Another Sister Conflict
LeoniaOtaku
Brother Conflict milik Takeshi Mizuno. Author hanya memiliki OC dan Fanfiction.
Chapter 1
Di sebuah bandara yang terletak di negara Amerika, cewek dengan rambut ungu muda yang di ikat dua tengah duduk sambil menyilangkan kakinya. Wajahnya hanya bertumpu pada tangan kanan yang berada di meja. Cewek itu hanya menatap kosong ke depan.
puk
Lamunan cewek itu buyar ketika ada yang menepuk pundaknya. Ia mengarahkan pandangannya pada orang yang mengganggu lamunannya. Terdapat pria berambut hitam yang sudah berdiri disampingnya sambil tersenyum.
"Apa yang kamu lamunkan Arisu?" tanya pria itu.
"Hanya melamunkan hal yang amat menyebalkan, Rintarou-san," ucap cewek tersebut yang bernama Arisu dengan kesal.
"Panggil aku otou-san, bukan namaku. Itu tidak sopan," ucap Rintarou sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan Arisu. Melihat itu, Arisu hanya memalingkan wajahnya untuk melihat hal lain.
"Kita sudah sering membicarakan hal konyol ini. Kau yang membuatku tak ingin memanggilmu otou-san lagi,"
"Ha? Arisu... Apa kamu masih kesal soal pernikahanku ini?"
". . . ."
Arisu hanya diam, karena Rintarou pasti sudah tau jawabannya. Rintarou melihat tingkah Arisu, anaknya hanya bisa menghela nafas.
Attention for all pasenger who will go to Japan. Please go to your plane...
Mendengar itu, Arisu segera berdiri dan menarik kopernya. Rintarou juga berdiri lalu mengikuti Arisu. Melihat hal ini, Arisu semakin kesal.
"Mou! Kenapa kau mengikutiku, hah!?" tanya Arisu kesal kepada ayahnya.
"Bukannya wajar jika orang tua menemani sampai anaknya pergi?" tanya Rintarou sambil tersenyum. Mendengarnya Arisu hanya dapat berdecah. Ia tetap menarik kopernya sampai mendekati pintu masuk.
"Baiklah, aku akan pergi," ucap Arisu.
"Ya, hati-hati ya. Salam untuk Ema," ucap Rintarou sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
". . . Itterasai," ucap Arisu setelah terdiam beberapa saat. Mendengar ada yang aneh, Rintarou melihatnya dengan bingung.
"Kau tak apa-apa kan?" tanya Rinatarou.
"Ha? Apa maksudmu? Jangan sok peduli, itu mengganggu. Sudah ya," tanpa basabasi Arisu langsung menarik kopernya menuju pintu lain yang memisahkannya dengan ayahnya.
Begitu masuk pesawat, Arisu langsung duduk di tempat duduknya. Ia melihat ke jendela dan menghela nafas.
Hinata Arisu. Anak dari Hinata Rintarou. Ia memiliki kakak perempuan bernama Ema, Hinata Ema. Saat ini yang berada di Jepang untuk menemui saudara baru mereka. Ya, saudara baru. Ayah mereka, Rintarou, akan menikah dengan wanita bernama Miwa Asahina, yang akan menjadi ibu barunya. Hal ini yang membuat Arisu kesal dan tidak mau memanggil Rintarou dengan sebutan otou-san. Dan sekarang, Arisu harus terbang ke Jepang, mengikuti Ema untuk bertemu dengan saudara-saudara barunya. Dua belas saudara baru. Dan semua adalah laki-laki,"
"Sigh... Sebentar lagi, namaku berubah... Asahina... Arisu..." ucap Arisu dengan lemas.
"Ne~ Azusa~~ Tarik bagian yang situ~~" ucap Tsubaki sambil menarik tali yang lain.
"Hai hai," balas Azusa dan menarik tali yang lain. "Ema-chan, apa sudah tepat?"
"E-to... Okay, sudah tepat!" ucap Ema lalu membantu yang lain menata meja.
Di Sunrise Mansion, dimana keluarga Asahina tinggal di tambah dengan Ema sekarang, tengah melakukan persiapan yang sibuk di ruang keuarga mereka. Tsubaki dan Azusa yang menguruh dekorasi bagian atas, Yusuke dan Subaru yang mendekor bagian bawah. Wataru, Masaomi, Ukio, dan Ema yang mengurusi makanan. Kaname dan Iori yang membersihkan ruangan.
"Kenapa kita harus sesibuk ini sih?" gerutu Yusuke yang dapat didengar yang lain.
"Karena adik Ema-chan akan datang dan mulai tinggal disini," jawab semuanya kecuali Ema.
"Dan kurasa lebih baik jika kita membuat pesta penyambutan," ucap Ema sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong, imotou, dapat kau beritahukan kepada kami seperti apa imouto mu itu?" tanya Kaname.
