujar Hinata. Itu membuat Naruto tersenyum
Mereka kini bergegas ke meja makan, pelayan membawakan makanan dengan cepat, iitu membuat Hinata senang, "tak bisakah kau melihat ke arah lain saat aku makan!" gumam Hinata di sela-sela makannya. Naruto terkekeh, "aku tidak bisa, rasanya senang sekali melihat mu makan." Oh tuhan, apakah itu sebuah godaan, "jangan menggodaku, please!"
"aku tidka menggoda mu, itu sebuah kenyataan." Naruto mengulurkan tangannya pada bibir Hinata dan mengusap sisa makanan di sudut bibirnya dengan uibu jarinya.
"Um.. oh, kau tidak perlu melakukannya!"
"aku sudah melakukannya. Makanlah!"
Hinata bedecak, "kau bukan seorang bossy kan (suka memerintah)?"
"tergantung keadaan."
"kenapa?" tanya Hinata.
"karena ak bisa!"
Hinata meminum airnya tanpa melepaskan tatapannya pada Naruto, dan begitu juga dengan Naruto, keduanya sama-sama saling tertarik dan saat ini tatapan mereka semaik intens. Meninggalkan dapur, kini mereka tengah berjalan-jalan di dek kapal, dengan tiupan angin yang kencang membuat rambut panjang Hinata yang terurai berterbangan di sekitarnya, membuat Naruto mengepalkan tangannya. Dia melangkah maju di depan Hinata dan menghentikan jalannya.
"apa yang kau..."
Naruto merapikan rambut Hinata yang terurai berantakan, dia tidak ingin iblis di dalam dirinya meronta ingin menyentuh gadis ini, dengan melihatnya saat minum saja itu membuat Naruto geram, apalagi melihat rambu Hinata yang indah in terurai karena tertiup angin, "aku hanya ingin merapikan rambut mu, apa tidak boleh?"
Oh tuhan, tentu saja itu boleh. Buktinya Hinata tidak mengelak sama sekali saat Naruto begitu dekat dengannya hingga dia merasakan deru napas Naruto terbang ke arahnya. Hinata menggigit bibir bawahnya, dan ternyata itu membuat efek ganas pada Naruto, dia mulai menjauhi Hinata setelah merapihkan rambut Hinata. "ayo kita berjalan-jalan lagi!" ujar Naruto.
Merek kini duduk di bangku sambil melihat pemandangan laut yang terbentang luas. Suara-suara berisik di sekita mereka tidak terdengar begitu jelas, semua itu karena suara angin yang ribut berkeliaran di antara mereka, "minumlah!" ujar Naruto. hinata mengambil gelas itu dari Naruto, tap dia belum meminumnya, "lihat, kau seorang bossy!"
Naruto terkekeh, "ceritakan tentang dirimu Hinata!"
"aku, aku hanya wanita biasa, seperti yang kau lihat, aku... kenapa kau ingin tahu tentang diriku?"
"karena aku ingin mengenal mu."
"Um.. baiklah, aku baru saja lulus S2 dengan temanku, kau tahu dia kan, kemarin saat kau menolongku. Aku dan teman ku sudah berteman sejak kecil kami berdua sudah seperti kakak beradik. Aku tinggal di Konoha, ayahku seorang pengusaha, ku yakin kau pernah mendengar nama Hyuuga, pernah?"
"nama itu masuk dalam daftar patrner bisnisku, kau tidak pernah mendengar Namikaze Enterprises Holdings Inc!"
"benarkah?" Hinata tiba-tiba saja terkejut, "jadi kau seorang pembisnis muda kaya raya itu, kau seorang CEO?" Naruto mengangguk, Hinata tersenyum malu, ia menggelengkan kepalanya tidak percaya, "aku selalu ingin bertanya jika aku bertemu dengan mu, berapa usia mu?" bukan sebuah pertanyaan yang sopan, "ah, maaf.. aku sedikit penasaran." Sambil menggigit sendoknya Hinata menatap Naruto. Apakah dia ingin menggodaku, batin Naruto, tidak, mungkin dia hanya gadis yang polos, itulah yang dilihat Naruto dari Hinata.
