Title : Rain Affair ::Clara Canceriana:: Yunjae Version -

Pairing : Yunjae ..

Rate : T

Chap : 1/?

FYI : Kim Jaejoong&Kim Junsu = Yeoja *Genderswitch*

Other cast = Normal ..

Don't Like Don't Read ..

OOC / TYPOS ..

Tik .. tik .. tik ..

Kalau hujan tidak turun hari itu ….

Apa mungkin pertemuan ini akan terjadi ? ….

RAIN AFFAIR ..

"ya ampun !"

Kim Jaejoong menjauhkan ponselnya beberapa senti dari telinga untuk menghindari serangan tuli mendadak karena suara lumba-lumba milik Kim Junsu. Dia sudah maklum dengan sifat junsu yang sering mendadak lebay. Tapi, tetap saja jaejoong merasa berhak kesal kalau sahabatnya itu mulai berteriak-teriak melalui ponsel. Berisik tahu, katanya membatin.

"katanya maag kamu lagi kambuh, suruh hyunjoong-ssi mengantarmu ke dokter, gimana sih? Kamu kan yeojachingu nya. Masa hyunjoong-ssi tega ngebiarin kamu nyetir sendirian".

Sejujurnya, Jaejoong juga mengharapkan hal itu, Apa gunanya sih punya pacar, tapi rasanya masih seperti menjomblo? . toh, jaejoong bukannya mau bermanja-manja karena penyakit yang sering kali disepelekannya itu. Paling tidak, Jaejoong juga pengen mendapat perhatian ekstra. Atau sebagai contoh, Kim hyunjoong bisa berkorban sedikit waktu dari kesibukannya bekerja-demi dirinya.

"tenang aja su-ie , aku masih kuat kok" Jaejoong menjawab dengan nada mantap supaya rasa cemas di suaraku bisa sedikit berkurang. "Lagipula Hyunjoong lagi ada urusan sama kliennya".

"Haaahh .. Alasan! Emang kerjaan lebih penting dari pacar?"

Junsu Benar! Jaejoong bergumam dalam hati. Tapi, mau bagaimana lagi. Apa yang bisa jaejoong harapkan dari pacar yang workaholic? Jelas, dia harus memilih bersabar menjadi yang nomor dua setelah kerjaan. Anggap saja sebagai risiko yang harus dia tanggung. Toh, selama ini Jaejoong sudah cukup bahagia dengan fakta bahwa Kim Hyunjoong adalah namjachingunya.

Ya, Jaejoong puas dengan status itu!

Jaejoong mendesah. "Pokoknya, lima belas menit lagi aku sampe. Kamu tunggu aja di depan rumah."

Setelah percakapan singkat itu selesai, Jaejoong melempar pelan ponsel touchscreen itu ke jok sebelah dan kembali focus dengan kemudi mobil. Keheningan tak nyaman merayapi. Kata-kata junsu mendengung di telinganya seperti rekaman yang diputar berulang-ulang. Jaejoong merasa harus mengalihkan perhatiannya ke hal lain, matanya menatap koleksi CD yang tersimpan di dashboard.

Melesat sedikit dari lima belas menit yang diperkirakan jaejoong, audi hitam itu berhenti tepat di depan sebuah rumah yang terbilang luas. Halaman rumah yang terbilang luas ditumbuhi beberapa tumbuhan rindang yang membuat rumah itu terlihat sejuk. Suasana asrinya mengingatkan jaejoong akan rumah orang tuanya di Chungnam. Tidak sama persis, tetapi mampu membuat jaejoong merindukan tinggalnya dulu.

Si pemilik rumah, dengan gaya tak sabaran, bertengger di teras depan. Blouse yang dikenakan Junsu tampak kontras dengan warna dinding rumah yang disominasi oleh warna putih. Shocking Pink! Ya ampun, Su-ie …..Tapi, untuk seorang yeoja yang ngerti banget sama hal-hal berbau fashion, Jaejoong tidak merasa aneh saat melihat warna ngejreng (?) itu nempel di tubuh Junsu. Hanya saja, pagi itu rambut panjang dan lurusnya dibentuk agak bergelombang di bagian ujungnya.