"Hm... Yang pasti dia cantik dan manis. Dia memiliki rambut bewarna ungu muda yang selalu di ikat twintail. Sikapnya juga baik, walau dia sering berkata kasar," jelas Ema.
"Dan, nama adikmu?" tanya Azusa.
"Arisu,"
.
"Tak kusangka... Aku benar-benar disini," ucap Arisu memandang ke bangunan di depannya dengan tidak percaya.
Saat ini Arisu beserta kopernya sudah berada di depan Sunrise Mansion. Bangunan besar itu yang megah dan adanya pohon besar di tengahnya membuat Arisu sedikit takjub.
"Sigh.. Kurasa aku memang harus menghadapi semua ini," ucap Arisu dengan pasrah lalu berjalan ke pintu mansion tersebut. Arisu menarik nafas lalu tangannya bergerak ke tombol bel rumah tersebut.
Ting Tong...
Arisu terdiam setelah melakukan hal tersebut. Masih berdiri di tempat yang sama, menunggu seseorang membuka pintu tersebut. Melihat tidak ada yang membuka, Arisu akan menekan bel tersebut lagi sampai...
Klek... pintu terbuka menampakan seorang dengan rambut putih yang menutupi matanya.
"Hm~? Siapa ya~?" tanya Tsubaki begitu melihat Arisu.
"Aku Hinata Arisu," jawab Arisu.
"Oh~ Ema-chan imotou~~ Aku Tsubaki~~ Ayo masuk~~" ucap Tsubaki lalu memberi jalan supaya Arisu dapat masuk. Segera Arisu menarik kopernya masuk sampai pergerakan tangannya dihentikan Tsubaki.
"Biar aku yang membawakan kopermu, Arisu-chan~~" ucap Tsubaki sambil tersenyum dan mengambil koper Arisu dari tangannya.
"Eh? Arigatou," ucap Arisu dan berjalan mengikuti Tsubaki.
"Ne~ Ternyata kamu manis juga~ Seperti Ema~" ucap Tsubaki pada Arisu dengan nada menggoda.
". . . Entah itu pujian atau apa, tapi terimakasih," ucap Arisu cuek. Tsubaki melihat ini hanya bisa tersenyum. Lalu mereka sampai di ruang makan.
"SELAMAT DATANG, ARISU-CHAN~~!" teriak semuanya begitu melihat Arisu berjalan bersama Tsubaki memasuki ruang makan.
"Eh?" ucap Arisu bingung melihat semuanya termasuk Ema.
"Kami membuat pesta penyambutan untukmu~~" jelas Tsubaki membuat Arisu mengangguk mengerti.
"Arisu!" Ema berlari dan memeluk Arisu dengan mendadak, hampir membuat Arisu jatuh. "Selamat datang~!"
". . . Arigatou, dan cepat lepaskan aku," ucap Arisu.
"Ah, gomen!" ucap Ema dan segera melepas pelukannya.
Arisu hanya menghela nafas kesal. Keadaan seperti ini yang dibencinya. Kejutan, suara berisik, berkumpul dengan banyak orang, dan lain-lain. Kekesalannya terganggung ketika ada yang menarik tangannya. Ketika ia melihat siapa yang menarik, adalah sesosok anak kecil. Wataru.
"Ne, onee-chan! Ayo kesini! Makan kue bersama-sama!" ucap Wataru bersemangat.
"Kora, Wataru, biarkan Arisu-san duduk dulu. Pasti dia juga lelah kan?" ucap Masaomi sambil mengelus kepala Wataru.
"Hai~~~!" jawab Wataru sambil lari menuju yang lain.
"Jadi, kita duduk dulu ya!" ucap Ema dan menarik Arisu ke sofa yang panjang. Arisu di tempatkan di tengah bersama dengan Ema dan sisanya mengelilingi. Arisu memandang mereka dan menyadari adanya hal yang kurang.
"Sepertinya disini belum lengkap ya?" tanya Arisu.
"Oh, benar. Ada yang masih di luar bekerja dan memang tinggal di luar," jelas Ukyo.
"Oh, begitu," ucap Arisu mengerti.
"Daripada itu, kamu belum mengenal kita kan? Bagaimana jika kita memulai perkenalan dulu?" tanya Azusa dan disetujui dengan yang lain.
"Namaku Masaomi, anak paling tua, aku dokter. Lebih ke dokter anak, salam kenal," ucap Masaomi.
"Namaku Ukyo, aku anak kedua, seorang pengacara. Senang bertemu denganmu," ucap Ukyo sambil menuangkan teh untuk yang lain.
"Aku anak ketiga, Kaname. Salam kenal, imouto ku yang manis," ucap Kaname sambil mengedipkan mata pada Arisu.
"Kenapa kamu memakai baju seperti itu?" tanya Arisu dan terlihat dia tidak memakai tata krama yang baik karena memanggil Kaname dengan 'kamu'.
"Ng... Aku salah satu anggota di kuil. Club juga sih," ucap Kaname sambil sweat drop.
