YOUR LIFE / CHAPTER 1
Author : Naragirlz
Genre : Romance, Friendship, Family
Pairing : NaruNejihina
Rating : T
WARNING
INI ADALAH KELUARGA YANG IMMPOSIBLE BANGET. MAKSUD DARI KELUARGA IMPOSIBLE ADALAH SAMPAI KAPANPUN HYUGA TAK BISA JADI NAMIKAZE KALAU MELIHAT MANGA ASLINYA. BERHUBUNG INI UNTUK KEPENTINGAN CERITA JADI AKU JADIKAN HYUGA MENJADI KELUARGA NAMIKAZE hehehe.
.
.
.
Suara container, truk, mesin pengangkut seperti alunan musik ditelinga seorang Pria berperawakan tinggi, tampan, serta senyum yang menawan. Pundaknya membawa beban berat yang merupakan satu sak semen. Tubuhnya basah karena peluh yang keluar dari pori-pori kulinta. Kakinya terseret saat berjalan karena tenaganya sudah habis untuk mengangkut beberapa sak semen ke truk pengangkut barang. Secara pelan namun pasti ia mulai meletakan sak semen itu dibadan truk. Nafasnya tersengal-sengal karena cadangan tenaga yang sudah tak tersisa.
"Sudah siang. Saatnya makan dan istirahat. Kalian melakukan pekerjaan ini dengan baik," kata seorang kontraktor proyek ini.
Pria itu beserta pegawai lain mulai menepi dan berteduh dibawah pohon rindang dekat proyek. Ia mengambil bekal dari dalam tasnya. Saat membuka bekal itu, ada sepucuk surat dengan kertas pink diluar wadah makanannya. Ia pun mulai membacanya.
"Nii-san, semangat. Setelah kuliah aku akan membantumu bekerja. Langsung makan, kalau sudah tiba saatnya istirahat. Kalau tidak aku akan membunuhmu!"
Pria itu tersenyum sembari melahap makanannya. Bukan surat dari seorang wanita yang membuat dirinya selalu tersenyum saat bekerja namun itu adalah surat dari adik laki-laki pertamanya yang bernama Namikaze Naruto. Ia baru saja masuk kuliah di Tokyo University jurusan seni dan musik. Baginya Naruto adalah seorang adik sekaligus ibu, karena dia bisa melakukan pekerjaan ibu rumah tangga seperti memasak, bersih-bersih dan mencuci. Demi adiknya ini Neji merelakan diri untuk tidak kuliah dan membiayai kuliah adiknya.
"Neji kemarilah, berkumpulah dengan kami. Jangan menyendiri seperti itu," teriak seorang paman yang tak jauh darinya. Mulut paman itu belepotan makanan.
"Iya paman," jawab Neji dan berlari menuju gerombolan para lelaki Tua.
"Neji apa adikmu masih dirumah sakit?," tanya salah seorang paman.
"Iya dia masih dirumah sakit," ujar Neji dengan tampang sedih.
Adik Neji yang dimaksud oleh paman itu bukanlah si Naruto namun Namikaze Hinata, adik nomer tiganya yang masih duduk dibangku tiga SMA. Namun karena penyakitnya dia tidak masuk sekolah selama beberapa minggu tekarihir ini. Beban Neji semakin berat, tapi itu semakin ringan sejak Naruto sudah beranjak kuliah karena dia juga melakukan pekejaan paruh waktu.
"Kalau kau membutuhkan bantuan. Katakan pada kami. Dengan senang hati kami akan membantumu Neji," ucap seorang paman berperawakan gemuk.
Neji hanya tersenyum, dia bukanlah orang yang suka merepotkan orang lain apa lagi membebani orang lain. Walaupun dia kesusahan, dia tidak mungkin meminta bantuan pada mereka karena mereka ini sudah susah seperti dirinya yang hanya bekerja sebagai pegawai kasar.
ooOOoo
Suasana perpustakaan di Tokyo university begitu tenng. Semua sibuk untuk mencari buku referensi untuk mengerjakan tugas mereka yang menumpuk pemberian dosen. Di dekat kaca Jendela terlihat sorang pria sibuk membolak-balik bukunya. Dia bisa masuk di universitas ini karena kepandaiannya dan penguasaan bahasa Inggrisnya. Lebih tepatnya dia mendapatkan beasiswa. Selian itu, dia juga merupakan asisten dosen mata kuliah bahasa Inggris.