"pagi-pagi begini udah sempet ke salon mana?" sindir jaejoong begitu junsu duduk di jok sebelah. Dia hanya nyengir kuda, yang dibalas jaejoong dengan tawa.

Sementara jaejoong tetap focus pada setir dan lalu lintas yang cukup padat pagi itu, Junsu sibuk menceritakan sejarah baju keren yang warnanya mengejutkan itu. Rupanya, itu hasil shopping online-kegemaran Junsu kalau sedang tidak bisa berpergian atau sibuk dengan pekerjaan kantor.

Jaejoong hanya bisa mengangguk, tersenyum, lalu berdehem, lalu mengangguk lagi, lalu tersenyum lagi… tanpa tahu harus berkomentar apa. Jelas saja, jaejoong kan bukan yeoja yang tipe ratu belanja selayaknya sahabatnya itu, yang dalam moto hidupnya menyertakan slogan fashion is my soul!. Tapi jaejoong beruntung punya sahabat seperti junsu. Berkat campur tangan junsu yang sukarela menjadi fashion stylist-nya, penampilan jaejoong sama sekali jauh dari kesan nerd, apalagi sampai salah kostum.

"jae, naylon yuk?" ajak junsu tiba-tiba

Jaejoong melirik junsu sekilas "tapi aku gak bisa." Mendadak, jaejoong tampak malu-malu. "hari ini, first anniversary aku sama Hyunjoong".

"ya ampun!kenapa baru bilang ?" Junsu tampak lebih berbinar ketimbang jaejoong yang merayakan hari bahagia itu.

Jaejoong tersenyum simpul, "Ne.. ne ..kalau gitu rencana kamu apa jae ?"

"mmmm .. like the other couple do .. dinner !"

"sound's good." Junsu mengerling jenaka. "Tapi, kalo kamu gak dandan, percuma jae. Aku pengen kamu tampil beda di hari penting ini, makanya sekarang sebaiknya kita ke salon"

"ne .. tapi aku gak bisa"

"ishh ..jae .. kamu itu bukannya gak bisa, tapi gak mau"

Jaejoong Cuma bisa nyengir, jaejoong emang paling malas ke salon. Sebisa mungkin, dia lebih memilih Junsu yang mendandaninya. "Pokoknya, just do what I've told you, okay Hunny?" ..

Kali ini jaejoong pasrah. "yeeaahh, you win, su-ieeee"

RAIN AFFAIR ..

Ini benar-benar masalah!

Layout print advertisement produk permen penghilang rasa kantuk yang ditangani Jaejoong dan beberapa rekannya, ternyata baru saja di tolak klien. Mereka kurang sreg dengan desain yang menurut mereka tidak begitu 'nendang' ke pasaran. Tapi untungnya tidak harus sampai merombak total konsep iklan itu. Revisi kecil-kecilan saja bisa dikerjakan hanya dalam beberapa jam.

Jaejoong baru saja mengarahkan kursor pada tulisan forward, ketika suara-suara itu mengganggu telinganya.

Dia mengangkat wajah dan melihat Jessica, salah satu rekan kerjanya, sedang sibuk membagi-bagikan undangan. Amplopnya berwarna merah marun, ada hiasan seperti ukiran di salah satu sudutnya.

Di depan jaejoong, Jessica tepatnya jung Jessica mengedipkan sebelah matanya. "pesta tunangan aku sama siwon, datang yaaa " ..

Jaejoong ingin sekali memarahi yeoja itu yang benar-benar mengganggu di tengah-tengah situasi full stress ini, tapi melihat wajah sumringahnya dia jadi gak tega. Jaejoong mendekatkan diri ke Jessica, memberi selamat disertai satu pelukan yang mungkin sedikit dipaksakan.

"kapan kamu nyusul, jae ?" goda Jessica. "kamu masih sama namja itu kan?"

Nyusul? …

Jaejoong jadi berfikir sesaat. Apa iya, dia bisa seperti Jessica dalam waktu dekat ? Menyebar undangan dengan inisial namanya dab Hyunjoong digrafir indah di atas amplop.

Tiba-tiba, kesedihan menyusup perlahan di dadanya.

"n..nnee ..namjachingu-ku masih tetap sama." Suara itu muncul mendadak. Junsu nyengir. "hari ini kan, first anniversary Jaejoong sama Hyunjoong-ssi"

"wow! Chukkae ya, jae." Kini, ganti Jessica yang member pelukan hangat.

