Katakanlah bahwa Aomine Daiki itu orang bodoh. Orang bodoh yang tak mau peduli dengan dirinya sendiri. Tentang Dirinya yang divonis menderita Sirosis 8 bulan lalu. Ia seharusnya akan melakukan transplantasi hati, namun karena ego bagaikan prioritas, bagi Daiki menjalani operasi sama halnya dengan menuangkan air ke atas piring, sia-sia dan tak ada gunanya. Dan bagi Arisa, hal yang tak ada gunanya adalah ego Daiki yang tak mau mengalah.
"Kesempatan itu hanya datang sekali, apalagi pendonor hati itu sulit dicari, membosankan melihat kau menahan kesakitan seperti itu, ah— dan juga menyedihkan, ngomong-ngomong aku masih punya perasaan untuk turut bersimpati pada orang lain." Arisa pernah mengatakan hal tersebut, namun hal itu bagai angin lalu di telinga Daiki. Daiki tak tahu bahwa kalimat Arisa tersebut ada hal penting yang tersemat di dalamnya. Arisa tahu bahwa Daiki berjuang atas rasa sakitnya, namun Daiki menyangkal bahwa dia menahan sakit.
Arisa mulai jenuh akan sikap Daiki, ia tak senang terhadap perlakuan Daiki terhadap dirinya sendiri. Kematian bukan hal yang dicari, tetapi datang dengan sendirinya. Jika kau mencari-cari kematian sama saja dengan menolak takdir, atau setidaknya jangan mencoba untuk mendekati kematian ketika kau menemukannya, itu yang ada ada dipikiran Arisa. Dan Arisa merasa benar soal kematian itu, ia benci dengan fakta Daiki yang menganggap seakan kematian itu seperti barang edisi terbatas yang harus dicari. Kehidupan memang diiringi dengan kematian, tapi kematian bukanlah hal yang harus diutamakan sebelum mengutamakan hidup terlebih dahulu.