"Karena yang ke empat tidak ada, langsung ke aku~~ Arisu-chan sudah kenal kan~? Aku anak kelima~~" ucap Tsubaki dan Arisu hanya mengangguk.
"Aku anak ke enam, Azusa. Bisa kau lihat aku dan Tsubaki itu amat mirip," ucap Azusa.
"Karena kita kembar indetik~!" ucap Tsubaki bersemangat sambil melingkarkan lengannya pada bahu Azusa.
"Anak ketuju dan ke delapan tidak bisa datang karena sibuk bekerja, jadi dilanjutkan ke Subaru," ucap Masaomi.
"Aku anak ke sembilan, Subaru. Aku masih kuliah tapi aku pemain basket," ucap Subaru.
"Aku Iori, anak ke sepuluh. Salam kenal," ucap Iori sambil tersenyum tipis.
"Anak ke sebelas, Yusuke. Yorishiku," ucap Yusuke sambil memalingkan wajahnya.
"Ah, dia hanya bersikap begitu karena malu~~" goda Tsubaki pada Yusuke dan membuatnya marah.
"APA!?"
"Sudah sudah... Tsubaki kau juga jangan mengerjai nya terus," ucap Azusa menasehati kembarannya.
"Ah, Yusuke dan aku sekelas," ucap Ema dan Arisu mengangguk.
"Anak ke duabelas juga masih bekerja, jadi langsung ke anak terakhir, Wataru," ucap Masaomi sambil mengelus kepala Wataru.
"Salam kenal, onee-san!" ucap Wataru bersemangat.
". . . Tunggu, anak ke dua belas sudah bekerja?" ucap Arisu bingung.
"Tentu saja~ Dia seorang idol~" ucap Tsubaki.
"Idol?"
Arisu bingung mendengarnya. Lalu kaname menyalakan TV yang menunjukan seorang idol muda yang tengah bernyanyi. Asakura Fuuto.
"Asakura Fuuto? Dia anak ke duabelas?" tanya Arisu.
"Benar, oleh karena itu dia tidak bisa hadir,"
"Oh, aku tak menyangka dia anggota keluarga juga,"
"Hehe, Arisu tidak percaya karena Fuuto-kun itu seumuran denganmu kan?" tanya Ema dan dijawab dengan anggukan Arisu.
. . . .
"EEEHH? Kamu seumuran dengan Fuuto?!" ucap semuanya tidak percaya.
"Benar, aku seumuran dengan Fuuto. Ada masalah?" tanya Arisu sedikit kesal karena mendengar teriakan mereka.
"Tidak.. Kami pikir kamu lebih muda dari Fuuto," ucap Kaname.
"Kenapa kalian berfikir seperti itu?" tanya Arisu.
"Karena wajahmu seperti anak kecil," jawab Yusuke tanpa basa basi.
". . . . Oh, begitu. Aku rasa itu sindiran yang cukup, Arigatou," ucap Arisu menampakan wajah dimana ia memendam kemarahannya.
"E-to... Kita tidak bermaksud begitu!" ucap Masaomi mencoba meredakan amarah Arisu.
"Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu bagaimana jika kita mulai makan malam nya? Karena aku ingin cepat istirahat," ucap Arisu wajah tersenyum, tapi nada bicaranya amat dingin membuat semua merinding.
Akhirnya aktifitas makan malam dijalani dengan suasana yang amat akward. Begitu Arisu selesai makan, ia menumpuk piringnya dan berjalan ke wastafel. Setelah mencuci tangannya ia kembali sambil mengambil kopernya.
"Kalau begitu aku ke kamar ku dulu. Oyasumi nasai," ucap Arisu sambil berjalan pergi meninggalkan ruang makan.
Begitu sampai kamarnya, Arisu segera menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Arisu melihat langit-langit kamarnya sambil menghela nafasnya.
"Aku benar-benar masuk pada keluarga yang baru. Keluarga yang benar-benar... Unik," ucap Arisu. Sebuah senyuman kecil mulai muncul di wajahnya. "Sepertinya hal ini menarik juga,"
Arisu menutup matanya, lalu membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Tapi imajinasinya tergangggu oleh kata-kata yang ia dengar tadi.
"Karena wajahmu seperti anak kecil,"
"Ah, mungkin besok aku harus membalasnya," ucap Arisu dingin.
Author Note [A/N]
Hai para reader tercinta! Disini LeoniaOtaku akan memulai A/N nya.
Jadi, ini adalah rewrite dari fic SOULMATE. Seperti yang saya bilang di fic SOULMATE, bahwa akan men rewrite fic tersebut. Dan jadilah ini, 'Another Sister Conflict'.
Bagaimana pendapat kalian semua? Apakah cerita jauh lebih baik? Atau masih ada yang salah?
Ditunggu review nya~! Boleh kritik, saran, atau apa saja, LeoniaOtaku akan menerimanya~
Don't forget to RnR~!
Please wait the next chapter! ^^
-LeoniaOtaku