"gomawo, jess" ..

Setelah Jessica melepaskan pelukannya, dia kembali sibuk membagikan undangan kepada yang lain.

RAIN AFFAIR ..

Saat sudah berada di dalam kamar mandi, jaejoong mengeluarkan ponselnya. Ada tiga miscalled di layar ponselnya.

Nomor yang sama-kakaknya.

Jaejoong tertegun sejenak. Menimbang-nimbang, apakah sebaiknya dia menuruti hatinya-yang memang merindukan sang kakak-atau lebih baik mendiamkannya saja.

Rasa rindu itu pun kalah ….

Dengan gerakan lincah, jari-jari lentik jaejoong segera berlompatan di atas screen dan membiarkan satu nada sambung menyapa telinganya.

"Hyunjoong?" ..

"heii,Jae. Ada apa ?"

Tanpa sadar, Jaejoong tersenyum lembut. Di telinganya, suara hyunjoong sesegar oase di padang gurun. Benar-benar menyejukkan, bahkan mampu sedikit menghilangkan kepenatan jaejoong.

Pasti karena sedang tidak begitu sibuk di kantor.

Suara jaejoong mudah ditebak melalui nadanya. Kalau sedang sibuk dengan kerjaan, namja itu seperti tergesa-gesa saat menerima telepon. Beda dengan sekarang, suaranya terdengar santai dan tenang.

"soal nanti malam, jadi kan ?"

"tentu jadi, oh iya, aku lupa bilang, kalau nanti kita langsung ketemu disana aja yah .. aku harus ke bengkel dulu ngeliat kerjaan tukang." Kata Hyunjoong.

Alis jaejoong berkerut. Lagi-lagi ..Karena urusan pekerjaan, acara penting seperti anniversary pun harus rela sedikit diterlantarkan. Kemana sih insting Hyunjoong sebagai kekasih ? ..

Tadi pagi, jaejoong dengan terpaksa berangkat ke kantor sendiri. Oke, jaejoong tidak akan mempersoalkan kejadian tadi pagi. Tapi, nanti malam ? Jaejoong sudah menanti-nantikannya sejak beberapa minggu yang lalu-masa sekarang dia juga harus berangkat sendirian?

"terserah kamu." Jaejoong lemas, rencananya lagi-lagi berantakan karena pekerjaan Hyunjoong.

"kalo gak ada yang lain, aku tutup dulu ya."

"oke .. see you there"

Jaejoong menurunkan ponselnya. Meskipun kecewa, jaejoong lebih memilih menfokuskan diri pada fakta yang dulu sulit dibayangkannya. Bertahan hingga satu tahun bersama Kim Hyunjoong ….

Jaejoong kembali tersenyum. Ya, dia sangat bahagia. Terlalu bahagia karena dia masih bersama oranag yang dicintainya.

Teramat dicintainya.

Kim Hyunjoong ….

RAIN AFFAIR ..

-SEOUL, 2007-

"Kenapa gak pulang ke chungnam, Jae?" Tanya Hyunjoong sambil menikmati cahaya kembang api dari gedung di depannya. Kedua tangannya yang bertopang di atas besi penyangga, menggenggam gelas plastic berisi kopi.

"heechul eonni kan merayakan tahun baru bersama temannya di china." Jaejoong menoleh sekilas. Tersenyum tak rela.

Jeda kemudian merambati atmosfir mereka.

Hyunjoong berharap Heechul ada di sana, bersama mereka.

Hyunjoong melemparkan senyum sekilas. Kemudian, dia meneguk kopinya. "Tahun baru kali ini sepi ya, aku inget setaun yang lalu kita berjanji untuk kumpul bertiga." Hyunjoong meringis tanpa menoleh ke arah jaejoong. "Kenyataan selalu berbeda dari apa yang kita harapkan."

Jaejoong menyamakan posisinya dengan Hyunjoong. Namja itu menoleh-heran. Pandangan mereka pun bertemu, sebelum akhirnyaJaejoong segera mengalihkannya jauh kedepan. Pura-pura mengamati kilauan cahaya kembang api sementara jantungnya berdegup. "ngng.. kalau kita tahu tahun baru ini kayak gini, namanya bukan kejutan.Even we've got our silence new eve."