Ada tiga tumpukan buku tepat di depannya. Dia yang sibuk sama sekali tidak tahu jika orang disekelilinginya khususnya para gadis memandang gembira ke arahnya. Bahkan ada yang tersipu melihat ketampanannya. Lama kelamaan dia merasa kalau gadis yang tak jauh dari dirinya itu terus memandangnya. Naruto pun balik memandang dan tersnyum ramah kepada mereka sehingga membuat gadis-gadis itu histeris.
"Kau lihat, Naruto melihat ke arahku!" teriak seorang gadis manis kepada temannya.
"Hei, dia tidak melihatmu tapi melihatku," jawab temannya.
"Kau iri padaku ya?"
Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa kecil karena tingkah mereka yang lucu karena memperebutkan dirinya. Sudah mejadi rahasia umum kalau Naruto menjadi pujaan hati semua gadis di kampusnya, baik itu teman sebaya, ataupun seniornya.
"Kau memang benar-benar tampan dan berkharisma Namikaze Naruto," gumamnya pelan.
"Apa?" ucap seorang gadis yang datang tiba-tiba. Yang tak lain adalah sahabat karibnya sejak kecil namanya Aizawa Eri. "Kau ini percaya diri sekali dan selalu membanggakan diri sendiri."
Eri adalah sahabatnya sejak kecil. Dia adalah seorang gadis yang sedikit tomboy dan tak pernah memperdulikan penampilannya. Jika ke kampus dia lebih suka memakai kaos biasa dan celana jeans. Sebenarnya Eri itu cantik, tapi karena dia tidak berdandan membuat semuanya pudar.
"Memangnya kenapa? tapi itu adalah kenyataanya," ucap Naruto sembari melihat Eri mengambil posisi duduk tepat didepannya.
"Mereka itu adalah gadis bodoh yang tergila-gila padamu. Mereka tidak tahu bagaimana cerewetnya dirimu, menyebalkannya dirimu dan mereka tidak tahu kalau kau gemar mengomeli orang lain dan aku selalu mejadi korbanmu," tegas Eri.
"Kapan memangnya aku bersikap begitu padamu?"
"Saat dulu kau memaksaku untuk berpenampilan layaknya seorang perempuan. Aku gendutlah, harus diet, harus pakai pakaian ini itu dan lain sebagainya. Apa kau lupa?"
"Ahh itu. Aku tahu, gomen hehehe." Eri dan Naruto tertawa bersama.
"Bagaimana keadaan adikmu Hinata? Apa dia masih di rumah sakit?"
"Iya kesehatannya masih belum pulih," jawab Naruto.
" Aku sudah terlambat. Aku harus masuk kelas untuk mengajar bahasa Inggris," kata Naruto sambil merapikan buku yang berantakan dan dimasukan kedalam tasnya. "Eri aku pergi dulu." Naruto lalu berlari meninggalkan Eri sendirian.
"Kasihan Naruto." Eri menatap Naruto dari jauh dengan perasaan Iba.
ooOOoo
Sore menjelang malam. Proyekpun sudah mendekati tutup. Neji dan lainnya bersiap-siap untuk pulang. Diluar pagar proyek, terlihat Naruto berdiri tegak, bersandar didinding dan memainkan kakinya saat menunggu kakaknya. Itu ia lakukan karena ia bosan. Tak lama ia melihat Neji sudah keluar dengan berbalut jaket tebal karena cuaca yang dingin. Ia tersenyum bahagia ketika mendapati adiknya sudah menunggunya.
"Nii-san," ucap Naruto sambil tersenyum manis.
"Ayo kita ke rumah sakit sekarang," ajaknya. Merekapun berjalan bersama.
"Aku tidak mau," ucap Naruto singkat. Neji memandang adiknya bingung. "Aku ingin menraktirmu makan malam. Sudah lama kita tidak makan daging hehe".
"Dari mana kau mendapatkan uang untuk makanan mahal seperti itu? Jangan bilang padaku kalau itu adalah uang hasil curian," selidik Neji.
"Asshh, nii-san aku bukan orang seperti itu. Apa kau lupa kalau aku adalah seorang asisten dosen. Dosen ini membayarku terlebih dahulu. Dia juga memberiku bonus, jadi ini cukup untuk makan enak".
"Ah aku mengerti. Ayo pergi tapi kemana?"