"itu sudah menjadi rahasia public, selalu saja pertanyaan yang sama. Baiklah nona Hinata, kau ingin tahu usia ku, 27 tahun." Naruto memiringkan wajahnya menilai gerakan Hinata.
"Um... aku penasaran, kau terlalu muda untuk memiliki kekayaan seperti itu, dengan apa kau meraih kesuksesan mu itu?"
"bisnis itu menyangkut hubungan dengan orang, dan aku cukup cerdas menghadapi orang-orang, apa yang memotivasi mereka, mendorong mereka dan menginspirasi mereka...,"
"Mungkin kau hanya beruntung!" ujar Hinata.
Naruto tersenyum ramah dan melanjutkan, "aku selalu yakin, semakin keras aku berkerja, aku akan semakin beruntung. Kunci keberhasilan ku adalah menemukan bakat seseorang dan memanfaatkan kerja keras mereka."
"jadi, kau gila kuasa?" ujar Hinata.
"oh, aku berusaha melatih segala hal nona Hinata."
Lihat sekarang! Disini Hinata tengah berhadapan dengan seseorang yang suka memerintah dan berkuasa. Tapi dia menikmatinya, aneh. Naruto menyilangkan lengannya ke dada, "bukankah kita seharusnya berbicara tentang dirimu, kenapa sekarang aku yang terus menjawab, ayolah, ceritakan tentang dirimu!"
"aku? Um.. lihat aku!" Naruto menatapnya intens.
"ya aku melihat mu." Ujar Naruto
Hinata menghela napas sejenak, "aku hanya seorang yang biasa, tidak super kaya seperti dirimu yang setiap jamnya mendapatkan uang yang besar dan banyak, aku... aku butuh bekerja dan berusaha agar aku menghasilkan uang. Tapi satu, satu hal berharga yang aku punya!" Hinata bermaksud menceritakan tentang indra keenam yang ia miliki, akankah Naruto percaya, batin Hinata.
"dari mana kau tahu aku mendapat uang banyak hanya dengan setiap jamnya, dan apa itu yang kau punya, kenapa kau diam?"
"aku tahu karena kau seorang yang kaya raya dan berkuasa, seorang pembisnis yang masih muda, tidak seperti ayahku, dia berusaha dari bawah sekali, tapi di usia yang sekarang ini dia baru mendapatkan kesuksesan, bukankah berbanding terbalik dengan hidup mu. Lihat dirimu, 27 tahun, itu terlalu muda."
"Hinata, aku penasaran dengan sesuatu yang berharga yang kau punya, apa itu?"
"aku mempunyai sebuah misi, dan aku sudah menetapkannya saat ini. Aku... ingin menolong mu, teman-teman ku dan teman-teman mu, dan juga semua orang. Maukah kau percaya padaku dan menolongku?"
"aku tidak bisa percaya begitu saja karena kau belum memberitahu ku dengan jelas, jelaskan!"
Hinata tidak akan pernah bosan dengan Naruto yang bossy ini, dia begitu menikmatinya, "aku mempunyai sebuah indra keenam, percayakah kau padaku?" Naruto membelalakan matanya, dia terkejut dan terdiam sesaat, "ku yakin kau tidak percaya!" ujar Hinata. Naruto bangun dari kursinya dan menghampir Hinata, mengulurkan tangannya pada Hinata, lalu Hinata menyambutnya.
"lalu, apa hubungan indra keenam mu dengan misi mu itu?"
Hinata sejenak berpikir bahwa Naruto tak akan percaya, tapi tiba-tiba Naruto bertanya, "kau percaya? Aku pikir kau tidak akan percaya, aku..."
"katakan saja Hinata, apa yang akan terjadi?"
"aku melihat bahwa kapal ini akan diterjang Tsunami, dan kapal ini akan tergoleng ke samping, lalu semua orang yang ada didalamnya menjerit ketakutan, mereka semua terjatuh, seperti... oh tidak!" Hinata merasakan penglihatannya lagi saat ini, dia memegang kepalanya, Naruto memegang erat bahu Hinata, "Hinata, kau baik-baik saja?" Nartuo semakin yakin akan kekuatan Hinata indra keenam yang Hinata miliki, "Hinata!"
^^bersambung...^^