"gak adil juga kalo aku bilang sepi, sementara sekarang kamu ada disini. Setidaknya aku masih ada kamu .."

Jaejoong benar-benar tersentuh mendengar pernyataan spontan Hyunjoong kali itu. Dia ingin menoleh, namun entah kenapa wajahnya merasakan panas, hingga dia bergeming. Sebagai ganti menutupi kegugupannya, Jaejoong mengayunkan badannya pelan-pelan. Sinar kembang api, memantul-mantul di wajah Jaejoong mengukirkan sebuah senyum tertahan.

"Ada satu hal yang sangat aku harapkan." Jaejoong salah tingkah

"Apa?" Hyunjoong Nampak tertarik

"ngng.." Jaejoong mulai terlihat gusar. Tetapi, tidak sekalipun dia berani menoleh pada Hyunjoongyang mengawasinya. "Aku bicara soal pengandaian, seandainya kamu bisa baca perasaan aku, apa yang bakal kamu lakukan?"..

Seperti tersengat jutaan watt listrik, Hyunjoong segera menegakkan tubuhnya. Ditatapnya lekat-lekat yeoja yang hanya berjarak tiga puluh senti darinya.

"Jae?" ..

"sebenernya dari dulu," Jaejoong menelan ludah-berusaha mengumpulkan keberanian. "Aku selalu berharap suatu saat nanti aka nada kesempatan untuk mendapatkan perhatian-khusus dari kamu. Dan, bukan sebagai teman."

Desisan kembang api tiba-tiba menyadarkan keduanya. Hampir bersamaan, mereka menoleh kea rah cipratan bunga api. Keduanya memperhatikan kembang api yang terus mencoret langit dengan warna-warna.

Pukul dua belas tepat. Tahun sudah berganti. Semua sedang merayakannya.

"Jae .. Happy New Year," Hyunjoong berbisik. "Make a wish, Jae. Do as you usually do."

Dengan bibir yang bergetar, Jaejoong menggeleng.

"enggak," katanya setelah jeda beberapa saat untuk mengendalikan diri. Dia membiarkan letusan kembang api menjadi iringan music yang menyedihkan baginya. "Percuma .. mengharapkan hal yang sama selama tiga tahun rasanya jadi usaha yang teramat sia-sia….."

Jaejoong menengadah menatap langit, sementara Hyunjoong membisu disebelahnya.

RAIN AFFAIR ..

Jaejoong duduk sendiri di salah satu meja, hanya ditemani segelas air putih. Pemandangan malam kota dari balik kaca besar gedung berlantai tiga puluh itu, tidak terlalu dinikmatinya. Dia juga memalingkan wajahnya untuk melihat-lihat suasana restoran yang luar biasa romantis itu. Dia enggan mendapati pasangan-pasangan yang duduk bersama, bercengkrama di bawah temaram cahaya lampu, yang membuat jaejoong seperti yeoja kesepian dan menyedihkan. Cantik, tapi sendirian ..

Jaejoong bertopang dagu dengan satu tangannya.

Tadi siang, Junsu getol berlagak seperti paranormal, serasa tahu apa yang dilakukan Hyunjoong saat dinner berdua dengannya. Mungkin mempersembahkan sebuah kotak kecil berisi cincin yang akan membawa hubungan mereka lebih jauh. Bisa jadi…., tapi kenyataannya Jaejoong sekarang sendirian di restoran ini. Hyunjoong tetap memilih urusan pekerjaan ketimbang memprioritaskan yeojachingunya sendiri.

Ugh!

Jarum panjang terus merangkak, bergerak menunjukkan waktu dua puluh menit. Ternyata, sudah selama itu Jaejoong menunggu.

"Jae." Seseorang menepuk pundaknya. Hyunjoong berdiri dengan wajah lelah, dua kancing teratasnya terbuka dan bagian lengan kemejanya dilipat sampai siku.

"mianhe .. aku telat," ujar Hyunjoong tanpa member kesempatan Jaejoong berkomentar. "Klien meminta pertemuan mendadak, dan aku gak bisa nolak. Dia minta poin-poin penambahan dari desain yang aku buat." Dia menghempaskan tubuhnya di kursi seberang Jaejoong. Benar-benar tampak begitu letih.