Dua bersaudara itu meyusuri tiap trotoar yang ada di kota Tokyo. Mereka memilih untuk tidak naik bis agar bisa lebih hemat. Kehidupan didunia ini begitu keras buat mereka. Semenjak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan membuat mereka berdua harus mencari nafkah sendiri apalagi mereka harus membiayai perawatan adiknya yang selama dua minggu terakhir berada di rumah sakit.
Adiknya yang bernama Namikaze Hinata mengidap penyakit kanker tulang jenis Osteossarkoma. Osteosarkoma merupakan kanker tulang yang menyerang penderita pada usia Muda mulai dari 10-25 Tahun. Kanker ini meyerang tulang lengan, atas dan tulang paha. Biaya rumah sakit dan obat-obatan begitu mahal. Himpitan ekonomi mengharuskan Neji berhenti kuliah dan Naruto kuliah sambil bekerja. Tak terasa mereka sudah sampai dikedai mie dan daging yang Naruto maksud.
"Pelayan, satu mie dan ayam bakar dua porsi," ucap Naruto.
"Baik, silahkan duduk tuan." Naruto dan Neji duduk dia tengah-tengah kedai. Pengunjung hari ini begitu ramai. Untuk sekian kalinya mereka berpandangan dan tersenyum satu sama lain.
" Naruto bagaimana kuliahmu? lancar? Apa para gadis masih memujamu?" tanya Neji.
"Ahahaha iya nii-san. Mereka masih berusaha untuk menggodaku. Aku heran kenapa mereka seperti itu padaku. Menurutku aku juga tidak tampan nii-san".
"Kau itu tampan, tapi ketampananmu itu tidak bisa melebihi aku hehe".
"Sombong sekali. Aku tidak tahu harus bagaimana agar para gadis itu tidak mengejarku, memujaku dan menggodaku. Hal ini membuatku tidak nyaman di kampus."
"Itu karena kau tidak punya pacar. Ahh, aku punya Ide kenapa kau tidak pura-pura berpacaran dengan Eri. Dia kan cantik, dia juga pasti mau membantumu hehe".
"Heh, nii-san itu tidak mungkin. Oh ya aku ingin memberikan ini." Naruto merogoh saku jaket tebalnya. Dia menyodorokan sebuah amplop coklat ke kakaknya. "Ini adalah keseluruhan gajiku untuk biaya rumah sakit Hinata." Neji melihat sekilas lalu menyodorkan kembali ke adiknya
"Sudah aku bilang padamu kalau biaya rumah sakit Hinata itu aku yang menanggung. Gaji paruh waktumu lebih baik untuk biaya kuliahmu sendiri."
"Kuliahku gratis karena aku mendapat besiswa. Nii-san jangan menolak pemberianku lagi. Hinata bukan hanya adikmu tapi juga adikku."
"Tapi kau juga harus membeli buku untuk kuliahmu. Aku tidak mau."
"Hei, nii-san, kenapa kau keras kepala sekali hah!" bentak Naruto. Dia sudah tidak tahan dengan sikap pahlawan kakaknya demi dirinya dan Hinata. "Hinata itu juga adikku nii-san. Jadi aku juga berhak untuk membiayai pengobatan Hinata."
Pelayan sudah datang dengan mie beserta ayam bakarnya. Neji langsung menyantap ayam bakarnya terlebih dahulu sambil mendengarkan adiknya mengomel tidak karuan. Neji kemudian menyanggah pernyataan Naruto.
"Dan kalian adalah adik-adikku. Jadi aku harus melindungi serta membiayai kalian. Karena aku adalah kakak kalian. Dan kalian adalah tanggung jawabku. mengerti?" tanyanya pada Naruto sambil terus makan. Pertengkaran kecil dengn kakaknya ini membuat Naruto tak lagi nafsu makan.
"Aku tahu, tapi apa nii-san tahu, hatiku terasa perih melihat nii-san bekerja penuh hanya demi kami. Sebagai pegawai kasar itu tidak menyenangkan nii-san. Terkadang kau pulang dengan luka ditubuhmu karena terjatuh tertimpa sesuatu diproyek itu. Aku hanya ingin membantumu. Apa itu salah?"
Neji melihat Naruto dengan mata sembap dan sedikit berair. Neji mengedipkan matanya selama beberapa kali dengan wajah tanpa dosanya.
