Hnggg mao bikin parody egen /dihajar/

Kali ini gak sama seperti cerita Cinderella /yaiyalah/ maksudnya..semua akan menggunakan nama asli disini.


Cast :

Hibiki Lui (Beast)

Suzune Ring (Beauty)

Yuuma (teko)

Kokone (cangkir)

Galaco (lemari)

Mikuo (jam besar/gatau namanya)

Sora (pembantu)


.

.

.

Warn : namanya juga parodi, ada bedanya, semua kesalahan murni salah saia.

.

.

.

.

.

Suzune sesekali melirik ketakutan. Berada di tengah hutan malam-malam dan sendirian membuat bulu hidungnya merinding seketika. Apalagi bulan tidak nampak karena tertutup awan.

Berusaha menepis rasa takut, Suzune berhenti sejenak menyalakan lampu teplok yang ada di tasnya.

Tak butuh waktu lama hingga lampu teplok menyala dan Suzune melanjutkan perjalanan.

Sesekali terdengar suara berisik dari balik semak, juga suara burung hantu yang entah kapan menjadi orkestra saat itu.

Sreekk

Sreekk

Suzune menelan ludah, tangannya gemetaran. Namun kakinya masih melangkah. Ia yakin telah berjalan berjam-jam di dalam hutan, namun ia tak kunjung menemukan jalan kenang- maksud saya jalan keluar.

Semua bermula ketika negara api menyerang. Ia dengan senang hati mengacungkan tangan demi mencari sang avatar. Tapi, lihatlah raut menyesal yang tercetak di parasnya. Ini diluar dugaan. Ia harus keluar sebelum ada makhluk buas seperti beruang muncul. Apalagi kalau beruangnya datang bersama anak kecil bertudung pink, makin runyam semua ini.

Kilat terlihat, guntur bersahutan.

Suzune panik karena selama berjam-jam ia tersesat di dalam hutan, jadi ia memutuskan berlari-lari india.

Malam yang penuh petaka.

Apalagi ketika dirinya mendapati sebuah kastil besar nan kokoh menjulang di hadapannya.


Miss Take or Mistake : Beauty and The Beast

Beauty and The Beast punya pengarangnya (idk)

Vocaloid punyanya Yamaha, Crypton, AHS, internet, dll.

Parody. T


.

.

.

Decitan pintu terdengar sesaat setelah Suzune mendorong pintu utama. Bayangannya terlihat memanjang kala kilat kembali menampakkan diri.

Au ah elap.

Ia harus kembali. Tapi, ketika hendak membalikkan badan, ia berpikir harus kemanakah ia nanti? Kembali ke dalam hutan bahrelwei bahrelwei itu?

Mungkin besok pagi akan menjadi lebih baik. Hari pasti terang dan ia bisa menemukan jalan pulang.

Suzune melangkah masuk. Suasananya memang gelap, dan ruangan ini terasa begitu luas.

Krieett~dak!

Suzune terbelalak.

Sial! Tak ada penerangan apa-apa disini. Dan barusan ia yakin itu adalah suara pintu tertutup.

Dengan ragu, ia merapatkan badan ke dinding, berusaha mencari saklar lampu atau apalah itu. Tapi, sepertinya tidak ada.

.

Lampu menyala dengan sendirinya, tanpa siapapun selain Suzune di dalam sana.

"Ha...halo?"

Suzune mencoba bertanya. Setidaknya berarti ada orang yang tinggal disini, bukan?

"Pe-permisi..."

Tak ada jawaban. Sunyi.

Suzune menelan ludah, melangkah ragu ke arah tangga. Netranya melirik-lirik takut.

Suzune memberanikan diri menapaki tangga.

"Siapa itu?"

Tidak ada yang lebih bisa membuatnya merasa horror seperti saat ini. Sesosok besar berjubah gede muncul di atas tangga.

Tunggu―!

Mungkinkah...

..kita kan slalu bersama walau terbentang jarak antara kita~

Piringan hitam hancur diinjak makhluk entah apa itu.

Memejamkan mata, Suzune doki-doki ketakutan, membaca ayat kursi dalam hati berharap itu bukanlah syaiton pemangsa manusia.

Namun saat Suzune membuka kembali matanya, hanya kosong yang ia temukan.

"Wah, nona itu cantik juga.."

Deg! Suzune terpaku. Apa ini tempat gathering arwah-arwah penasaran setempat? Ada suara tapi tak berwujud.

"Pasti dia takut melihat tuan Hibiki, hahahahaha..."

"Woi, diem. Mukanya pucet, tuh."

"Biarin aja. Mending kita ke tempat tuan, deh."

Suzune menoleh patah-patah, mendapati cangkir, teko, dan sebuah jam gadang ―ehm, jam besar sedang berbicara.

APA?! BERBICARA?!

Suzune langsung jatuh ketakutan, tubuhnya gemetar lalu jatuh pingsan.

.

Hibiki menuruni anak tangga setelah gadis itu pingsan.

"Tuan! Dia pingsan!" Kokone si cangkir berbicara.

"Jangan meneriaki tuanmu, bodoh!" Yuuma si teko mengingatkan cangkir dengan mengeplak gagangnya.

"Ah, cantik juga. Kujadiin istri mau gak ya?" Jam gad― jam besar sudah punya rencana modus terselubung.

"Kalian mengejutkannya."

Yang disebut tuan Hibiki itu melepas jubah betmen yang dia beli kemarin di toko pakaian cosplay via JNEET. Lalu melepas kostum beruang yang kegedean.

"Abisnya, dia juga yang nyelonong masuk." Kokone gak sebel sih, cuma Suzune masuk tanpa membawa apa-apa selain tas perbekalan dan lampu teploknya yang udah koit. Bawa jajan gitu kek.

"Yah..gak bawa duit." Hibiki sudah grepe-grepe semua saku di pakaian Suzune. Cuman nemu dompet berisikan kartu pelajarnya sebagai siswi di Konoha.

"Percuma, buang saja dia, tuan. Gak bawa apa-apa kesini padahal papannya jelas tertulis 'ada barang ada jasa.' dikira kita ini tempat penginapan gratis apa." Yuuma si teko bersuara.

(Papan yang dimaksud sudah lumutan dan tulisannya sudah tak terlihat)

"Gak. Kurasa dia anak orang kaya. Liontinnya dari emas 18 karat. Kita sandera aja, gimana?" Mikuo si jam gad― jam besar; mengusulkan.

"Boleh juga tuh. Eh, ini ada alamatnya. Kampung cabe nomor 64 Konoha." Hibiki membaca kartu pelajar Suzune.

"Tuan, lalu kita minta tebusan apa?" Kokone nanya.

Hibiki tersenyum "Tentu saja mantra untuk membebaskan kita dari kutu loncat ini."

"Kutukan, tuan." Yuuma mengoreksi.

"Ya, apapun itu namanya. Kalian tak mau jadi benda selamanya, begitu juga aku," jeda,

"..tak mau jadi monster selamanya."

.

.

.

TBC

A/N : kesampean juga nulis LuiRing HAHAHAHA/stop

Kali ini humornya emang kurang berasa but I'm not gomen 8( /hehsiyal

siluman panda