Kekesalan Jaejoong surut seketika, digantikan rasa simpatik yang membuat senyumnya mengembang. "Kamu pasti capek banget, langsung pesen makan aja."

Tatapan Hyunjoong menyelidik. "Kamu …. Gak marah?"

"kenapa harus marah?"

Bohong! Sebenarnya, rasa kesal itu ada, tersimpan dengan baik di sudut hati Jaejoong. Tapi ini hari bahagianya. Jaejoong tidak akan mengizinkan rasa kesal itu merusak segalanya.

"yyaaahh …" Hyunjoong agak salah tingkah di balik tawa kecilnya "Aku piker kamu akan marah, aku datang terlambat dan acaka-acakan sperti ini."

Jaejoong bukan Junsu yang akan mempermasalahkan detail-detail tak penting seperti kemeja kusut. "yang penting sekarang kamu udah disini kan?" katanya dengan senyum menenangkan.

"Hyunjoong-ah," gumam jaejoong sambil memperhatikan tiap detail diri Hyunjoong.

Namja itu begitu tampan dan mapan. Apalagi coba yang bisa membuat Jaejoong meragukan pilihannya ? Hyunjoong begitu pas jadi pendamping hidup. Sangat pas.

Jaejoong tersadar dari lamunan dan segera merogoh tasnya. Sebuah kotak kecil bahan beledu warna hita, muncul dari dalam. Hyunjoong tertegun melihat benda itu.

"untuk kamu," kata Jaejoong dengan manis.

"ini apa?"

"buka aja."

Hyunjoong memandang cukup lama kotak di tangannya dan akhirnya, dia membukakannya dengan perlahan. Sebuah jam tangan terbuat dari logam dan berwarna silver yang member kesan elegan, dengan pinggiran perak .

"aku harap kamu suka" hening sejenak. "aku harap kamu mau pake kadoku itu"

"gomawo .."

Jaejoong mengangguk dan buru-buru ia tersenyum. "ne .. cheonmanayo"

"aku gak tahu harus balas gimana …."

"mmm ..well , sebenernya ada sih" kata jaejoong misterius

"apa?"

"kali ini aku agak kesulitan sama ide-ide desain untuk iklan terbaruku, bisakah kamu membantuku?"

"tapi, kamu kan tahu kalo aku lagi banyak kerjaan?"

"ng ..begitu yah .." Jaejoong agak kecewa

"ngng … lihat nanti aja deh, jae" sergah Hyunjoong "akan aku usahakan" ..

"iyaa .." Jaejoong tak tahu harus bilang apa.

Hyunjoong mengangguk kecil, "kalo gitu aku balik dulu."

Jaejoong tak langsung pergi meninggalkan Hyunjoong, dia berdiam diri sejenak. Sambil memandangi punggung hyunjoong yang perlahan menjauh, hatinya disusupi sesuatu. Ada apa dengan hubungan mereka ? Kenapa sepertinya ada jurang besar diantara dia dan Kim Hyunjoong. Apa ada yang salah ? Aoa Jaejoong membosankan ?

Tak ada yang bisa menjawab. Malam itu berakhir dengan jutaan Tanya menyesaki pikiran Jaejoong.

RAIN AFFAIR ..

Katakan saja, bad luck.

Di luar, Seoul sedang diguyur hujan deras. Pagi yang harusnya cerah, justru dinaungi awan gelap. Bagi jaejoong, cuaca seperti ini benar-benar mematikan mood-nya. Belum lagi saat dia hendak men-starter mobil, ternyata mesinnya ngadat!

Seandainya hari ini Hyunjoong tidak mengutamakan kerjaannya …. Seandainya Hyunjoong bisa berangkat di jam-jam seperti ini … Jaejoong tak akan bersusah payah berlindung dari hujan dengan modal payung kecil yang dipinjami satpam. Jaejoong tak perlu berdiri di bawah halte, menunggu taksi kosong lewat. Jaejoong juga tak perlu merasakan terciprat air becek, yang kemudian meninggalkan noda besar dibagian depan celana jeans hipster-nya. Coba kalau Hyunjoong yang mengantar, pagi itu tak akan sesulit saat ini.