"Apa kau menangis?" tanya Neji Polos.
"Iya, aku menangis kenapa? apa nii-san puas. Siapa yang tega melihat kakaknya seperti ini," ucap Naruto dalam tangis.
" Baik aku akan mengambil ini," ujarnya.
Dia mengambil amplop itu dan memasukannya kedalam saku. " Naruto, makanlah nanti kalau sudah dingin tidak enak lagi. Ayamnya begitu lezat". Neji mencomot kembali ayam bakar untuk kesekian lamanya. Naruto tertawa kecil melihat ulah kakaknya yang lucu.
"Nii-san, kau benar-benar … !"
"Kenapa?" tanya Neji dengan tampang polos. Ini membuat Naruto tak tahan untuk menahan tawa.
"Ahahahahaha, tidak nii-san".
Neji juga ikut tertawa karena sikap Naruto yang menurutnya lucu.
ooOOoo
Dirumah sakit terlihhhat seorang remaja pria berumur enam belas tahun asyik menggambar. Namanya adalah Namikaze Hinata. Waktu dirumah sakit ia habiskan dengan menggambar. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Kakinya tak bisa bergerak dengan bebas karena kakinya terasa nyeri luar biasa kalau bergerak terlalu banyak. mulai dari jam 8 pagi sampai jam 6 malam pasti dia kesepian. Kakak-kakaknya sibuk mencari nafkah untuknya. Jujur Hinata sangatlah tertekan dengan semuanya. Dia merasa menjadi beban berat bagi kedua kakaknya. Seumur kakaknya seharusnya mereka bisa keluar dengan teman-teman mereka serta memiliki pacar.
Karena dirinya semuanya menjadi kelam di masa muda mereka. Kesepian Hinata itu tidak terasa ketika sahabatnya bernama Shino menjenguknya. Shabatnya yang satu ini selalu membawakan sebukit bunga mawar putih pada Hinata. Baru saja Shino pulang, jadi semuanya terasa begitu sepi. Sreeekkk! Suara pintu ruangannya terdengar keras seperti ada yang membuka. Dia tersenyum melihat kedua kakak yang di cintainya sudah pulang. Hinata selalu berusaha memberi senyuman dan wajah yang ceria kepada kakaknya walau sebenarnya tubuhnya begitu terasa sakit. Kanker yang menggerogoti tulangnya membuat pergerakannya tidak bebas bahkan terasa begitu sakit di sekujur bagian tubuh.
"Hinata, aku membawakan makanan dan minuman kesukaanmu," ucap Naruto. Mata Hinata berbinar ketika nii-sannnya membawa banana Milk kesukaannya.
"Wuaahh, banana milk. Terima kasih nii-san," ucap Hinata. Naruto membukakannya untuk Hinata namun Hinata melarangnya. Dia ingin membukanya sendiri. Karena sudah hampir beberapa minggu ini dia selalu bergantung dengan orang lain.
"Nii-san biar aku yang membukanya. Aku ingin mencobanya," ucap Hinata. Dengan ragu Naruto memberikan sebotol banana milk kepada adiknya.
Hinata berusaha untuk membukanya. Tulangnya terasa nyeri dan sakit sekali ketika melihat dia berusaha membuka tutup yang rapat. Ini ia sudah dirasakan beberapa hari belakangan ini. Tangan dan pahanya susah digerakkan namun ia tak mau memberitahu kedua kakaknya karena dia takut ini akan menjadi beban yang lebih untuk kedua kakaknya.
"Hinata kalau kau tidak bisa biar aku yang membukanya," ucap Neji.
"Tidak, nii-san aku bisa. Aku bisa!"
Hinata terus berusaha. PYAAAARRR! botol banana milk itu jatuh dan pecah berkeping-keping. Hinata menatap nanar kearah pecahan botol. Nafasnya tak teratur. Tangan kirinya mengenggam erat lengannya yang begitu terasa sangaaattt sakit sekali. Neji dan Naruto shock melihat adiknya. Kemarin-kemarin adiknya masih bisa membuka tutup botol banana milki tapi kenapa sekarang tidak bisa? padahal membuka itu mudah sekali anak kecilpun bisa. Ini pasti ada yang tidak beres.
"Hinata," gumam Naruto penuh rasa khawatir.
"Hinata, kau kenapa?," ujar Neji.
TO BE CONTINUE