Ponsel Jaejoong bergetar ketika sedang merapikan rambutnya yang basah dan sedikit berantakan.

"hai dear ..kamu telat sepuluh menit." Junsu menyapa, suaranya terdengar datar, tapi agak memerintah.

"su-ie, mobilku mogok." Jaejoong melirik jam tangannya. "kamu masih mau nunggu atau jalan duluan?"

"males ah jalan sendirisn."

"oke, aku cari taksi dulu, nanti aku telepon kalo udah sampe."

Jaejoong memasukkan ponsel ke tas besarnya, ada pesan yang belum dia buka. Dari Heechul. Untuk satu alas an yang jelas, dia enggan berurusan dengan kakaknya itu. Heechul tak bosan-bosannya membahas soal kecelakaan yang dia alami setahun lalu. Heechul terus-terusan menyalahkan dirinya, tak tahu kenapa. Dulu, Jaejoong menganggap sikap kakaknya itu luar biasa manis. Tapi sekarang-sangat menyebalkan. Apa sih yang diharapkan heechul eonni? Hutang budi ?

Jaejoong mendengus lalu memeluk tas besarnya lebih erat lagi. Udara semakin dingin, tapi dia tidak punya pilihan. Mau tak mau, Jaejoong harus menunggu sampai ada taksi kosong yang berhenti.

Sepuluh menit sudah dia menunggu, kakinya mulai terasa agak kram.

HHAATTTSSYYIIIIII!

Bersamaan dengan itu, sebuah motor sporty berwarna merah melaju dengan perlahan. Dan, entah kenapa, Jaejoong merasa orang yang wajahnya disembunyikan helm dan berlapis jas hujan berwarna hitam itu tengah mengawasi dirinya.

Mata Jaejoong tetap mengikuti motor itu. Saat itulah, sebuah taksi melintas didepannya dan lama-lama melambat, membuat perhatiannya sedikit teralih. Jaejoong menghentikan taksi itu dan segera melompat masuk ke jok penumpang di belakang. Dia mengabaikan rambutnya yang agak basah terkena tetesan air hujan dan tetap focus pada orang asing tadi. Jaejoong berusaha keras mencari tahu siapa namja tersebut dengan mengintip wajahnya, tetapi kaca jendela yang agak buram dan jarak yang lumayan jauh menghalangi niatnya itu. Motor itu juga tak berlama-lama disana, berderum cepat menuju area apartemen yang sama dengan Jaejoong.

Yang tadi itu siapa ya ?Jaejoong bertanya sendiri, tanpa bisa menjawabnya.

RAIN AFFAIR ..

Rencana semula, Jung Yunho berangkat malam hari menuju apartemennya di Seoul, agar besoknya tidak perlu berangkat terlalu pagi ke chungnam. Tapi, siapa yang menyangka kalau adiknya yang palin kecil, justru terserang demam karena kehujanan. Mau tak mau Yunho pun mengurungkan niatnya.

Pagi-pagi benar, Yunho berangkat dari chungnam dengan menggunakan motor sporty merahnya dan membawa beberapa barang secukupnya. Sisanya bisa dia ambil lain waktu, saat menjenguk keluarganya.

Yunho baru saja memasuki daerah Seoul, dan saat itu Seoul sedang diguyur hujan deras. Tak ada pilihan lain. Niatnya yang hendak langsung menuju kantor, terpaksa dia batalkan dulu. Mana mungkin dia muncul di kantor sebagai anak baru dengan kemeja yang basah. Yunho pun melajukan motornya melewati kantor dan berbelok begitu berpapasan dengan tikungan. Ketika akhirnya apartemen itu sudah Nampak di depan mata, Yunho memperlambat laju motornya. Dia menepi dan ….

Yunho hampir saja menginjak rem mendadak, begitu melihat sosok itu. Jantungnya berdegup kencang dan semua syaraf dalam tubuhnya seperti menegang. Kerinduan juga keterkejutan itu bercampur menjadi satu, dengan segala pertanyaan yang hinggap, tanpa pernah bisa dia jawab.

Dia terkesiap!

Yunho yakin ingantannya tidak buruk. Dia masih ingat dengan jelas wajah yeoja yang sedang berdiri di halte itu. Meskipun tidak tahu namanya, tapi ada sesuatu yang membuat Yunho tidak bisa lupa akan sosok yeoja itu.

Sama seperti tahun lalu, Yunho juga melihat dia bersin.

Kalau saja waktu itu Yunho mengendarai motornya, pertemuan itu tidak akan pernah terjadi dengan cara seperti itu.

Yunho turun dari angkutan umum yang dinaikinya. Hujan deras mengguyur chungnam seharian ini membuatnya melebarkan paying saat kakinya menjejak di tanah. Tidak ada pilihan lain. Hari ini dia sudah berjanji akan menjenguk salah satu sahabatnya yang masuk rumah sakit karena kecelakaan. Kaki Yunho melangkah, menimbulkan percikan-percikan kecil dari genangan air yang terinjak sepatunya.

Sambil melirik arlojinya, Yunho memasuki gerbang rumah sakit. Sedikit menyesali kenapa dia tidak membelikan sesuatu untuk sahabatnya. Ketika dia mendongakkan kepalanya, seorang yeoja baru saja terjatuh karena tertabrak oleh orang yang berlari karena berusaha menghindari hujan. Orang itu, pria tengah baya yang tidak bertanggung jawab. Setelah menabrak yeoja itu hingga barang bawaannya berupa buah-buahan, tercecer di aspal, dia langsung pergi begitu saja dan hanya menoleh sekilas. Tidak mengacuhkan ekspresi wajah yeoja itu yang tampak kesal.

Yunho mendengus marah pada orang namja yang tidak bertanggung jawab itu. Sama sekali tidak perduli dengan keadaan orang lain. Dengan inisiatif tulus, Yunho menghampiri yeoja itu dan menengadahkan paying ke atas kepala si yeoja. Lalu dengan satu tangan, dia mencoba membantu yeoja itu memasukkan buah-buahnya kembali kedalam kantong.

"pabboyaa .." makinya dengan suara pelan yang sedikit emosi, ketika Yunho berjongkok di sebelahnya. Yeoja itu mendongak, terkejut dengan kehadiran Yunho.

"go..go..gomawo tuan" ..

"ne.. cheonman." Yunho hanya berujar singkat.

Tapi yeoja itu tidak melepaskan pandangannya dari Yunho. Dia tampak mengamati Yunho. Keningnya berkerut, membuat yunho sedikit salah tingkah.

"wae ?" tanyanya bingung

"ngng.. kamu U-Know ?" Yunho semakin di buat tidak mengerti.

"ne .. kamu U-Know temen masa kecilku kan ?"

"Hah ?"

"Jangan 'Hah'. Kamu U-know apa bukan ?"

Yunho menggeleng. "Ani ..saya bukan U-know."

Yeoja itu terpaku beberapa saat, seolah tidak percaya kalau Yunho memang bukan U-know. "Ahh .. mianhe, aku kira kamu U-know." Yeoja itu buru-buru berdiri. Mukanya tampak sedikit memerah karena malu. "Mianheyoo…"

Yunho tersenyum "Gwenchana .."

Kemudian keduanya sama-sama melangkah menuju lobi rumah sakit di bawah lindungan paying, sambil berbincang kecil soal tujuan mereka ke rumah sakit. Begitu tiba di depan lobi dan Yunho sedang melipat payungnya hingga menjadi lebih ringkas, tiba-tiba yeoja itu menyodorkan satu kantong.

"Apa?" Tanya Yunho seperti orang bodoh.

"gak baik kalau jenguk orang sakit dengan tangan kosong."

Yunho hanya bisa bengong menerima pemberian itu. Tapi, begitu yeoja itu hendak berlalu begitu saja, Yunho menahan dengan suaranya. Yeoja itu berhenti dan menaikkan alisnya.

"ini." Yunho menyodorkan payungnya. "Kamu gak bawa payung padahal kelihatannya hari ini hujan akan turun terus."

"tapiii …"

"Serius ..percaya deh!"

Setelah tediam cukup lama, senyum mengembang di wajahnya. "mmm ..gomawo ..gomawoo." Dan, setelah dia meraih payung yang ada di tangan Yunho, yeoja itu segera berlalu, masuk kedalam rumah sakit.

Yunho belum pernah bertemu dengannya lagi sejak itu .

Sampai Hari Ini …

::::::: TO BE CONTINUED :::::::